Perkecambahan Menurut Elisa (2006), perkecambahan adalah proses pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Selama proses pertumbuhan dan pemasakan biji, embryonic axis juga tumbuh. Secara visual dan morfologis, suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya radikel atau plumula yang menonjol keluar dari biji. Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Pada tanaman, tahapan dalam perkecambahannya terdiri dari: Proses penyerapan air atau imbibisi berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel di-imbibisi oleh air, maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air, maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya pernapasan. Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah mendifusi keluar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji yaitu: permeabilitas kulit biji, konsentrasi air, suhu, luas permukaan biji yang kontak dengan air, daya intermolekuler. Biji yang ditempatkan pada suatu lingkungan yang basah maka molekul air yang ada di luar akan mulai berdifusi ke dalam biji. Ketika molekul itu sudah berhasil melalui selaput pembungkus biji sebagian diantaranya ada yang diserap sehingga menyebabkan terjadinya peristiwa imbibisi (peristiwa penyerapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengembang). Sedangkan molekul air yang lainnya akan berpindah melalui membran sitoplasma yang permeabel dengan cara osmosis menuju vakuola sel-sel hidup yang ada dalam biji sehingga dari sinilah awal biji dapat berkecambah (Ferry and Ward, 1959). Perkecambahan merupakan bagian yang sangat penting dari siklus hidup tumbuhan berbiji. Hasil perkecambahan adalah pertumbuhan calon akar dan calon tunas. Secara visual dan morfologis suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan akar dan daun yang menonjol keluar dari biji (Kamil, 1992). Rangkaian proses-proses fisiologis yang berlangsung pada perkecambahan adalah (1) penyerapan air secara imbibisi dan osmose, (2) pencernaan atau pemecahan senyawa menjadi bermolekul lebih kecil, sederhana, larut dalam air dan dapat diangkut, (3) pengangkutan hasil pencernaan, (4) asimilasi atau penyusunan kembali senyawa hasil pencernaan, (5) pernafasan atau respirasi yang merupakan perombakan cadangan makanan, dan (6) pertumbuhan pada titik-titik tumbuh (Kamil, 1992). Proses-proses perkecambahan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan faktor-faktor lingkungan seperti air, O2, cahaya dan suhu. Air berperan dalam melunakkan kulit biji, memfasilitasi masuknya O2, dan alat transportasi makanan. Cahaya merupakan sumber energi pada perkecambahan yang dapat mempengaruhi perangsangan dan percepatan proses pertumbuhan kecambah. Suhu berperan pada tingkat kecukupan oksigen dalam perkecambahan. Pada suhu tinggi, O2 tidak mencukupi untuk perkecambahan ketika suhu diturunkan, O2 menjadi tercukupi. O2 dibutuhkan pada proses oksidasi untuk membentuk energi perkecambahan. Udara di alam yang mengandung 20% O2 sudah membantu perkecambahan karena proses perkecambahan hanya butuh 0,3% O2 (Kamil, 1992). Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-enzim yang teraktivasi pada proses perkecambahan ini adalah enzim hidrolitik seperti α-amilase yang merombak amylase menjadi glukosa, ribonuklease yang merombak ribonukleotida, endo-β-glukanase yang merombak senyawa glukan, fosfatase yang merombak senyawa yang mengandung P, lipase yang merombak senyawa lipid, peptidase yang merombak senyawa protein. Proses ini terjadi setelah semua proses imbibisi, aktivasi enzim, dan katabolisme cadangan makanan berjalan. Proses ini ditandai oleh meningkatnya bobot kering embryonic axis,dan menurunnya bobot kering endosperma. Munculnya radikel adalah tanda bahwa proses perkecambahan telah sempurna. Proses ini akan diikuti oleh pemanjangan dan pembelahan sel-sel. Proses pemanjangan sel ada dua fase yakni; fase 1 (fase lambat) dimana pemanjangan sel tidak diikuti dengan penambahan bobot kering dan fase 2 (fase cepat), yang diikuti oleh penambahan bobot segar dan bobot kering. Kecambah mulai mantap setelah ia dapat menyerap air dan berfotosintesis (autotrof). Semula, ada masa transisi antara masih disuplai oleh cadangan makanan sampai mampu autotrof. Saat autotrof dicapai proses perkecambahan telah sempurna. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkecambahan Tanaman Faktor internal yang mempengaruhi proses perkecambahan adalah : Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai, tidak mempunyai viabilitas tinggi. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio yang belum sempurna. Di dalam jaringan penyimpanannya, benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viabel (hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Tipe dormansi pada adalah after ripening. Tidak semua hormon tumbuhan (fitohormon) bersifat mendukung proses perkecambahan, adapula beberapa fitohormon yang menghambat proses perkecambahan. Fitohormon yang berfungsi merangsang pertumbuhan perkecambahan antara lain : Auksin, yang berperan untuk : Mematahkan dormansi biji dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji dengan auksin dapat membantu menaikkan kuantitas hasil panen serta dapat memacu proses terbentuknya akar. Giberelin, yang berperan dalam mobilisasi bahan makanan selama fase perkecambahan. Pertumbuhan embrio selama perkecambahan bergantung pada persiapan bahan makanan yang berada di dalam endosperma. Untuk keperluan kelangsungan hidup embrio maka terjadilah penguraian secara enzimatik yaitu terjadi perubahan pati menjadi gula yang selanjutnya ditranslokasikan ke embrio sebagai sumber energi untuk pertumbuhannya. Peran giberelin diketahui mampu meningkatkan aktivitas enzim amilase. Sitokinin, yang akan berinteraksi dengan giberelin dan auksin untuk mematahkan dormansi biji. Selain itu, sitokinin juga mampu memicu pembelahan sel dan pembentukan organ. Fitohormon yang berfungsi sebagai penghambat perkecambahan antara lain : Etilene, yang berperan menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral. Adanya etilen dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin dalam jaringan. Meskipun begitu, pada tanaman, etilene juga mampu menstimulasi perpanjangan batang, koleoptil dan mesokotil. Asam absisat (ABA), yang bersifat menghambat perkecambahan dengan menstimulasi dormansi benih. Selain itu, asam absisat akan menghambat proses pertumbuhan tunas. Faktor Eksternal yang mempengaruhi proses perkecambahan adalah : Air salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan benih. Fungsi air pada perkecambahan biji antara lain; Air yang diserap oleh biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma hingga kulit biji pecah atau robek. Air juga berfungsi sebagai fasilitas masuknya oksigen ke dalam biji melalui dinding sel yang di-imbibisi oleh air sehingga gas dapat masuk ke dalam sel secara difusi. Selain itu, air juga berguna untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan sejumlah proses fisiologis dalam embrio seperti pencernaan, pernapasan, asimilasi dan pertumbuhan. Proses-proses tersebut tidak akan berjalan secara normal, apabila protoplasma tidak mengandung air yang cukup. Air juga Sebagai alat transportasi larutan makanan dari endosperma kepada titik tumbuh pada embryonic axis, yang mana diperlukan untuk membentuk protoplasma baru. Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan benih. Tetapi ini tidak bersifat mutlak sama seperti kebutuhan terhadap air untuk perkecambahan, dimana biji membutuhkan suatu level hydration minimum yang bersifat khusus untuk perkecambahan. Dalam proses perkecambahan dikenal adanya tiga titik suhu kritis yang berbeda yang akan dialami oleh benih. Dan tiga titik suhu kritis tersebut dikenal dengan istilah suhu cardinal yang terdiri atas pertama, suhu minimum, yakni suhu terkecil dimana proses perkecambahan biji tidak akan terjadi selama periode waktu perkecambahan. Bagi kebanyakan benih tanaman, termasuk kisaran suhu minimumnya antara 0 – 5oC. Jika benih berada di tempat yang bersuhu rendah seperti itu, maka kemungkinan besar benih akan gagal berkecambah atau tetap tumbuh namun dalam keadaan yang abnormal. Kedua, suhu optimum yakni suhu dimana kecepatan dan persentase biji yang berkecambah berada pada posisi tertinggi selama proses perkecambahan berlangsung. Temperatur ini merupakan temperatur yang menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan benih. Suhu optimum berkisar antara 26,5 – 35oC. Serta yang ketiga adalah suhu maksimum, yakni suhu tertinggi dimana perkecambahan masih mungkin untuk berlangsung secara normal. Suhu maksimum umumnya berkisar antara 30 – 40oC. Suhu diatas maksimum biasanya mematikan biji, karena keadaan tersebut menyebabkan mesin metabolisme biji menjadi non aktif sehingga biji menjadi busuk dan mati. Faktor oksigen berkaitan dengan proses respirasi. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbon dioksida, air dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih. Perkecambahan biji dipengaruhi oleh komposisi udara sekitarnya. Umumnya biji akan berkecambah pada kondisi udara yang mengandung 20% O2 dan 0,03% CO2 memiliki kemampuan untuk berkecambah pada keadaan yang kurang oksigen. Biji dapat berkecambah baik di tempat dengan kelembaban tinggi, bahkan bisa berkecambah 4 – 5 cm di bawah permukaan air, hanya saja yang lebih dahulu akan keluar bukan radikel melainkan plumulanya. 4. Cahaya Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai fitokrom, yang tersusun dari chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka pada cahaya. Fitokrom memiliki dua bentuk yang sifatnya reversible (bolak-balik) yaitu fitokrom merah yang mengabsorbsi sinar merah dan fitokrom infra merah yang mengabsorbsi sinar infra merah. Bila pada benih yang sedang berimbibisi diberikan cahaya merah, maka fitokrom merah akan berubah menjadi fitokrom infra merah, yang mana menimbulkan reaksi yang merangsang perkecambahan. Sebaliknya bila diberikan cahaya infra merah, fitokrom infra merah akan berubah menjadi fitokrom merah yang kemudian menimbulkan reaksi yang menghambat perkecambahan. Dalam keadaan tanpa cahaya, dengan adanya oksigen dan temperatur yang rendah, proses perubahan itu akan berlangsung lambat. Pada keadaan di alam, cahaya merah mendominasi cahaya infra merah sehingga pigmen fitokrom diubah ke bentuk fitokrom infra merah yang aktif.
