Custom Search
anatomy - histology - veterinary - cells - biotechnology

Pengendalian Mutu

Mutu sangat berkaitan dengan kualitas. Berkualitas berarti menunjuk pada sesuatu hal yang tidak bisa dipisahkan atau perbedaan karakteristik atau hak milik dari seseorang, objek, proses atau lain hal. Karakteristik demikian mungkin menambahkan satu subyek, atau mungkin menandakan beberapa derajat dari perampungan atau keunggulan. Ketika dipergunakan dalam hubungan dengan orang-orang. Masa juga boleh menandakan satu pribadi karakter atau ciri.
Masa sering menjadi membandingkan dengan konsep dari kuantitas. Di pengetahuan, pekerjaan dari Aristotle difokuskan pada mutu takaran, sedangkan pekerjaan dari Galileo dihasilkan pada satu pergeseran ke arah pembahasan dari kuantitas.
Mutu dapat dipergunakan sebagai satu alat pengukuran, sukai metrik atau fahrenheit, sepertinya biasanya menilai keduanya subyek yang dibanggakan sebagai terpercaya dan yang dapat disetujui seperti "berkualitas tinggi" dan pokok yang dipandang sebagai mengacaukan, tidak sangat menolong, atau tidak masuk akal sebagai mutu rendah. Tapi berkualitas dipergunakan sebagai satu kata positif, seperti pada rasa dari "ini adalah satu kepala mutu. Antonim ini dapat dirasa seperti, dan berbagai kata yang lain yang berbias konsep untuk mempunyai mutu rendah. ISO 9000 mendefinisikan berkualitas seperti derajat kemana seperangkat karakteristik yang tidak bisa dipisahkan memenuhi kebutuhan.
Seiring perkembangan waktu ada beberapa penafsiran mengenai pengertian mutu, yaitu :
1. "Conformance ke spesifikasi" (Phil Crosby pada 1980). Kesulitan dengan ini adalah spesifikasi tidak boleh apa pelanggan inginkan. Crosby memperlakukan ini sebagai satu masalah terpisah.
2. "Kebugaran untuk penggunaan" (Joseph M. Juran). Kebugaran didefinisikan oleh pelanggan.
3. “Satu dua model dimensional dari mutu (Noriaki kano dan yang lainnya). Menurut mereka berkualitas punya dua dimensi yaitu : "harus berkualitas" dan "mutu tarik". Pada awalnya adalah dekat dengan kebugaran untuk penggunaan" dan belakangan adalah apa pelanggan akan cinta, Pendukung mengenali lagi model ini succinctly seperti produk dan jasa itu pertemuan atau melebihi harapannya pelanggan". Satu percaya penulis mengemukakan bahwa ini adalah hari ini penafsiran yang paling terpakai untuk masa mutu.
4. "Hargai ke beberapa orang" (Gerald M. Weinberg).
5. “Mutu adalah hasil pekerjaan” (W. Edward Deming).
Manajemen Mutu
Manajemen Mutu adalah satu cara sistematis untuk memastikan bahwa semua aktivitas diperlukan untuk disain, kembangkan dan terapkan satu produk atau jasa yang memuaskan kebutuhan dari organisasi dan dari pengguna mengambil tempat sebagai terencana dan itu aktivitas diselesaikan berharga secara efektif.

Peningkatan Mutu
Salah satu yang dianggap terbaik yang dikenal untuk mutu mendirikan filsafat manajemennya, produktifitas, dan posisi kompetitif adalah W. Edward Deming. Dia telah merumuskan 14 titik perhatian untuk manajer, beberapa titik ini jadilah lebih sesuai dengan layani manajemen antara lain :
• Memecah halangan di antara departemen,
• Manajemen harus belajar tanggungjawab mereka, dan tanggung kepemimpinan,
• Meningkatkan secara konstan,
• Dirikan satu program acara Pendidikan dan self­ peningkatan.

Standar mutu
Satu setelan penting dari adalah ISO 9000 jangkauan, seperangkat lima standar untuk satu Jaminan berkualitas sistem yang diterima di seluruh bumi. Pada putaran dari milenium, 90 atau seperti itu negara mempunyai diadopsi ISO 9000 sebagai batu penjuru dari standar nasional mereka. Ketika kamu membeli satu produk atau jasa dari sekawanan yang didaftarkan ke sesuai ISO 9000 standar; kamu punya jaminan penting itu berkualitas dari apa yang kamu akan mendapat akan saat kamu harapkan. Sebagai contoh perusahaan mobil membuat bisnis dengan penyalur hanya jika mereka ISO 9000 dijamin.

Jaminan mutu
Jaminan mutu meliputi semua aktivitas dari disain, pembangunan, penghasilan, instalasi, melayani dan dokumentasi, ini perkenalkan ketentuan: "sesuai untuk penggunaan" dan "apakah ini membenarkan saat pertama kali". Ini meliputi peraturan mutu dari bahan baku, perakitan, produk dan komponen; melayani terkait ke penghasilan; dan manajemen, penghasilan, dan proses inspeksi.
Test kegagalan
Satu proses berharga untuk melaksanakan pada konsumen adalah, operasi dari produk hingga ini tidak berhasil, sering di bawah penekanan seperti meningkat getaran, suhu dan kelembaban. Penyingkapan ini beberapa tidak diantisipasi kelemahan pada satu produk, dan data biasanya memandu rancang-bangun dan pabrikasi proses peningkatan. Sering sangat sederhana perubahan dapat secara dramatis meningkatkan jasa produk, seperti itu perubahan ke pembentuk -resisten cat atau menambahkan penempatan, ke pelatihan untuk personalia perakitan baru.

Kontrol statistik
Banyak organisasi pergunakan statistik proses kontrol untuk membawakan organisasi untuk Enam Sigma taraf dari mutu, dengan kata lain, sehingga itu kemungkinan dari satu kegagalan tak diduga terbatas pada enam simpangan baku pada distribusi normal. Kemungkinan ini adalah kurang dari empat one­millionths. Butir data mengontrol sering termasuk masukan order seperti itu seperti halnya tugas pabrikasi konvensional.
Data statistik tradisional memproses kontrol di operasi pabrikasi biasanya proses oleh awur-awuran mencontoh dan menguji satu fraksi dari keluaran. Perbedaan dengan toleransi kritis secara terus-menerus dijejaki, dan proses pabrikasi dibenarkan sebelum buruk bagian dapat dihasilkan.

Mutu perusahaan
Selama '1980,konsep dari "mutu perusahaan" dengan fokus pada manajemen dan orang-orang datang ke garis terdepan. Ini sadar tersebut, kalau semua departemen didekati berkualitas dengan satu urusan terbuka, sukses adalah kemungkinan kalau manajemen yang dipimpin bermutu.
Perusahaan mutu lebar mendekati tempat satu penekanan pada tiga aspek, yaitu:
1. Unsur seperti kontrol, manajemen pekerjaan, proses cukup, kriteria kinerja dan integritas dan identifikasi dari rekaman.
2. Kemampuan seperti pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kecakapan
3. Unsur lunak, personalia seperti itu integritas, kepercayaan, organisasi budaya, motivasi dan hubungan berkualitas.
Mutu dari keluaran adalah berhadapan dengan resiko kalau apapun ini tiga aspek adalah kahat bagaimanapun juga.
Pendekatan ke manajemen berkualitas memberikan sini kemudian tidak terbatas pada teater pabrikasi hanyalah kecuali dapat berlaku bagi apapun kegiatan usaha:
1. Disain pekerjaan
2. Bantuan administrasi
3. Berkonsultasi
4. Bank
5. Asuransi
6. Perangkat lunak computer
7. Penjualan eceran, dan
8. Angkutan.

Di pabrikasi dan konstruksi aktivitas, praktek bisnis ini dapat disamakan ke model untuk jaminan mutu didefinisikan oleh Standar Internasional dikandung pada ISO 9000 rangkaian dan ditetapkan Spesifikasi untuk sistem mutu. Masih pada sistem dari Mutu Perusahaan, pekerjaan diselesaikan adalah inspeksi lantai belanjar yang mana tidak mengontrol mutu utama masalah. Ini memimpin ke jaminan mutu atau gugus kendali mutu penjumlahan, punyai yang jadi nyata baru-baru ini.