Perkecambahan
Label: ftp
PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT CHERRY
EFEK MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT CHERRY (Lycopersicum cerasifornme) Kadek Maharani Kemala Dewi, NIM : 0611305006. 2011. Efek Medan Elektromagnetik pada Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Tanaman Tomat Cherry (Lycopersicum cerasifornme). Dibawah bimbingan Ir. I Made Anom Sutrisna Wijaya, M.App.Sc.,Ph.D. sebagai pembimbing I dan Dr. Ir. I Wayan Widia, M. SIE. sebagai pembimbing II. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemaparan medan elektromagnetik terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman tomat cherry serta mengetahui tegangan dan waktu pemaparan medan magnet yang tepat sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman tomat cherry yang terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor yang pertama yaitu tegangan terdiri dari 1000, 1500 dan 2000 volt, sedangkan faktor kedua yaitu lama pemaparan medan elektromagnetik terdiri dari 24, 48, 64, 92 dan 120 jam. Kata kunci: pemaparan medan elektromagnetik, perkecambahan benih, pertumbuhan, tomat cherry Kadek Maharani Kemala Dewi, NIM : 0611305006. 2011. The Effect Of Electromagnetic Field Exposure On Seed Germination And Growth Of Cherry Tomato Plants (Lycopersicum cerasifornme). Supervised by ABSTRACT The research were to observe the effect of electromagnetic field exposure on seed germination and growth of cherry tomato plants, and to determine the appropriate voltage and exposure time that resulted the best growth of cherry tomato plant.The experimental design used was randomized block design (RBD) with two factors. The first factor was the voltage of 1000, 1500 and 2000 volts, while the second factor was duration of exposure time fields consist of 24, 48, 64, 92 and 120 hours. Data were analyzed with ANOVA, followed by DMRT test if the treatment effect on reality. At germination, the results showed that, The higher the voltage and time used in the exposure resulted in a decrease of germination percentage cherry tomatoes. On plant growth, the results indicate that higher the voltage and the longer used in the exposure caused the slow growth of cherry tomato plants.The best germination and plant growth generated in the magnetic field exposure voltage 1500 volts with a duration of exposure 24 hours, yielding an average of 100% germination percentage, germination growth rate of 9.09% / day, seedling dry weight of 8.02%, higher cherry tomato plants by 235 cm, the number of cherry tomato plant leaf blade 319.50, the amount of interest generated at 33.17 and the long roots that produced by 67.84 cm. Keywords: electromagnetic field exposure, seed germination, growth, cherry tomatoes RINGKASAN Dalam sel-sel tanaman terdapat partikel-partikel yang bermuatan listrik dan memiliki massa. Partikel-partikel tersebut bergerak dengan kecepatan tertentu. Interaksi antara medan elektromagnetik luar dengan partikel-partikel menyebabkan terserapnya energi medan elektromagnetik. Sebagai hasil dari interaksi selanjutnya energi tersebut diubah ke dalam bentuk senyawa kimia sehingga dapat mempercepat proses-proses perkecambahan dan pertumbuhan tanaman ( Aladjadjiyan, 2007). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu tegangan (W) 1000, 1500 dan 2000 volt. Sedangkan faktor kedua yaitu lama pemaparan medan elektromagnetik (T) 24, 48, 72, 96 dan 120 jam. Masing-masing perlakuan dan kontrol diulang sebanyak 2 kali, sehingga diperoleh 36 unit percobaan dan untuk sampel kontrol disimbolkan dengan simbol C. Tahapan pelaksanaan I difokuskan pada pengamatan perkecambahan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemaparan medan elektromagnetik terhadap perkecambahan benih tanaman tomat cherry. Sedangkan penelitian tahap II difokuskan pada pengamatan pertumbuhan tanaman tomat cherry dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemaparan medan elektromagnetik terhadap pertumbuhan tanaman tomat cherry. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tegangan dan waktu yang digunakan pada pemaparan mengakibatkan adanya penurunan terhadap persentase perkecambahan benih dan penurunan terhadap pertumbuhan tanaman tomat cherry. Kemudian
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT apabila perlakuan berpengaruh nyata. Hasil penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi tegangan dan waktu yang digunakan pada pemaparan mengakibatkan adanya penurunan terhadap persentase perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman tomat cherry. Perkecambahan dan pertumbuhan tanaman terbaik dihasilkan pada pemaparan medan elektromagnetik tegangan 1500 volt dengan lama pemaparan 24 jam yang memberikan dampak positif terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman tomat cherry dengan rata-rata persentase perkecambahan sebesar 100%, laju pertumbuhan perkecambahan sebesar 9,09%/hari, berat kering kecambah sebesar 8,02%, tinggi tanaman tomat cherry sebesar 235 cm, jumlah daun tanaman tomat cherry 319,50 helai, jumlah bunga yang dihasilkan sebesar 33,17 dan panjang akar yang dihasilkan sebesar 67,84cm.
Ir. I Made. Anom Sutrisna Wijaya,M.App.Sc, Ph.D. as first supervisor and Dr. Ir. I Wayan Widia, M. SIE. as second supervisor.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati, maka dilanjutkan dengan uji DMRT.
perkecambahan dan pertumbuhan tanaman terbaik dihasilkan pada pemaparan medan elektromagnetik tegangan 1500 volt dengan lama pemaparan 24 jam yang memberikan dampak positif terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman tomat cherry dengan rata-rata persentase perkecambahan sebesar 100 %, laju pertumbuhan perkecambahan sebesar 9,09 %/hari, berat kering kecambah sebesar 8,02 %, tinggi tanaman tomat cherry sebesar 235 cm, jumlah daun tanaman tomat cherry 319,50 helai, jumlah bunga yang dihasilkan sebesar 33,17 dan panjang akar yang dihasilkan sebesar 67,84 cm.