Total gugus kendali mutu
Total Gugus Kendali Mutu adalah inspeksi yang paling perlu kontrol dari semua jika dimana, terlepas dari ilmu pengetahuan tentang teknik gugus kendali mutu data statistik atau peningkatan mutu terapkan, jual penyusutan.
Masalah utama yang memimpin ke satu penyusutan di penjualan adalah itu spesifikasi jangan meliputi paling penting faktor, "Apa pelanggan diperlukan".
Karakteristik utama, diabaikan semasa pencarian untuk meningkatkan bisnis pembuat dan keseluruhan kinerja adalah:
a. Keandalan
b. Maintainability
c. Keselamatan
Sebagai paling penting faktor telah diabaikan, beberapa harus diperkenalkan:
1. Pemasaran harus menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik dan mendefinisikan spesifikasinya pelanggan.
2. Spesifikasi harus didefinisikan untuk dicocokkan dengan ini kebutuhan.
3. Conformance ke spesifikasi yaitu.. gambar, standar dan dokumen relevan yang lain, diperkenalkan selama pabrikasi, perencanaan dan kontrol.
4. Manajemen harus mengonfirmasikan semua operator memadai pekerjaan yang dipaksakan pada mereka dan libur, perayaan dan sengketa tidak mempengaruhi apapun tingkat kualitas.
5. Inspeksi dan test diselesaikan, dan semua komponen dan bahan, diborong atau hal sebaliknya, disesuaikan diri ke spesifikasi, dan adalah akurat, ini adalah tanggungjawab dari departemen QA / QC.
6. Apapun keluhan yang didapat dari pelanggan adalah timorously
7. Umpan balik dari pengguna / pelanggan biasanya menelaah desain.

Jika spesifikasi asli tidak mencerminkan mutu benar kebutuhan, mutu tidak dapat diperiksa atau membuat ke dalam produk. Sebagai contoh, semua parameter untuk satu kapal desakan harus termasuk tidak hanya bahan dan dimensi tapi beroperasi, lingkungan, keselamatan, keandalan dan maintainability kebutuhan. Untuk simpulkan, bentuk di atas basis dari yang mana filsafat dari Jaminan Mutu telah tingkatkan, dan perampungan dari mutu atau "kebugaran untuk penggunaan" adalah "Kesadaran berkualitas" sepanjang perusahaan.

Read more.....

EFEK KANDUNGAN RACUN PADA JAMUR AMANITA PHALLOIDES DAN CARA PENANGGULANGANNYA

STUDI TOKSIKOLOGI


EFEK KANDUNGAN RACUN PADA JAMUR AMANITA PHALLOIDES

DAN CARA PENANGGULANGANNYA



ABSTRAK


Jamur Amanita phalloides merupakan jenis jamur beracun paling berbahaya yang dapat menyebabkan kematian akibat efek toksik yang ditimbulkan. Selain mengenal aspek biologisnya lebih jauh, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui efek senyawa racun pada jamur Amanita phalloides serta cara penanggulangan pada korban keracunan jamur ini.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kajian pustaka. Pustaka yang digunakan didapat dari hasil pencarian di internet, selain itu digunakan pula beberapa buku tambahan yang dapat menunjang pembahasan mengenai jamur ini. Amanita phalloides adalah jenis jamur beracun yang mengandung senyawa racun seperti phalloidin yang terikat kuat pada actin filament (F-actin) dan amanitin yang terikat kuat pada enzim RNA polymerase II dengan efek toksik berupa kerusakan hati dan kegagalan ginjal akut yang dapat mematikan


Kata kunci: Amanita phalloides, phalloidin, amanitin


BAB I

PENDAHULUAN


    1. Latar Belakang

Istilah keracunan makanan digunakan secara luas oleh masyarakat untuk semua penyakit yang diakibatkan oleh pemasukan makanan yang mengandung toksin. Dalam bahan makanan, suatu zat dapat dinyatakan sebagai racun (toksin) jika efek yang ditimbulkan dari zat tersebut dapat merusak sistem kerja metabolisme tubuh. Dari sekian banyak bahan makanan yang tersedia di alam, jamur merupakan salah satu bahan pangan yang berpotensi menimbulkan racun namun tidak jarang pula banyak dikonsumsi oleh masyarakat.

Jamur (fungi) adalah kelompok besar jasad hidup yang termasuk ke dalam dunia tumbuh-tumbuhan. Struktur tubuhnya bervariasi mulai dari yang sederhana/uniseluler


(contohnya khamir), sampai dengan bentuk lengkap/multiseluler (contohnya jamur kayu) dengan dinding sel dari selulosa atau khitin. Jamur memiliki inti (eukariot), berspora, namun tidak mempunyai pigmen hijau daun (khlorofil). Cara perkembangbiakannya secara aseksual (vegetatif) menghasilkan spora dan secara seksual (generatif) melalui kontak gametangium dan konjugasi (Anonim, 2007). Dewasa ini banyak masyarakat mengonsumsi jamur karena alih fungsinya sebagai bahan makanan alternatif pengganti daging. Selain karena memiliki cita rasa yang tinggi, orang mengonsumsi jamur juga karena pertimbangan kesehatan. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan bila jamur sering digunakan para vegetarian untuk menggantikan menu daging mereka. Jamur merang (Volvariella), jamur kuping (Auricularia), shitake (Lentinus), dan jamur tiram putih (Pleuterotus) merupakan jenis-jenis jamur pangan yang kini sering dikonsumsi oleh masyarakat. Selain karena rasanya yang enak, jamur juga memiliki banyak manfaat. Misalnya, sebagai bahan obat-obatan, untuk dibudidayakan, dan bermanfaat pula dalam pengolahan pangan seperti dalam pembuatan wine, tempe, tape, kecap, keju, dan lain sebagainya. Namun bahan makanan ini tidak selamanya menguntungkan. Di sisi lain, jamur dapat pula menjadi penyebab penyakit kerusakan pangan atau yang lebih dikenal dengan istilah keracunan.

Dalam beberapa dekade terakhir ini sering kita jumpai kasus keracunan makanan yang diakibatkan oleh jamur beracun. Jamur beracun merupakan golongan jamur dengan kandungan senyawa-senyawa kimia berbahaya yang berpotensi menimbulkan efek toksik bagi kesehatan. Pada kenyataannya sangat sukar untuk membedakan jenis jamur beracun (membahayakan) dan tidak. Meskipun demikian, ada beberapa ketentuan yang sejauh ini dapat dijadikan pegangan untuk menentukan jenis jamur beracun atau tidak. Umumnya jenis jamur beracun mempunyai ciri-ciri seperti memiliki warna yang agak mencolok misalnya merah darah, hitam, cokelat, hijau tua, biru tua dan sejenisnya (perkecualian untuk jamur kuping dengan payung berwarna coklat yang dapat dimakan); memiliki cincin atau cawan pada tangkainya dengan bentuk seperti payung putih kekuningan, misalnya jenis Amanita muscaria (perkecualian untuk jamur merang, walaupun memiliki cincin namun tetap bisa dimakan); jamur beracun tumbuh pada tempat yang kotor (misalnya tempat pembuangan sampah dan pada kotoran hewan), serta memiliki bau busuk karena mengandung senyawa sulfida atau sianida sehingga jarang dihinggapi serangga atau binatang kecil lainnya. Jika jenis jamur ini dilekatkan pada benda yang terbuat dari perak asli maka pada permukaan benda tersebut akan timbul warna hitam (karena sulfida) atau kebiruan (karena sianida). Selain itu, jenis jamur beracun jika dimasak atau dipepes bersama nasi putih maka nasi tersebut akan berubah warna menjadi coklat, kuning, merah, atau hitam. Ada banyak jenis-jenis jamur beracun, diantaranya Amanita phalloides, virosa dan verna; Gyromitra (Helvella) esculenta; Boletus satanas, Russula emetica, Lactarius torminosus (jamur setan/giftreizker); jenis Inocybe; Amanita muscaria, dan Amanita pantherina (jamur lalat dan jamur macan tutul) (Anonim, 2007).

Dari sekian banyaknya jenis jamur beracun, jamur Amanita phalloides merupakan spesies jamur beracun paling berbahaya karena dapat menyebabkan kematian apabila dikonsumsi oleh masyarakat. Jamur ini mengandung amanitin (amatoksin) dan phalloidin (falotoksin) sebagai senyawa-senyawa kimia berbahaya yang dapat menimbulkan efek toksik bagi kesehatan. Karena itu dengan mengenal aspek biologis jamur beracun ini lebih jauh seperti mengetahui ciri, kandungan senyawa racun, serta efek toksik yang ditimbulkan, maka pencegahan dan pengobatan akibat keracunan jamur Amanita phalloides dapat dilakukan sedini mungkin


1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah, antara lain:

1.

Apakah jamur Amanita phalloides?
2.

Bagaimanakah efek senyawa racun pada jamur Amanita phalloides?
3.

Bagaimanakah cara penanggulangan keracunan jamur Amanita phalloides?


1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk beberapa hal, antara lain:

1.Untuk mengetahui jamur Amanita phalloides
2.Untuk mengetahui efek senyawa racun pada jamur Amanita phalloides
3.Untuk mengetahui cara penanggulangan keracunan jamur Amanita phalloides


1.4. Manfaat Penelitian

1. Dimaksudkan agar masyarakat lebih berhati-hati dalam memilih jenis-jenis jamur yang dapat dikonsumsi mengingat jamur memiliki potensi sebagai bahan makanan beracun

2. Dimaksudkan agar penanggulangan terhadap penderita keracunan jamur Amanita phalloides dapat dilakukan sedini mungkin mengingat efek toksik senyawa kimia pada jamur beracun ini sangat berbahaya bagi kesehatan


1.5. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan kajian pustaka mengenai efek kandungan racun pada jamur Amanita phalloides dan cara penanggulangannya. Metode yang digunakan adalah studi pustaka, baik yang berasal dari buku-buku hingga situs internet mengenai jenis jamur itu sendiri. Data dikumpulkan melalui tahapan pembacaan mengenai jamur Amanita phalloides, sehingga diperoleh informasi sebanyak mungkin mengenai potensi jamur ini sebagai bahan makanan beracun.






BAB II

ASPEK BIOLOGIS JAMUR AMANITA PHALLOIDES


2.1 Morfologi Jamur Amanita phalloides

Jamur Amanita phalloides dikenal pula sebagai payung maut (Death Cap). Dari sekian banyaknya jenis jamur beracun, Amanita phalloides merupakan spesies jamur paling berbahaya karena kematian biasanya terjadi setelah mengonsumsi jamur ini. Masyarakat awam sering sering mengira jamur ini dengan champignon (jamur agaricus)

Secara morfologi, jamur Amanita phalloides termasuk organisme heterotrof karena tidak mempunyai pigmen hijau daun (khlorofil) untuk melakukan proses fotosintesis. Tubuh buah seperti payung dengan tudung berwarna merah, coklat muda, coklat tua sampai kuning dengan bintik-bintik putih. Dapat hidup sebagai saprofit atau parasit. Menurut Ainsworth (1973), jamur beracun ini dicirikan sebagai tumbuhan talus dengan struktur tubuh uniseluler atau berfilamen, bersifat amotil (dengan pengaliran sitoplasma melalui miselium), dinding sel mengandung kitin dan selulosa, serta memiliki inti sel (eukariot). Pada umumnya dapat berkembang biak secara seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif). Cara reproduksi jamur Amanita phalloides secara aseksual akan menghasilkan spora dengan sporokarpa makroskopik maupun mikroskopik. Habitatnya tumbuh liar di hutan, tegalan, pekarangan, serta dapat ditemukan pula di antara jatuhan daun atau pada tanah humus.


2.2 Senyawa Racun Jamur Amanita phalloides

Karena efek toksiknya yang sangat berbahaya, maka sejak abad ke-19 para ahli kimia telah melakukan penelitian terhadap kandungan senyawa kimia pada jamur Amanita phalloides yang berpotensi sebagai racun. Pada tahun 1891, R. Kobert menemukan senyawa kimia yang beliau namakan phallin. Walaupun bersifat haemolitik namun senyawa kimia ini tidak memiliki efek toksik. Kemudian Lynen, F. dan U. Wieland (1938) menemukan phalloidin sebagai racun utama pada jamur Amanita phalloides. Dan pada tahun 1941, amanitin ditemukan oleh Wieland, H dan R. Hallermayer sebagai senyawa berikutnya yang bersifat sebagai racun.

Phalloidin merupakan salah satu kelompok racun death cap (Amanita phalloides) yang sering dikenal pula sebagai phallotoxin. Berupa rantai bisiklik heptapeptide dan terikat secara khusus pada interfase subunit F-actin. Oleh sebab itu, ikatan phalloidin lebih kuat pada actin filament (F-actin) daripada pada actin monomer. Secara stokiometrik, phalloidin bereaksi dengan actin dan berfungsi menstabilkan polimer-polimer actin (khususnya struktur F-actin). Ikatan polimerisasi pada struktur actin filament (F-actin) distabilkan dengan cara mengurangi tingkat konstan untuk peruraian subunit actin monomer.

Gambar 1. Struktur Kimia Phalloidin

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Phalloidin)


Seperti halnya phalloidin, amanitin merupakan jenis racun yang paling mematikan dari semua amatoxin. Racun ini ditemukan di dalam beberapa anggota jenis jamur Amanita, salah satunya adalah Death cap (Amanita phalloides) sebagaimana disebut malaikat penghancur. Amanitin ditemukan pula dalam jamur Galerina autumnalis dan Conocybe filaris. LD amanitin sekitar 0.1 mg/kg. Amanitin berupa siklik nonribosomal peptide dari delapan amino acids dan terikat kuat pada enzim RNA polymerase II (Anonim, 2007).



Gambar 2. Struktur Kimia Amanitin

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Alpha-amanitin)





Gambar 2. Struktur molekuler Kimia Amanitin

(Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Alpha-amanitin)






BAB III

EFEK SENYAWA RACUN JAMUR AMANITA PHALLOIDES


3.1. Mekanisme Kerja

A. Phalloidin (Falotoksin) merupakan heptapeptida yang termostabil. Phalloidin bekerja hepatotoksik kuat jika digunakan secara parenteral. Di dalam sel, fungsi phalloidin berbeda-beda tergantung konsentrasinya dalam sel. Menurut Wehland, pada konsentrasi yang lebih besar phalloidin akan mengurangi kontraksi sel. Sedangkan pada konsentrasi rendah, phalloidin menerima sedikit bentuk-bentuk polymerized cytoplasmic actin seperti bentuk filamen. Secara umum, phalloidin bekerja menstabilkan actin filament (F-actin) melalui pencegahan depolimerisasi filamen dan mencegah aktivitas ATP hydrolysis dari F-actin.

Phalloidin tidak menyerap sel-sel membran, membuatnya menjadi kurang efektif dalam eksperimen dengan sel-sel yang hidup. Sel-sel yang berikatan dengan racun ini secara bertahap akan mati. Namun sehubungan dengan membran plasma mereka, sel-sel yang dipengaruhi oleh toksin phalloidin akan memiliki tingkat actin yang lebih besar. Seperti halnya microinjection phalloidin kedalam sel-sel hidup akan mengubah penyaluran actin seperti pada sel-sel yang telah mati.


B. Amanitin (Amatoksin) merupakan oktapeptida yang juga termostabil. Mekanisme kerja dari amanitin yaitu dengan menghambat RNA-polimerase yang tergantung pada DNA. Akibatnya sintesis asam nukleat di inti sel serta sintesis protein akan ikut terhambat pula. Kerusakan terbesar akibat toksin ini terjadi pada organ hati dan ginjal. Selain mekanismenya menghambat RNA polymerase II, amanitin juga bisa digunakan sebagai penentu tipe RNA polymerase. Hal ini dilakukan melalui tes sesnsitivitas pada polimerase dengan ketentuan sebagai berikut: amanitin. RNA polimerase I tidak sensitif, amanitin RNA polimerase II sangat sensitif, dan amanitin.RNA sedikit sensitif (Anonim, 2007).


3.2 Gejala dan Efek Keracunan Jamur Amanita phalloides

A. Studi Toksisitas Phalloidin:

Gejala akibat keracunan phalloidin baru akan terjadi setelah periode laten yang cukup lama yaitu sekitar 8-24 jam. Muntahnya penderita keracunan menandakan jika gejala baru terjadi. Setelah itu diikuti terjadinya gangguan pada saluran pencernaan. Yang bersangkutan akan merasa sangat sakit dan terjadi diare hebat. Akibatnya akan banyak air dan elektrolit yang hilang dalam tubuh sehingga akan terjadi kegagalan sirkulasi.

Efek toksik dari racun ini yaitu terjadi kerusakan pada organ ginjal dan hati. Kerusakan ginjal menyebabkan berkurangnya produksi air kemih atau bahkan tidak ada sama sekali. Sedangkan kerusakan hati mengakibatkan sakit kuning yang biasanya muncul dalam kurun waktu 2-3 hari. Kadang-kadang gejala akan hilang dengan sendirinya, tetapi hampir 50% penderita akan meninggal dalam 5-8 hari.


B. Studi Toksisitas Amanitin:

Diare dan kejang merupakan gejala-gejala pertama akibat keracunan amanitin. Penundaan pengobatan terhadap gejala-gejala ini akan membuatnya lebih sulit untuk didiagnosa yang nantinya dapat berakibat fatal.