Label: ftp
PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT CHERRY
EFEK MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PERKECAMBAHAN BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN TOMAT CHERRY (Lycopersicum cerasifornme) Kadek Maharani Kemala Dewi, NIM : 0611305006. 2011. Efek Medan Elektromagnetik pada Perkecambahan Benih dan Pertumbuhan Tanaman Tomat Cherry (Lycopersicum cerasifornme). Dibawah bimbingan Ir. I Made Anom Sutrisna Wijaya, M.App.Sc.,Ph.D. sebagai pembimbing I dan Dr. Ir. I Wayan Widia, M. SIE. sebagai pembimbing II. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemaparan medan elektromagnetik terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman tomat cherry serta mengetahui tegangan dan waktu pemaparan medan magnet yang tepat sehingga menghasilkan pertumbuhan tanaman tomat cherry yang terbaik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan pola percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor yang pertama yaitu tegangan terdiri dari 1000, 1500 dan 2000 volt, sedangkan faktor kedua yaitu lama pemaparan medan elektromagnetik terdiri dari 24, 48, 64, 92 dan 120 jam. Kata kunci: pemaparan medan elektromagnetik, perkecambahan benih, pertumbuhan, tomat cherry Kadek Maharani Kemala Dewi, NIM : 0611305006. 2011. The Effect Of Electromagnetic Field Exposure On Seed Germination And Growth Of Cherry Tomato Plants (Lycopersicum cerasifornme). Supervised by ABSTRACT The research were to observe the effect of electromagnetic field exposure on seed germination and growth of cherry tomato plants, and to determine the appropriate voltage and exposure time that resulted the best growth of cherry tomato plant.The experimental design used was randomized block design (RBD) with two factors. The first factor was the voltage of 1000, 1500 and 2000 volts, while the second factor was duration of exposure time fields consist of 24, 48, 64, 92 and 120 hours. Data were analyzed with ANOVA, followed by DMRT test if the treatment effect on reality. At germination, the results showed that, The higher the voltage and time used in the exposure resulted in a decrease of germination percentage cherry tomatoes. On plant growth, the results indicate that higher the voltage and the longer used in the exposure caused the slow growth of cherry tomato plants.The best germination and plant growth generated in the magnetic field exposure voltage 1500 volts with a duration of exposure 24 hours, yielding an average of 100% germination percentage, germination growth rate of 9.09% / day, seedling dry weight of 8.02%, higher cherry tomato plants by 235 cm, the number of cherry tomato plant leaf blade 319.50, the amount of interest generated at 33.17 and the long roots that produced by 67.84 cm. Keywords: electromagnetic field exposure, seed germination, growth, cherry tomatoes RINGKASAN Dalam sel-sel tanaman terdapat partikel-partikel yang bermuatan listrik dan memiliki massa. Partikel-partikel tersebut bergerak dengan kecepatan tertentu. Interaksi antara medan elektromagnetik luar dengan partikel-partikel menyebabkan terserapnya energi medan elektromagnetik. Sebagai hasil dari interaksi selanjutnya energi tersebut diubah ke dalam bentuk senyawa kimia sehingga dapat mempercepat proses-proses perkecambahan dan pertumbuhan tanaman ( Aladjadjiyan, 2007). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu tegangan (W) 1000, 1500 dan 2000 volt. Sedangkan faktor kedua yaitu lama pemaparan medan elektromagnetik (T) 24, 48, 72, 96 dan 120 jam. Masing-masing perlakuan dan kontrol diulang sebanyak 2 kali, sehingga diperoleh 36 unit percobaan dan untuk sampel kontrol disimbolkan dengan simbol C. Tahapan pelaksanaan I difokuskan pada pengamatan perkecambahan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemaparan medan elektromagnetik terhadap perkecambahan benih tanaman tomat cherry. Sedangkan penelitian tahap II difokuskan pada pengamatan pertumbuhan tanaman tomat cherry dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemaparan medan elektromagnetik terhadap pertumbuhan tanaman tomat cherry. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tegangan dan waktu yang digunakan pada pemaparan mengakibatkan adanya penurunan terhadap persentase perkecambahan benih dan penurunan terhadap pertumbuhan tanaman tomat cherry. Kemudian
Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam, kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT apabila perlakuan berpengaruh nyata. Hasil penelitian menyatakan bahwa semakin tinggi tegangan dan waktu yang digunakan pada pemaparan mengakibatkan adanya penurunan terhadap persentase perkecambahan benih dan pertumbuhan tanaman tomat cherry. Perkecambahan dan pertumbuhan tanaman terbaik dihasilkan pada pemaparan medan elektromagnetik tegangan 1500 volt dengan lama pemaparan 24 jam yang memberikan dampak positif terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman tomat cherry dengan rata-rata persentase perkecambahan sebesar 100%, laju pertumbuhan perkecambahan sebesar 9,09%/hari, berat kering kecambah sebesar 8,02%, tinggi tanaman tomat cherry sebesar 235 cm, jumlah daun tanaman tomat cherry 319,50 helai, jumlah bunga yang dihasilkan sebesar 33,17 dan panjang akar yang dihasilkan sebesar 67,84cm.
Ir. I Made. Anom Sutrisna Wijaya,M.App.Sc, Ph.D. as first supervisor and Dr. Ir. I Wayan Widia, M. SIE. as second supervisor.
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan apabila terdapat pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati, maka dilanjutkan dengan uji DMRT.
perkecambahan dan pertumbuhan tanaman terbaik dihasilkan pada pemaparan medan elektromagnetik tegangan 1500 volt dengan lama pemaparan 24 jam yang memberikan dampak positif terhadap perkecambahan dan pertumbuhan tanaman tomat cherry dengan rata-rata persentase perkecambahan sebesar 100 %, laju pertumbuhan perkecambahan sebesar 9,09 %/hari, berat kering kecambah sebesar 8,02 %, tinggi tanaman tomat cherry sebesar 235 cm, jumlah daun tanaman tomat cherry 319,50 helai, jumlah bunga yang dihasilkan sebesar 33,17 dan panjang akar yang dihasilkan sebesar 67,84 cm.