Beberapa efek toksik (dampak) dari racun ini akan terlihat dalam kurun waktu 10 jam. Hal ini merupakan hal yang biasa untuk beberapa dampak yang akan terjadi dalam kurun waktu 24 jam setelah berada dalam proses pencernaan. Setelah itu, perut akan terasa terpompa dan timbul rasa sakit yang luar biasa. Pada hari keempat dan kelima, amanitin akan mulai memperlihatkan dampak yang parah pada hati dan ginjal, yang mengarah pada rusaknya sistem total kedua organ tubuh ini. Racun ini secara efektif dapat menyebabkan cytolysis hepatocytes (sel-sel hati). Biasanya orang-orang yang terkena racun ini akan mati dalam waktu sekitar seminggu dari saat proses pencernaannya. Studi lain menyatakan sekitar 15% dari yang terkena racun ini akan mati dalam waktu 10 hari melewati tahap keadaan tak sadarkan diri sampai ke keadaan gagal ginjal, gagal hati, koma hepatic, gagal saluran pernafasan dan mati. Orang-orang yang sembuh akan memiliki resiko kerusakan hati yang permanen (Anonim, 2007).


BAB IV

CARA PENANGGULANGAN


4.1 Cara Pengobatan Keracunan Jamur Amanita phalloides

Secara umum, cara pengobatan pada kasus keracunan jamur Amanita phalloides meliputi:

1. Pengosongan lambung

Karena sisa-sisa racun jamur akan ada dalam lambung dalam jangka waktu yang cukup lama, maka pasien dianjurkan pula untuk melakukan pengosongan lambung dengan cara pembilasan atau memuntahkan isi lambung sehingga racun yang masuk ke dalam organisme dapat dihilangkan.

2. Pemberian karbon aktif

Setelah pembilasan lambung, lebih baik diberikan adsorbensia dan laksansia garam jika diduga sebagian racun sudah masuk ke usus. Biasanya pemberian adsorbensia, terutama karbon aktif, akan lebih baik dan tidak terlalu berbahaya.

3. Hemoperfusi untuk melakukan detoksifikasi

Pada hemopermusi, darah dilewatkan melalui adsorbensia yang dirancang khusus seperti harsa polistiren dan arang.

4.

Hemodialisis pada kegagalan ginjal akut

Pada sisitem ini, ginjal buatan mendialisis darah di luar tubuh pada membran yang amat luas permukaannya yang dibilas dengan cairan dialisis.

5.

Pengaturan kesetimbangan air dan elektrolit

Dengan kontrol secara terus menerus pada kesetimbangan elektrolit dan air, dapat diketahui banyaknya air dan elektrolit dalam tubuh yang hilang dan dapat dikembalikan lagi dengan infus. Dapat pula diberikan infus glukokortikoid dosis tinggi.

6.

Termasuk juga aneka ragam obat-obatan untuk melawan senyawa-senyawa racun pada jamur Amanita phalloides, seperti intravenous penicilin dan cephalosporin derivatives.


BAB V

PENUTUP


5.1. Kesimpulan

1. Jamur Amanita phalloides merupakan jenis jamur beracun karena mengandung senyawa-senyawa kimia berbahaya yang memiliki efek toksik terhadap kesehatan, seperti phalloidin yang terikat kuat pada actin filament (F-actin) dan amanitin yang terikat kuat pada enzim RNA polymerase II.

2. Efek toksik senyawa-senyawa racun pada jamur Amanita phalloides terhadap kesehatan yaitu dapat menimbulkan diare hebat setelah diawali dengan gejala muntah dari penderita keracunan. Akibatnya tubuh banyak kehilangan air dan elektrolit sehingga terjadi kegagalan sirkulasi. Diikuti adanya kerusakan hati dan terjadi pula kegagalan ginjal akut yang dapat mematikan

3. Cara pengobatan keracunan jamur Amanita phalloides diantaranya meliputi pembilasan lambung, pemberian karbon aktif, hemoperfusi, hemodialisis, pengaturan kesetimbangan air dan elektrolit (dapat pula diberikan infus glukokortikoid dosis tinggi) akibat kehilangan air dan elektrolit dalam jumlah besar serta pemberian intravenous penicilin dan cephalosporin derivatives.

DAFTAR PUSTAKA


Afrianti, L. H., 2004, Penyebab Makanan Beracun, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1204/09/cakrawala/utama01.htm, 20 Juli 2007


Anonim, 2007, Amanita phalloides, http://images.google.co.id/images?hl=id&q=amanita+phalloides&btnG=Cari+Gambar&gbv=2, 19 Agustus 2007


Anonim, 2007, Amanitin, http://en.wikipedia.org/wiki/Phalloidin, 19 Agustus 2007


Anonim, 2005, Cara Menghindari Kematian karena Makan Jamur Liar, http://www.situshijau.co.id/app/tulisan.php?act=detail&id=507&id_kolom=2, 22 Juli 2007


Anonim, 2000, Ciri-Ciri Umum Jamur, http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0024%20Bio%201-5a.htm, 22 Juli 2007


Anonim, 2007, Kulat Beracun : Death Cap (Amanita phalloides), http://pkukmweb.ukm.my/~ahmad/tugasan/s3_99/tan_poh.htm, 23 Juli 2007

Anonim, 2007, Phalloidin, http://en.wikipedia.org/wiki/Phalloidin, 19 Agustus 2007


Anonim, 2001, Waspada Lebih Baik daripada Keracunan, http://www.sedap-sekejap.com/artikel/2001/edisi6/files/ulas.htm, 23 Juli 2007


Manik, M., 2003, Keracunan Makanan (Food Poisoning), http://library.usu.ac.id/download/fk/gizi-murniati.pdf, 20 Juli 2007


Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat Farmakologi dan Toksikologi, Bandung, ITB


Putra, E. D. L., 2003, Keracunan Bahan Organik dan Gas di Lingkungan Kerja dan Upaya Pencegahannya, http://library.usu.ac.id/download/fmipa/farmasi-effendy.pdf, 20 Juli 2007

Read more.....

Rahim (anatomi)



Rahim atau uterus adalah organ reproduksi betina yang utama pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia. Salah satu ujungnya adalah serviks, membuka ke dalam vagina, dan ujung satunya yang lebih luas, yang dianggap badan rahim, disambung di kedua pihak dengan tabung Fallopian. Rahim terdapat dalam berbagai bentuk dan ukuran di organisme yang berbeda. Pada manusia adalah berbentuk buah pir. Beberapa organisme seperti kelinci, kambing dan kuda mempunyai rahim bipartite atau "bertanduk".

Rahim ditempatkan di pelvis dan dorsal (dan biasanya agak kranial) ke kandung kemih dan ventral ke rektum. Rahim ditahan pada tempatnya oleh beberapa ligamen. Di luar kehamilan, ukuran garis tengahnya adalah beberapa sentimeter. Rahim kebanyakan terdiri dari otot. Lapisan permanen jaringan itu yang paling dalam disebut endometrium. Pada kebanyakan mamalia, termasuk manusia, endometrium membuat lapisan pada waktu-waktu tertentu yang, jika tak ada kehamilan terjadi, dilepaskan atau menyerap kembali.

Lepasnya lapisan endometrial pada manusia disebabkan oleh menstruasi (dikenal dengan istilah "datang bulan" seorang wanita) sepanjang tahun-tahun subur seorang wanita. Pada mamalia lain mungkin ada siklus yang panjang selama enam bulan atau sesering beberapa hari saja. Fungsi utama rahim menerima pembuahan ovum yang tertanam ke dalam endometrium, dan berasal makanan dari pembuluh darah yang berkembang secara khusus untuk maksud ini. Ovum yang dibuahi menjadi embrio, berkembang menjadi fetus dan gestates sampai kelahiran.

Karena rintangan anatomis seperti pelvis, rahim didorong sebagian ke dalam perut sampai perluasannya selama kehamilan. Di kehamilan pun rahim manusia beratnya hanya sekitar sekilogram (2.2 pon)

Read more.....

PERANAN EGRONOMI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

Sumber : Ir. Hafid Staf Peneliti KPP Tekno Ekonomi Metal Industries Development Center (MIDC) Depperindag RI


Memasuki era perdagangan bebas, setiap perusahaan dituntut untuk dapat selalu meningkatkan daya saingnya agar bisa tangguh menghadapi persaingan. Dalam kaitan inilah, diperlukan kemampuan pengelolaan Sumber Daya Perusahaan secara efisien dan efektif agar dapat memberikan hasil maksimal bagi perusahan. Untuk menumbuhkan wawasan bagaimana seharusnya pengelolaan perusahaan itu dilakukan dengan baik, terutama skala kecil dan menengah antara lain melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja. Sedangkan produktivitas tenaga kerja perusahaan dapat meningkat apabila kondisi dan suasana kerja mendukung. Oleh karena itu guna mempelajari sebab-sebab rendahnya produktivitas tenaga kerja dan upaya perbaikannya sehingga produktivitas tenaga kerja perusahaan dapat mencapai hasil yang optimal, maka pembina maupun pengelola perusahaan perlu mengetahui penerapan ilmu ergonomi.

Pengertian dan Pentingnya Ergonomi

Ergonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu...........

Read more.....

System urinaria

Systema urinaria meliputi : Ginjal, Vesicula urinaria dan saluran-salurannya.

1. Ginjal

Pada umumnya ginjal ada sepasang (dua buah) yang terdapat di dalam rongga perut, mempunyai bentuk menyerupai kacang buncis dengan hilus renalis yakni tempat masuknya pembuluh darah dan keluarnya ureter, mempunyai permukaan yang rata, kecuali pada sapi ginjalnya berlobus. Selubung ginjal (Ren) disebut kapsula ginjal, tersusun dari campuran jaringan konektif yakni serabut kolagen dan beberapa serabut elastis.

Struktur histologis pada berbagai jenis hewan piara tidak sama, sehingga bentuk ginjal dibedakan menjadi:

- Unilober atau unipiramidal: pada kelinci dan kucing mempunyai struktur histologis sama yakni tidak dijumpai adanya percabangan pada kalik renalis, papila renalis turun ke dalam pelvis renalis, dan duktus papilaris bermuara pada kalik. Pada kuda, domba, kambing, dan anjing terjadi peleburan dari beberapa lobus, sehingga terbentuk papila renalis tunggal yang tersusun longitudinal.

- Multilober atau multipiramidal: bentuk ini dijumpai pada babi, sapi, dan kerbau. Lobus (piramid) dan papila renalis lebih dari satu jelas terlihat.



Fungsi ginjal secara umum adalah:

- Membuang sisa-sisa hasil metabolisme dengan cara menyaring dari darah berupa air seni (urin)

- Mengatur kadar air, elektrolit tertentu serta bahan-bahan lain dari darah

- Membuang bahan-bahan yang berlebihan atau tidak lagi dibutuhkan tubuh

- Sebagai kelenjar endokrin (sel-sel jukstaglomeruli dan makula densa) yang mengatur hemodinamika serta tekanan darah dengan menghasilhan zat renin.

Fungsi ginjal erat hubungannya dengan paru-paru dan kulit dalam mempertahankan volume dan komposisi darah terhadap zat-zat tertentu. Pada darah zat tersebut mempunyai nilai ambang yang konstan, dan bila melebihi nilai ambang, maka zat tersebut dibuang melalui ginjal, paru-paru, maupun kulit.

Sinus renalis berisi :

a. Pelvis renal, dibentuk oleh calyx mayor dna calyx minor. Pelvis ini merupakan bagian atas ureter yang melebar.

b. Arteri, vena dan nervus.

c. Lemak dengan jumlah sedikit dan tidak dijumpai jaringan konektif.

Ginjal pada dasarnya dapat dibagi dua zone, yaitu : kortek (luar ) dan Medulla (dalam). Kortek meliputi daerah antara dasar malfigi pyramid yang juga disebut pyramid medulla hingga ke daerah kapsula ginjal. Daerah kortex antara pyramid-pyramid tadi membentuk suatu kolum disebut Kolum Bertini Ginjal. Pada potongan ginjal yang masih segar, daerah kortek terlihat bercak-bercak merah yang kecil (Petichie) yang sebenarnya merupakan kumpulan veskuler khusus yang terpotong, kumpulan ini dinamakan renal corpuscle atau badan malphigi. Kortek ginjal terutama terdiri atas nefron pada bagian glomerulus, tubulus Konvulatus proximalis, tubulus konvulatus distalis. Sedangkan pada daerah medulla dijumpai sebagian besar nefron pada bagian loop of Henle’s dan tubulus kolectivus. Tiap-tiap ginjal mempunyai 1-4 juta filtrasi yang fungsional dengan panjang antara 30-40 mm yang disebut nefron.

Renal Korpuskula

Renal korpuskula terdiri dari berkas-berkas kapiler glomeruli dan glomerulus yang dikelilingi oleh kapsula epithel berdinding ganda yang disebut : Kapsula Bowman.

Dinding sebelah dalam disebut lapisan visceral sedangkan yang disebelah luar disebut lapisan pariental yang menerima cairan yang akan difiltrasi melalui dinding kapiler.

Korpuskula renalis mempunyai katup vascular dimana darah masuk ke arteriole afferent dan keluar melalui arteriole afferent.

Tubulus Konvulatus Prokimalis

Struktur ini merupakan segmen berkelok-kelok, yang bagian awal dari tubulus ini panjangnya dapat mencapai 14 mm dengan diameter 57-60 mikron. Tubulus konvulatus prokimalis biasanya ditemukan pada potongan melintang korteks yang dibatasi oleh epithel selapis kubis atau silindris rendah dengan banyak dijumpai mikrovili yang panjangnya bisa mencapai 1,2 mikron dengan jarak satu dengan yang lainnya adalah 0.03 mikron.

Karakteristik dari tubulus ini ditemukan apa yang disebut Brush Border, dengan lumen yang lebar dan sitoplasma epithel yang jernih.

Loop of Henle’s

Loop of Henle’s banyak dijumpai di daerah medulla dengan diameter bisa mencapai 15 mikron. Loop of henles’ mempunyai bentuk seperti huruf “U” yang mempunyai segmen tebal dan diikuti oleh segmen tipis. Pada bagian descendens mempunyai lumen yang kecil dengan diameter 12 mikron panjang 1-2 mm, sedangkan bagian ascendens mempunyai lumen yang agak besar dengan panjang 9 mm dengan diameter 30 mikron.

Epithel dari Loop of Henle’s merupakan peralihan dari epithel silindris rendah / kubus sampai squomus, biasanya pergantian ini terdapat di daerah sub cortikal pada medulla, tapi bisa juga terjadi di daerah atas dari Loop of Henle’s.

Tubulus Konvulatus Distalis

Secara histologis tubulus ini dapat dibedakan dengan Tubulus Konvulatus proksimalis antara lain :

1. Sel epithelnya besar

2. Mempunyai brush border

3. Lebih asidofil

4. Pada potongan melintang yang sama mempunyai epithel lebih sedikit.

Tubukus Konvulatus distalis :

1. Sel epithel lebih kecil dan rendah

2. Tidak mempunyai brush border

3. Kurang asidofil

4. Lebih banyak epithel pada potongan melintang

Sepanjang perjalanan pada kortex, tubulus ini mengadakan hubungan dengan katup vaskuler badan ginjal dari nefronnya sendiri yakni dekat dengan anteriole aferent dan efferent. Pada tempat hubungan ini, tubulus distalis mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola afferens. Segmen yang mengadakan modifikasi bersama dengan arteriola afferens. Segmen yang mengadakan modifikasi ini pada mikroskop cahaya tampak lebih gelap ini dikarenakan dekatnya dengan inti disebut : Makula dense.

Fungsi Makula dense belum begitu jelas, tapi beberapa ahli mengatakan, fungsinya adalah sebagai penghantar data-data osmolaritas cairan dalam tubulus distal ke glomerulus. Pada makula dense yang dekat dengan arteriola aferent mengandung sel-sel juksta glomerulus yaitu sel-sel yang mempunyai bentuk epitheloid dan bukan sel otot polos dan ini mungkin merupakan modifikasi dari otot polos. Sel ini yang nantinya menghasilkan enzim renin. Hormon ini mengubah hipertensinogen menjadi hipertensin (angiotensin). Angiotensin mempengaruhi tunika media dari arteriola untuk berkontraksi, yang mengakibatkan tekanan darah menjadi naik.

Tubulus Colektivus

Tubulus colektivus merupakan lanjutan dari nefron bagian tubulus konvulatus distalis dan mengisi sebagian besar daerah medulla. Tubulus colektivus bagian depan mempunyai lumen yang kecil berdiameter sekitar 40 mikron dengan panjang 20-22 mm. Lumennya dilapisi epithel kubis selapis, sedangkan tubulus colectivus bagian belakangnya sudah berubah menjadi bentuk silindris dengan diameter 200 mikron, panjangnya mencapai 30-38 mm.