Label: ftp
BAHAN PENGAWET DAN PEMANIS PADA JAMBU BIJI
BAHAN PENGAWET (As. Benzoat) DAN BAHAN PEMANIS (Sakarin, Siklamat dan Aspartam) PADA PRODUK JUS JAMBU BIJI "Guava" (Psidium guajava) ABSTRAK I Wayan Eka Nadi . 0611205007. 2011. Identifikasi Bahan Pengawet (As. Benzoat) dan Bahan Pemanis (Sakarin, Sikalamat dan Asapartam) Pada Produk Jus Jambu Biji " Guava" (Psidium guajava) Yang Beredar di Wilayah Kota Denpasar. Di bawah bimbingan Ir. Sri Mulyani, MP dan Dr. Ir. G. P. Ganda Putra, MP. Penelitian ini bertujuan untuk (1). Menentukan ada tidaknya bahan pengawet asam benzoat dan bahan pemanis saakarin, siklamat dan aspartam pada produk jus jambu yang beredar di kota denpasar. (2). Menentukan jenis dan jumlah bahan pengawet asam benzoat dan bahan pemanis sakarin, siklamat dan aspartam yang terkandung pada produk apakah sudah sesuai dengan SNI 01-6693-2004. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang terdiri dari penentuan populasi, Pengambilan sampel dan analisis laboratorium. Jumlah sampel yang yang dianalisis adalah sebanyak 42 sampel yang kan di analisis. Merek sampael yang sama akan dihomogenkan terlebih dahulu, setelah itu baru dianalisis. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa produk jus jambu yang bermerek Yang beredar di wilayah kota Denpasar tidak ada yang mengandung bahan pemanis buatan (Sakarin, Siklamat dan Aspartam). Ini membuktikan bahwa memang benar produk jus jambu tersebut tidak mengandung pemanis buatan sesuai dengan yang di cantumkan pada masing-masing kemasan produk jus jambu tersebut. Hasil penelitian Bahan Pengawet Asam Benzoat adalah kusuma (0,04%), Okky jelly (0,01%) dan sampel yang lain menunjukkan negatif atau tidak ada puncak. Ini membuktikan bahwa pengawet yang terkandung dalam produk jus jambu yang bermerk sudah sesuai dengan SNI 01-6693-2004. Kata Kunci : Produk Jus Jambu, Sakarin, Aspartam, Siklamat dan Asam Benzoat. ABSTRACT I Wayan Eka Nadi. 0611205007. 2011. Preservative Material Identification (As.Benzoate) and Materials Sweetener (Saccharin, Cyclamate and Aspartame) At Guava Juice Products " Guava" (Psidium Guajapa) The circulating in the Territory of Denpasar. Under the guidance of Ir. Sri Mulyani, MP and Dr. Ir. G. P. Ganda Putra, MP. This research aims to (1). Determine the presence of or absence of preservatives benzoic aic and the sweetener saccharin, cyclamate and aspartame on guava juice products circulating in the city of Denpasar. (2). Specify the type and amont of preservatives benzoic acid and the sweetener saccharin, cyclamate and aspartame contained in the products, if it was in accordance with SNI O1-6693-2004. This research was conducted, by survey method consists of determining the population, sampling and laboratory analysis. The number of samples analiyzed are as many as 42 samples. Brand of the same sample will be mixed in advance, after the new analysis. Results showed that guava juice products are branded guava, which circulated in the city of Denpasar, Which contain no artificial sweetener (Saccharin, Cyclamate and Aspartame). This proves that it is true guava juice products do not contain artificial sweetener in accordancewith the imprinted on each product pakckage that guava juice. Materials research results preservative Benzoic acid is a brand kusuma sample (0,04%), Okky jelly (0,01%) and other samples showed negative or no peak. This proves that the preservatives contained in guava juice products, which that the preservatives accordance with SNI 01-6693-2004. Keywords : Guava juice products, Saccharin, Aspartame, Cyclamate and Benzoid acid. RINGKASAN Salah satu produk jus buah yang yang beredar di pasaran dan banyak digemari masyrakat akhir-akhir ini adalah jus jambu. Hal ini berkaitan dengan manfaat produk ini sebagai minuman untuk penderita penyakit demam berdarah. Kandungan Fe pada jambu mampu meningkatkan hemoglobin darah, sehingga produk ini di sarankan untuk dikonsumsi oleh penderita penyakit demam berdarah, (Andri , 2008). Pertumbuhan pasar minuman jus setiap tahunnya mencapai 15 hingga 20%. Beberapa perusahan yang memproduksi jus jambu misalnya, Unilever dengan produk Buavita dan Gogo, Coca-cola punya Minute Mid Pulpy Orange, sementara Sosro dengan produk Choice Juice. PT. Ultrajaya Milk Industry Trading Company, Tbk, merupakan salah satu industri pengolahan yang memproduksi jus buah yang pangsa pasarnya lebih dari 62% total katagori jus UHT, (Anonimus, 2009). Seperti sifat jus buah pada umumnya, produk jus jambu cepat mengalami kerusakan, sehingga produk-produk jus yang ada di pasaran biasanya ditambahkan bahan pengawet dan untuk effisiensi biaya produksi perusahaan biasanya juga menambahkan bahan pemanis. Menurut Winarno dan Rahayu (1994), pemanis sintetis yang kini banyak berkembang di Indonesia adalah sakarin, siklamat dan aspartam. Dari ketiga jenis bahan pemanis tersebut semuanya pernah mengalami kontroversi dalam penggunannya. Bahan pengawet dan bahan pemanis banyak digunakan untuk tujuan mengurangi biaya produksi dalam pembuatan berbagai makanan, seperti sirup, jenang, getuk dan