Sirkulasi Darah

Tiap-tiap ginjal menerima darah dari arteria renalis yang masuk melalui hilus dan bercabang-cabang membentuk arteria interlobularis yang terletak antara pyramid malpighi. Selanjutnya arteri ini bercabang lagi menjadi arteria arkuata dan bercabang lagi menjadi arteria interlobularis. Arteria Interlobularis bercabang lagi menjadi arteria afferent yang masuk ke glomerulus, selain itu ada juga arteria interlobularis melanjutkan diri menuju kapsula ginjal yang disebut arteria stelata.

Setelah darah mengalami filtrasi, maka darah keluar melalui arteriola eferent gromeruli. Cabang-cabang arteriole eferent akan memberikan makanan untuk tubulus-tubulus dan daerah distal untuk korteks ginjal. Dari cabang-cabang arteriola eferent berstau lagi menjadi arteriola rekta, dari venula ini bersatu lagi menjadi vena interlobularis dan selanjutnya menjadi vena interlobularis yang akhirnya keluar ginjal melalui vena renalis. Pada manusia dengan berat badan ± 70 kg pada kedua buah ginjalnya dialiri darah sebanyak 1200 cc setiap menit

Histofisiologi Ginjal

Ginjal mempunyai fungsi yang sangat komplek, yakni sebagai filtrasi, absorpsi aktif dan pasif, resorpsi dan sekresi. Total darah ke dua ginjal dapat mencapai 1200 cc/menit atau sebesar 1700 liter darah / hari. Semua ini akan difiltrasi oleh glomeruli dimana setiap menit dihasilkan 125 cc filtrat glomeruli atau 170 liter filtrat glomeruli setiap 24 jam pada ke 2 ginjal. Dari jumlah ini hanya beberapa bagian lagi di resorpsi lagi keluar dari tubulus.

Pada tubulus convulatus proksimalis dan distalis terjadi proses resorpsi dan ekskresi, dimana bahan-bahan seperti glukosa dan sekitar 50 % natrium klorida dan sejumlah air di resorpsi oleh sel-sel tubulus melalui absorbsi aktif yang memerlukan energi, sedangkan air berdifusi secara pasif. Selanjutnya filtrat glomeruli yang tidak mengalami resorpsi diteruskan ke distal sampai tubulus kolektivus. Pada daerah ini terjadi pemekatan urin atau pengenceran terakhir tergantung dari keadaan cukup tidaknya antidiuretik hormon (ADH). Hormon ini berpengaruh terhadap permeabilitas tubulus kolektivus terhadap air.

Pelvis Renalis

Pada hilus renalis terdapat pelvis renalis yang menampung urine dari papillae renalis. Pada ginjal yang multipyramid urine mula-mula ditampung oleh kaliks renalis dan dari sini baru ke pelvis renalis.

Bangun histologinya adalah sebagai berikut : Mukosa memiliki epithel peralihan dengan sel payung, mulai dari kaliks renalis, tebal epithel hanya 2 sampai 3 sel. Dengan mikroskop cahaya tidak tampak adanya membran basal tetapi dengan EM tampak membrana basalis yang sangat tipis. Propria mukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dan pada kuda terdapat kelenjar yang agak mukus.

Bentuk kelenjar adalah tubuloalveolar. Tunika muskularis terdiri atas otot polos, jelas pada kuda, babi dan sapi. Lapis dalam tersusun longitudinal dan lapis luar sirkuler. Pada hewan-hewan lain otot relatif sedikit, pada kalises renalis otot relatif sedikit, tetapi pada daerah permulaan ureter membentuk semacam sphincter. Tunika adventitia terdiri dari jaringan ikat longgar dengan banyak sel lemak, pembuluh darah, pembuluh limfe serta saraf.

2. Ureter

Ureter adalah saluran tunggal yang menyalurkan urine dari pelvis renalis menuju vesica urinari (kantong air seni). Mukosa membentuk lipatan-lipatan memanjang dengan epithel peralihan, lapisan sel lebih tebal dari pelvis renalis. Tunika propria terdiri dari jaringan ikat dimana pada kuda terdapat kelenjar tubuloalveolar yang bersifat mukous, dengan lumen agak luas. Tunika muskularis tampak lebih tebal dari pelvis renalis, terdiri dari lapis dalam yang longitudinal dan lapis luar sirculer, sebagian lapis luar ada yang longitudinal khususnya bagian yang paling luar. Dekat permukaan pada VU hanya lapis longitudinal yang nampak jelas.

Tunika adventisia terdiri dari jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf, ganglia sering terdapat didekatnya.

Selama urien melalui ureter komposisi pokok tidak berubah, hanya ditambah lendir saja. Dinding ureter berlapis-lapis :

TUNICA MUCOSA : lapisan dari dalam ke luar sebagai berikut :

- epithelium transitional : pada calix 2 – 4 lapis, pada ureter 4-5 lapis, pada vesica urinaria 6-8 lapis.

- Tunica submucosa tidak jelas

- Lamina propria berlembar 2

o Luar jaringan ikat padat tanpa papilla, mengandung serabut elastis dan sedikit noduli lymphatici kecil-kecil .

o Dalam jaringan ikat longgar

Kedua-dua lapisan ini menyebabkan tunica mucosa ureter dan vesica urinaria dalam keadaan kosong membentuk lipatan membujur.

TUNICA MUSCULARIS : otot polos, longgar saling dipisahkan oleh jaringan ikat longgar dan anyaman serabut elastis. Otot membentuk 3 lapisan :

- stratum longitudinale internum

- stratum circulare

- stratum longitudinale externum

TUNICA ADVENTITIA ; jaringan ikat longgar

3. Vesika Urinaria (Vesica Urinaria)

Kantong air seni merupakan kantong penampung urine dari kedua belah ginjal Urine ditampung kemudian untuk dibuang secara periodik.

Bangun histologi : Mukosa memiliki epithel peralihan (transisional) yang terdiri dari 5-10 lapis sel pada yang kendor, apabila teregang (penuh urine) terdiri atas 3-4 lapis sel. Propria mukosa terdiri dari jaringan ikat, pembuluh darah, saraf dan jarang terlihat limphonodulus atau kelenjar. Pada sapi tampak otot polos tersusun longitudinal, mirip muskularis mukosa.

Sub mukosa terdapat dibawahnya, terdiri dari jaringan ikat yang lebih longgar. Tunika muskularis cukup tebal terdiri dari lapis longitudinal dan sirkuler (luar), lapis paling luar sering tersusun secara memanjang, lapisan otot tidak tampak adanya pemisah yang jelas, sehingga sering tampak seolah-olah saling menjalin. Berkas-berkas otot polos di daerah trigonum vesicae membentuk bangunan melingkar, mengelilingi muara ostium urethrae intertinum. Lingkaran otot itu disebut m.sphincter internus.

Lapis luar adalah serosa, berupa jaringat ikat longgar (jaringan areoler), sedikit pembuluh darah dan saraf

4. Uretra (Urethra)

Berupa saluran yang menyalurkan urine dari kantong seni keluar tubuh. Pada hewan jantan akan mengikuti penis, sedangkan pada hewan betina akan mengikuti vestibulum.

Systema Urinaria pada Unggas

Beberapa perbedaan dengan mammalia tampak jelas adanya antara lain :

- Bentuk ginjal yang agak komplek, terdiri dari 3-4 lobus

- Tidak memiliki vesica urinaria dan urethra jadi urine dari ureter langsung masuk kloaka (urodeum)

- Urine yang dihasilkan agak kental, sednagkan pada mamalia lebih bersifat cair.

Pada ayam terdapat sepasang ginjal multilober erat hubungannya dengan cillumna vertebralis dan ilia, terletak kaudal dari paru-paru. Warnanya kecoklatan dan konsistensinya lunak sehingga mudah rusak pada proses pengeluaran dari tempatnya.

Ginjal

Bagian paling luar adalah kapsula, serabut halus keluar dari kapsula menyisip parenkhim ginjal bersama pembuluh darah. Renal tubulus dianggap identik dengan nefron pada mamalia. Terdiri dari :

a. Korpuskuli renalis dengan glomeruli relatif lebih kecil dari mamalia.

b. Tubuli kontorti proksimalis, berepithel kubis dengan brush border, inti ditengah dan sitoplasma berbutir halus, diduga butir-butir urat.

c. Jerat henle memiliki epithel sama, hanya berbeda dalam brush border, jerat henle tidak memiliki brush border, tetapi pada sitoplasma terdapat vakuola.

d. Tubuli konturti distalis memiliki lumen lebih luas, epithelnya lebih pucat dan berbentuk kubis.