lain-lain. Sampai saat ini masih di perdebatkan mengenai bahaya pemakaian bahan pengawet dan pemanis buatan, terutama masalah sifat karsinorganik. Sudah terbukti bahwa pemakaian pemanis dan pengawet yang cukup banyak dan terus menerus dalam percobaan binatang dapat menimbulkan kanker (Tranggono et al.,1990). Dicurigai minuman jus jambu dalam kemasan gelas plastik yang sering dikonsumsi oleh anak-anak mengandung bahan pengawet dan bahan pemanis yang berlebihan. Terbukti pernah terjadi kasus yaitu anak-anak sakit sehabis mengkonsumsi minuman tersebut. Dari pristiwa tersebut dan dari manfaat yang dimiliki oleh minuman jus jambu yaitu berfungsi untuk kesehatan maka mutu produknya harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku atau aturan yang sudah di keluarkan oleh Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan BPOM 2004. Untuk memastikan kandungan bahan pengawet dan bahan pemanis pada jus jambu, maka perlu diadakan penelitian pada produk jus jambu yang beredar di pasaran agar kandungan bahan pengawet dan bahan pemanisnya sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Penelitian uji bahan pengawet dan pemanis pada jus jambu yang beredar di kota Denpasar bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan pengawet dan bahan pemanis yang terkandung pada produk tersebut dan apakah sudah sesuai dengan standar mutu yang sesuai. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei yang terdiri dari penentuan populasi, Pengambilan sampel dan analisis laboratorium. Jumlah sampel yang yang dianalisis adalah sebanyak 42 sampel yang kan di analisis. Merek sampael yang sama akan dihomogenkan terlebih dahulu, setelah itu baru dianalisis. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa produk jus jambu yang bermerek Yang beredar di wilayah kota Denpasar tidak ada yang mengandung bahan pemanis buatan (Sakarin, Siklamat dan Aspartam). Ini membuktikan bahwa memang benar produk jus jambu tersebut tidak mengandung pemanis buatan sesuai dengan yang di cantumkan pada masing-masing kemasan produk jus jambu tersebut. Hasil penelitian asam benzoat menunjukkan bahwa hanya dua merk produk jus jambu yang dapat diketahui dengan menggunakan alat HPLC Kolom C 18, yaitu merk kusuma drink sebanyak 0,04% dan Okky jelly drink sebanyak 0,01%. Produk yang lainnya menunjukkan negatif atau tidak ada puncak. Hasil ini didapat dengan menggunakan perhitungan yaitu Konsentrasi = Luas area sampel / Luas area standar X %Standar. Dari hasil yang didapat pada penelitian bahan pengawet asam benzoat dan bahan pemanis buatan sakarin, siklamat dan aspartam dapat disimpulkan bahwa produk jus jambu biji yang bermerek yang beredar di kota Denpasar tidak mengandung bahan pemanis buatan dan produk jus jambu biji yang bermerek yang mengandung bahan pengawet asam benzoat adalah sampel merk kusuma drink (0,04%) dan sampel merk Okky jelly drink (0,01%). Sampel yang lain menunjukkan negatif atau tidak ada puncak. Ini menunjukkan bahwa kandungan bahan pengawet dan bahan pemanis butan pada produk jus jambu yang bermerk yang beredar di kota Denpasar sudah sesuai dengan SNI 01-6693-2004. I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pada saat ini banyak jenis minuman yang beredar di pasaran, salah satunya adalah minuman jus buah. Jus buah banyak di jumpai di swalayan-swalayan, dan mempunyai potensi yang baik. Minuman jus buah mempunyai manfaat untuk kesehatan dan kesegaran badan. Beberapa manfaat yang dimiliki oleh jus buah diantaranya yaitu dapat memperlancar pencernaan dan mencegah konstipasi, sebagai antioksidan, mencegah dan mengobati sariawan dan menurunkan kolestrol. Terdapatnya beberapa jenis minuman yang beredar di pasaran, akhir-akhir ini menunjukkan bahwa prospek pemasaran jus buah meningkat, (Andri, 2008). Salah satu produk jus buah yang yang beredar di pasaran dan banyak digemari masyrakat akhir-akhir ini adalah jus jambu. Hal ini berkaitan dengan manfaat produk ini sebagai minuman untuk penderita penyakit demam berdarah. Kandungan Fe pada jambu mampu meningkatkan hemoglobin darah, sehingga produk ini di sarankan untuk dikonsumsi oleh penderita penyakit demam berdarah, (Andri, 2008). Pertumbuhan pasar minuman jus setiap tahunnya mencapai 15 hingga 20%. Beberapa perusahan yang memproduksi jus jambu misalnya, Unilever dengan produk Buavita dan Gogo, Coca-cola punya Minute Mid Pulpy Orange, sementara Sosro dengan produk Choice Juice. PT. Ultrajaya Milk Industry Trading Company, Tbk, merupakan salah satu industri pengolahan yang memproduksi jus buah yang pangsa pasarnya lebih dari 62% total katagori jus UHT, (Anonimus, 2009). Seperti sifat jus buah pada umumnya, produk jus jambu cepat mengalami kerusakan, sehingga produk-produk jus yang ada di pasaran biasanya ditambahkan bahan pengawet dan untuk effisiensi biaya produksi perusahaan biasanya juga menambahkan bahan pemanis. Menurut Winarno dan Rahayu (1994), pemanis sintetis yang kini banyak berkembang di Indonesia adalah sakarin, siklamat dan aspartam. Dari ketiga jenis bahan pemanis tersebut semuanya pernah mengalami kontroversi dalam penggunannya. Bahan