Alat penyalur mulai dari duktuli koligentes dengan epithel kubis, terus ke duktus Bellini dan akhirnya masuk ureter.

Ureter

Selaput lendir ureter membentuk lipatan memanjang (longitudinal) dengan epithel banyak baris. Pada tunika propria sebagaimana pada bangsa burung banyak ditemukan lymphosit.

Tunika muskularis terdiri atas otot polos, lapis terluar adalah adventitia. Ureter sebelum memasuki ginjal bercabang-cabang menuju masing-masing lobus. Ureter sebenarnya pendek dan lurus, bermuara kedalam uredeum medial dari duktus deferens pada hewan jantan, dan medial dari oviduktus pada hewan betina.

Read more.....

SISTEM RESPIRASI

SISTEM RESPIRASI

Oxygen diperlukan untuk proses metabolisme pada hewan berderajat tinggi, system respiratorius berguna untuk pengambilan oxygen dan pembuangan Co2 yang dibawah ke dan dari jaringan dengan melalui system sirkulasi.

Systema respirasi dapat dibagi menjadi 2 bagian pokok yaitu : bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi merupakan tabung yang menghubungkan dunia luar dan paru-paru. Terdiri atas hidung, pharynx, larynx, trachea dan bronchi serta bronchioli. Bagian ini ada yang terletak dalam paru-paru ada yang diluar. Bagian respirasi merupakan tempat dimana benar-benar terjadi pertukaran gas antara darah dan udara. Bagian konduksi juga untuk pencuci, memanasi atau mendinginkan dan membuat udara lebih lembab. Pada larynk juga terdapat alat-alat suara.

1. Cavum Nasi

Terbagi menjadi 3 bagian yakni : regio vertibularis, regio respiratorius dan regio olfaktorius.

a. Regio vestibularis

Mukosa mengandung pigmen, dilapisi epithelium swuomus komplek dengan corpus papillare, banyak mengandung rambut yang berguna untuk menyaring udara. Dibawah epithelium terdapat lamina propria dengan glandula serosa, dibawahnya terdapat sub mucosa yang kaya akan vasa dan nervi.

Pada Nares anteriores berubah menjadi kulit luar. Pada kuda banyak mengandung rambut, glandula sebacea dan glandula tubuler.

b. Regio respiratorius

Pada regio ini epithel squomus komplek berubah menjadi ep. Kollumner komplek dan kemudian menjadi epithel pseudokomplek bersilia dengan sel-sel piala. Membrana basalis banyak mengandung serabut retikuler, pada lamina propria banyak serabut elastis, terdapat banyak leukosit dan nodus lymphaticus. Pada lamina propria banyak terdapat glandula tubulo alveolar yang kebanyakan bersifat serosa, tetapi ada juga yang bersifat mukosa dan campuran. Pada karnivora glandulanya kecil dan jarang-jarang. Sekresinya membuat udara respirasi menjadi lebih lembab.

Sub mucosanya terdiri dari jaringan kolagen yang banyak mengandung plexus venosus dan bersifat erektil. Banyaknya plexus venosus membantu memanasi udara inspirasi. Sub mukosa berbatasan langsung dengan periosteum atau perikhondrium dari septum nasi.

c. Regio Olfaktorius

Warna dari bagian ini berbeda dengan 2 bagian yang lain karena banyak mengandung pigmen. Pada kuda dan sapi berwarna kuning muda, biri-biri kuning, kambing gelap, babi coklat dan carnivora berwarna kelabu pada bagian ini banyak ditemukan glandula tubuler.

Epithelium olfactorius terdiri dari 3 macam epithelium yakni : Sel sustentaculum, sel basal dan sel olfactorius. Sel sustentaculum berbentuk tinggi, langsing, dengan EM terlihat sel ini mempunyai juction complexes yang berhubungan dengan sel-sel olfaktorius atau sel sustentaculum tetangganya . Permukaan bebasnya banyak mengandung mikrovili. Pada bagian apex terdapat Golgi komplek dan granula pigmen. Pada beberapa spesies sel sustentaculum bersifat sekretorik dan mengnadung banyak granula musigen. Diantara bagian basal sel sustentaculum terdapat sel yang menyusun diri dalam satu lapisan sel-sel. Sel ini mempunyai nukleus gelap dan mempunyai processus bercabang.

Sel-sel olfaktorius bersifat kapiler dan tersebar diantara sel sustentaculum. Nukleusnya berbentuk bulat dan terlihat dalam suatu barisan antara sel sustentaculum dengan jaringan pengikat. Bagian apex dari sel merupakan modifikasi dair dendrit berupa processus yang berbentuk silindris dari nukleus kepermukaan epithelium.

Ujung proksimalnya meruncing membentuk filament halus tebal 1 mikron, dan ini merupakan azon serabut saraf dari nervus olfaktorius. Berjalan menembus jaringan ikat dan bersama-sama dengan axon yang lain membentuk berkas sebanyak 20 buah yang dikenal dengan nama Fila olfaktorius yang bersifat makroskopik. Sitoplasma sel olfaktorius banyak mengandung neurofibril terutama didekat nukleus. Pada tempat ditemukannya juctional complexes sel sedikit mengalami konstriksi.

Sebelah distal dari bagian ini sel menggembung dan dari sini keluar lendir, bagian ini kadang-kadang disebut Vesicula olfaktoria, dari sini keluarlah 6-8 buah cilia olfaktoria. Cilia ini bersifat nonmotil dan sangat panjang, cilia ini merupakan komponen dari organa sensorik yang dapat distimulasi dengan substansi berbau.

Serabut saraf tak bermielin dari nervus olfaktorius diikat bersama dengan jaringan ikat yang halus hanya dengan makrofag. Dengan melalui foramen cribiformis dari osethnoidale masuk dalam bulbus olfaktorius otak. Membrana mukosa olfaktoria juga diinervasi saraf bermielin berasal dari n trigeminus. Ujung saraf ini berakhir pada permukaan bebas pada sel-sel sustentaculum dan merupakan reseprto stimuli yang tak bersifat bau.

Lamina propria bersatu dengan periosteum, didalamnya terdapat sel-sel pigmen dan sel lymphoid. Dibawah epithelium lamina propria hanya plexus kapiler. Lebih ke profundal terdapat plexus, vena-vena besar dan jala-jala padat, kapiler-kapiler lymphe. Kapiler lymphe ini kemudian menuju ke saluran lymphe besar dibagian samping kepala. Lamina propria dan regio olfaktorius banyak mengandung glandula olfaktoria dari Bowman yang berbentuk tubulo alveolar bercabang. Pars sekretoriknya biasanya sejajar dnegan permukaan sednag duktus ekretoris tegak lurus dan bermuara dipermukaan.

Sinus paranasalis dilapisi dengan membrana mukosa yang sedikit berbeda dengan kavum nasi, glandulanya lebih sedikit dan bersifat serosa. Glandula nasi lateralis bersifat serosa, glandula ini tidak ditemukan pada manusia dan sapi.

Mukosa dari duktus incisivus sebagian diliputi dengan kartilago hyalin yang padat. Banyak ditemukan glandula tubuler yang bersifat serosa dan campuran, leukosit dan nodulus lymphaticus.

Cavum Nasi Burung

Mukosa olfaktoriusnya mirip dengan mamalia. Cavum nasi berhubungan dengan cavum oris melalui choana, mukosanya dilapisi oleh epithel pseudocomplek bersilia dengan sel piala, lamina propria tidak banyak terdapat lymphosit. Epithelium dari regio respiratorius segera berubah menjadi ep squomus komlex dari cavum oris pada tepi choana. Glandula nasi lateralis terdapat pada os frontale dekat chantus medialis mata. Produknya dikeluarkan didalam cavum nasi dan menjaga supaya lubang hidung tidak kering pada waktu terbang.

Histophysiologi

Stimulus bau mungkin bersifat kimia, sekresi glandula Bowman menghasilkan pelarut yang cukup dan menjaga permukaan epithelium olfacorius tetap basah. Substansi-substansi yang bukan kebanyakan lebih mudah larut dalam lipida dari pada dalam air. Sel-sel olfaktorius dan cilianya banyak mengandung lipida, sehingga substansi yang berbau, meski dalam jumlah yang sedikit dapat menjadi cukup kental dalam regio olfaktorius.

Sinus Paranasalis

Merupakan sinus tambahan dari cavum nasi terdiri atas sinus frontalis, ethnoidalis,spehnoidalis dan maxillaris. Epithelium yang melapisi sama dengan cavum nasi tetapi lebih sedikit mengandung glandula. Cilia bergerak mengusir benda-benda asing ataupun mukus kering ke kavum nasi. Mukosanya melekat erat ke peri osteum.