pengawet dan bahan pemanis banyak digunakan untuk tujuan mengurangi biaya produksi dalam pembuatan berbagai makanan, seperti sirup, jenang, getuk dan lain-lain. Sampai saat ini masih di perdebatkan mengenai bahaya pemakaian bahan pengawet dan pemanis buatan, terutama masalah sifat karsinorganik. Sudah terbukti bahwa pemakaian pemanis dan pengawet yang cukup banyak dan terus menerus dalam percobaan binatang dapat menimbulkan kanker (Tranggono et al.,1990). Dicurigai minuman jus jambu dalam kemasan gelas plastik yang sering dikonsumsi oleh anak-anak mengandung bahan pengawet dan bahan pemanis yang berlebihan. Terbukti pernah terjadi kasus yaitu anak-anak sakit sehabis mengkonsumsi minuman tersebut. Dari pristiwa tersebut dan dari manfaat yang dimiliki oleh minuman jus jambu yaitu berfungsi untuk kesehatan maka mutu produknya harus sesuai dengan persyaratan yang berlaku atau aturan yang sudah di keluarkan oleh Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/88 dan BPOM 2004. Untuk memastikan kandungan bahan pengawet dan bahan pemanis pada jus jambu, maka perlu diadakan penelitian pada produk jus jambu yang beredar di pasaran agar kandungan bahan pengawet dan bahan pemanisnya sesuai dengan standar mutu yang berlaku. Penelitian uji bahan pengawet dan pemanis pada jus jambu yang beredar di kota Denpasar bertujuan untuk mengetahui jumlah bahan pengawet dan bahan pemanis yang terkandung pada produk tersebut dan apakah sudah sesuai dengan standar mutu yang sesuai. 1.2. PERUMUSAN MASALAH Perumusan masalah yang akan di teliti yaitu : 1.3. HIPOTESIS Hipotesis dalam penelitian ini adalah produk minuman jus jambu yang beredar di wilayah kota Denpasar diduga mengandung bahan pengawet Asam Benzoat dan bahan pemanis Sakarin, siklamat dan aspartam dengan jumlah yang tidak sesuai dengan SNI 01-6693-2004. 1.4. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk : 1.5. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian diharapkan dapat berguna sebagai imformasi bagi instansi terkait melaksanakan pembinaan kepada masyarakat, khususnya perusahaan atau industri yang memproduksi minuman jus buah khsusnya Jus Jambu, agar lebih memperhatikan pemakaian bahan pengawet dan pemanis terutama jenis serta jumlah bahan pengawet dan pemanis yang aman dan sudah sesuai dengan standar mutu yang di tentukan oleh SNI No. 01-6693-2004.demi menjaga keselamatan dan kesehatan konsumen.
Label: ftp
CYSTOTOMY
Cystotomy adalah prosedur operasi untuk membuka kantong kencing. Cystotomy dilakukan terutama untuk mengeluarkan kalkuli yang ada pada kantong kencing dan uretra, tumor kandung kemih, trauma akibat kecelakaan atau tertusuk oleh benda runcing, untuk tujuan biopsy, memperbaiki ureter ektopik dan kandung kemih pecah, dan membantu dalam diagnosis untuk mengobati infeksi saluran kencing. Sebelum dilakukan cystotomy perlu evaluasi kondisi umum pasien dan adanya tanda-tanda uremia, oleh karena itu terapi cairan sangat perlu diberikan untuk menunjang status pasien. Cystotomy adalah salah satu prosedur bedah yang paling umum dilakukan pada anjing. Kadang-kadang, pada anjing terbentuk kristal abnormal dalam urin mereka yang menyebabkan infeksi sekunder untuk penyakit sistemik, infeksi kandung kemih, atau ketidakseimbangan gizi. Kristal-kristal dapat tumbuh menjadi batu padat yang dapat menyebabkan iritasi kandung kemih atau infeksi. Selain itu, batu bisa masuk dalam uretra dan mengganggu proses perkencingan pada hewan. Keberadaan batu dapat menyebabkan hewan melakukan buang air kecil dalam volume kecil namun sering, menyebabkan kencing darah kebiruan, atau tidak mampu buang air kecil. ureter ektopik juga diobati melalui suatu cystotomy. Operasi cystotomy biasanya dilakukan apabila terjadi: Dalam beberapa kasus yang parah, infeksi non-responsif saluran kemih mungkin perlu untuk membuka kandung kemih untuk mendapatkan contoh jaringan untuk dikultur. Ini akan membantu dokter hewan dalam menentukan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Sebelum tindakan operasi dilaksanakan, hewan terlebih dahulu anamnese, pemeriksaan fisik umum seperti complete blood count (CBC), test biokimia serum, urinalysis dan EKG. Selain itu radiograph (x-ray) atau abdominal ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit, dan dipuasakan. Karena melibatkan pembukaan cavum abdominal, hewan harus diberikan anestesi umum (inhalasi) atau anestesi epidural, sebelum dilakukan operasi. Anastesi umum dibutuhkan dalam operasi ini untuk membuat hewan tidak sadar, control lengkap terhadap rasa sakit, dan relaksan otot. Selain itu anastesi perlu dijaga dengan memberikan isoflourance + oksigen 100% melalui selang. Hewan disiapkan secara aseptic untuk pembedahan dengan pendekatan insisi pada garis median posterior abdomen, tetapi pada anjing jantan bedah dilakukan agak ke samping. Setelah hewan teranestesi, hewan dibaringkan dengan posisi rebah dorsal, rambutnya dicukur dari perut dengan gunting, dan selanjutnya dipasangi kain penutup operasi (drap). Insisi dilakukan pada garis median posterior abdomen berturut-turut insisi pada kulit, jaringan subkutan, linea alba. Tepi linea alba kiri dan kanan dijepit dengan allis forcep dan sedikit diangkat keatas untuk memudahkan identifikasi kantong kencing. Kantong kencing diangkat ke permukaan dan direfleksikan ke caudal sehingga yang diinsisi nantinya adalah permukaan bagian dorsal dari kantong kencing. Pasang jahitan stay suture pada kedua sisi lateral dari kantong kencing untuk memudahkan insisi pada kantong kencing. Setelah membuka kandung kemih, batu (uroliths) dikeluarkan dari kandung kemih. Jika dicurigai mengalami tumor, sampel dari dinding kandung kemih dapat dihilangkan (dipotong) dan dikirim ke laboratorium untuk diteliti. Ketika infeksi diduga bagian dari dinding kandung kemih dan sampel dari batu yang telah dikeluarkan yang disiapkan untuk dikultur (untuk menentukan apa bakteri yang tumbuh) dan kepekaan antibiotik (untuk menentukan antibiotik bakteri yang paling sensitif terhadap bakteri). Apabila kantong kencing penuh berisi urin perlu dilakukan aspirasi urin agar tidak tumpah kedalam rongga abdomen. Insisi kantong kencing dibuka selanjutnya dilakukan sesuai dengan tujuan operasinya. Bilamana ada kalkuli lakukan pengeluaran kalkuli seluruhnya. Kateterisasi perlu dilakukan dari urethra untuk mendorong kalkuli masuk kedalam kantong kencing. Bilas kantong kencing sampai bersih dengan menggunakan NaCl fisiologis. Bila akibat trauma pada kantong kencing perlu dibuat luka baru pada kantong kencing sebelum dilakukan penjahitan. Penutupan pada kantong kencing dilakukan dengan dua lapis jahitan yaitu sederhana menerus dan dibantu dengan jahitan pola lembert menerus menggunakan benang chromic cat gut. Dinding abdomen ditutup berturut-turut dari linea alba dengan benang vicryl 2-0 dengan pola sederhana terputus, jaringan subkutan diijahit dengan pola sederhana menerus menggunakan benang plain cat gut 3-0 atau 2-0 dan kulit luar dijahit dengan benang non absorbable pola sederhana terputus. Pada prinsipnya hampir sama dengan nephrotomy, dimana produksi urin terus dimonitor dengan disertai pemberian cairan infuse Ringer Laktat. Analisis kalkuli perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kalkuli ulangan. Untuk memberikan kenyamanan pada hewan, biasanya diberikan obat anti-inflamasi atau anti nyeri (analgesik), seperti fentanyl (2-5 mg/kg/jam) dalam infuse sangat efektif untuk mengurangi sakit selama beberapa hari setelah operasi dan antibiotic juga diberikan sehari 3 kali selama 5 hari atau lebih sampai tidak terjadi infeksi. Seringkali dilakukan pemasangan kateter selama 1-3 hari. Luka tempat incise harus dijaga kebersihannya dengan memberikan antiseptika setiap hari. Terapi penunjang bisa diberikan untuk mempercepat proses kesembuhan, seperti: membatasi gerak yang berlebihan untuk menjaga jahitan tidak lepas. Jika hewan peliharaan mengalami batu di kandung kemih atau uretra, maka perlu dilakukan diet. Diet bisa bervariasi berdasarkan jenis spesifik batu yang terdapat dalam batu ginjal. Amati sayatan dua kali sehari jika terjadi kemerahan, pembengkakan atau radang dari luka insisi. Perhatikan warna urin dan apakah tampaknya menjadi darah-biruan. Juga memperhatikan apakah pada saat hewan buang air kecil tampaknya mudah atau sulit. Jika terjadi komplikasi segera lakukan tindakan. Jahitan pada kulit biasanya sudah bisa dibuka 7-14 hari setelah operasi. Walaupun kantong kemih strukturnya lemah, insisi pada kantung kemih akan cepat sembuh, dan kesembuhannya dapat mencapai 100% dalam 14-21 hari. kantung kemih akan membesar setelah prsedur cystotomy, hal ini terjadi karena adanya kombinasi regenerasi ephitelial, sintesis dan remodeling jaringan luka, hipertropi dan proliferasi otot polos, dan kantung kemih yang meregang. Komplikasi yang umum terjadi biasanya berupa pendarahan, infeksi post-operasi, keluarnya urin yang tidak dapat terkontrol, dan dehisensi (terbukanya luka kembali). Secara keseluruhan komplikasi jarang terjadi, akan tetapi komplikasi yang serius dapat menyebabkan kematian sehingga diperlukan tindakan lebih lanjut. Dalam kasus yang jarang terjadi, kandung kemih mungkin tidak sembuh dengan baik setelah cystotomy dan urin mungkin mulai bocor ke perut. Jika hal ini terjadi hewan peliharaan mungkin mulai merasa kurang nyaman dan menunjukan tanda-tanda berupa perut yang buncit. Jika hewan tidak membaik setelah operasi atau mulai merasa buruk (nafsu makan berkurang, lesu) segera lakukan pemeriksaan untuk menguatkan diagnosa penyebab infeksi atau gangguan. Jika sudah bisa dipastikan bahwa kandung kemih bocor, maka bisa segera dilakukan operasi untuk memperbaiki. Daftar Pustaka Anonim. What is Cystotomy in Dogs?. http://tbeah.com/cystotomy-dog_procedure.html Diamond D. Dr. Cystotomy in Dogs. http://www.petplace.com/dogs/cystotomy-in-dogs/page1.aspx. Martin, Corole. 2007. Textbook of Veterinary SurgicalNrsing. Elsivier Slatter, Douglas H. 2002. Textbook of Small Animal Surgery. Elsivier Sudisma I.Gst.Ngr, dkk. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Palawa Sari. Denpasar. Tranquill, William J. 2004. Pain Management For SmallarumalnPractitioner. Teton New Medica