Histophysiologi

Stimulus bau mungkin bersifat kimia, sekresi glandula Bowman menghasilkan pelarut yang cukup dan menjaga permukaan epithelium olfatorius tetap basah. Substansi-substansi yang bukan kebanyakan lebih mudah larut dalam lipida dari pada dalam air. Sel-sel olfaktorius dan cilianya banyak mengandung lipida, sehingga substansi yang berbau, meski dalam jumlah yang sedikit dapat menjadi cukup kental dalam regio olaktorius.

Sinus Paranasalis

Merupakan sinus tambahan dari cavum nasi terdiri atas sinus frontalis, ethnoidalis, sphenoidalis dan maxillaris. Epithelium yang melapisi sama sengan cavum nasi tetapi lebih sedikit mengandung glandula. Cilia bergerak mengusir benda-benda asing ataupun mukus kering ke kavum nasi. Mukosanya melekat erat ke peri osteum.

2. Pharynx

Terdiri atas pars respiratoria (nasopharynx) dan pars digestoria (oropharynk). Kecuali pada palatum molle dan dinding dorsalnya yang hanya terdiri atas mukosa dan tulang maka dinding pharynk dibentuk oleh mukosa, fascia pharyngea interna, otot seran lintang fascia pharyngea eksterna dan tunica adventitia yang bersifat longgar.

Nasopharynk dilapisi dengan epithelium pseudocomplex bersilia, oropharynx ep squomus komplek. Lamina propria oropharynx terdiri atas jaringan fibroelastis dan banyak mengandung glandula mukosa serta mempunyai banyak jaringan lymphatik. Pada nasopharynx pada umumnya bersifat mukoserosa fascaia paryngea interna terdiri dari serabut longitudinal dan sirculer, yang sirkuler tebal. Fascia pharyngea externa terdiri atas membran fibrosa padat dengan jala-jala serabut elastis. Tunica adventitia berupa jaringan ikat longgar.

Dinding pharynx banyak mengandung pembuluh darah dan lymphe. Pembuluh-pembuluh lymphe ini berhubungan dengan pembuluh limphe c nasi. Serabut saraf membentuk plexus-plexus superficial dan profundal.

3. Larynx

Larynx tersusun dari kartilago hyalin dan elastis yang membentuk tabung panjang yang kurang teratur, dilapisi dengan jaringan ikat, otot seran lintang dan membrana mukosa dengan glandulanya. Larynx merupakan penghubung pharynx dan trachea.

Rangka larynx tersusun atas beberapa kartilago thyroidea, cricoidea dan epiglotis bersifat tunggal, sednagkan cartilago arytenoidea, cornikulata dan cuneiformis sepasnag. Otot-otot external larynx berhubungan dnegan otot-otot dan ligamentum di sekitarnya dan membantu mekanisme menelan . Otot internal menghubungkan kartilago satu dengan yang lain , dan kontraksinya menyebabkan bentuk kavum larynx berubah-ubah dan memberikan type produksi suara

Mukosa vestibulum sampai margo cranialis dari plica vokalis dilapisi oleh epithelium squomus komplek sednag bagian yang lain dilapisi oleh ep pseudocomplek bersilia, sehingga permukaan epiglotis, arytenoidea dan plica aryepiglotica dilapisi oleh ep squomus komplek.

Lamina propria dibentuk oleh jaringan ikat dengan banyak serabut elastis. Disana banyak ditemukan jaringan lymphoid dengan nodulus lymphaticus dan glandula yang bersifat serosa, mukosa dan campuran. Nodulus lymphaticus banyak ditemukan pada sapi dan kemudian menjarang jumlahnya pada kuda, babi dan karnivora.

Submukosanya tipis, otot larynx bersifat seran lintang. Pada ruminansia tidak ditemukan saculus laryngis. Pada kuda bagian ini dilapisi ep pseudocomplek bersilia, pada babi dan carnivora oleh ep squomus komplek.

Pembuluh-pembuluh darah membentuk plexus perichondral atau sub mukosa, jala-jala priglanduler dan jala-jala padat sub epithelial. Pembuluh limphe membentuk jala-jala padat superficialis dan provundal. Saraf-saraf sensorik berasal di n laryngis inferior.

4. Trachea

Susunan trachea terdiri atas mukosa ep. pseudokomplek bersilia dengan membrana basalis, lamina propria, lapisan serabut elastis longitudinal, sub mukosa dengan glandula, membrana fibroelastis dengan cincin kartilago, otot (hanya terdapat di bagian dorsal) dan tunika adventitia.

Epithelium banyak mempunyai sel piala dan diantara epithelium banyak terdapat leukosit. Gerak cilia kearah hidung dan berguna untuk mengusir partikel debu. Banyak hewan hanya mempunyai membrana basalis yang dudimenter. Lamina propria terdiri dari serbaut halus dengan banyah lumphosit.

Dibatasi dari sub mukosa oleh membrana fibroelastis yang mengambil tempat seperti membrana muskularis mukosae, sub mukosa kaya akan serabut elastit dan lemak dan melekat pada perikhondium cincin kartilago. Bagian provundal dari lamina propria dan submukosa mengandung banyak glandula tubuler campuran terutama banyak ditemukan dibagian ventral dan lateral. Terutama pada biri-biri, nodulus lymphaticus ditemukan pada mukosa.

Cincin-cincin kartilago dibungkus oleh membran fibrosa, cincin ini menjaga agar trachea jangan kolaps, terutama saat oesofagus dilalui bolus makanan. Dibentuk oleh kartilago hyalin yang pada hewan tua sering mengalami klasifikasi atau ossifikasi, cincin ini tidak sempurna menutup pada bagian dorsal.

Tunika muskularisnya adalah m transversus trachea berupa otot polos dengan arah melintang pada bagian dorsal. Pada kuda ruminansia dan babi terletak sebelah medial ujung-ujung cincin . Tunika adventitia terdiri atas serabut elastis dan kolagen yang longgar dengan banyak jaringan lemak, vasa dan nervi. Vasa darah membentuk plexus submukosa, periglanduler dan sub epithelial, sedan vasa limphe membentuk jala-jala provundal dan superficial, saraf yang menginervasi terdiri dari saraf bermyelin dan tak bermyellin.

Trachea Burung

Kartilago berupa cincin yang sempurna dan pada burung-burung air banyak mengalami ossifikasi. Epitheliumnya adalah ep pseudo komplek bersilia yang banyak membantu crypte seperti mukosa cavum nasi. Lamina propria banyak diinfiltrasi dengan lymphosit.

5. Pulmo

Struktur pulmo mirip dengan glandula alveolar komplek. Terletak dalam cavum toracis dan bentuknya berubah-ubah sesuai dengan irama respirasi. Pulmo terdiri rangka penyokong berupa kapsula dan jaringan ikat interstitiak, bagian konduksi dalam pulmo dan bagian respirasi. Capsula pulmo berupa membrana serosa yang disebut pleura visceralis. Pada sapi tertebal dan pada karnivora paling tipis. Paling superfisial dilapisi oleh mesothelium, capsula memiliki banyak serabut otot polos.

Dibawah epithelium terdapat jala-jala serabut elastis pada yang memisahkan serosa dengan sub serosa. Sub serosa terdiri atas serabut kolagen, jaringan kolagen melanjutkan diri ke lobulus pulmo, dalam sub serosa juga ditemukan nodulus lymphaticus.

Pulmo terbagi atas lobus, sedang lobus terbagi menjadi lobulus oleh jaringan ikat tipis yang disebut septa. Lobulus berbentuk pyramida. Pyramid-pyramid tersebut tersusun sedemikian rupa sehingga bagian apex mengarah kehilus pulmo, sedang bagian basisnya mengarah ke permukaan pulmo. Tiap lobulus menerima cabang dari bronchus primarius (merupakan cabang dari trachea) sednag lobulus menerima bronchiolus kecil.

Susunan Bronchus

Trachea bercabang menjadi dua disebut bronchus primarius. Tiap bronchus primarius bercabang-cabang sesuai dengan jumlah lobi. Bronchus masuk ke dalam pulmo melalui hilus, cabang-cabang bronchus primarius yang masuk kedalam lobulus disebut bronchiolus. Dibandingkan dengan bronchus maka bronciolus lebih kecil (diameter kurang dari 1 mm ) epitheliumnya sudah tidak pseudokomplek melainkan collumner bersilia, sudah tidak mempunyai cartilago. Bronchiolus akan bercabang-cabang terus membentuk cabang lebih kecil. Cabang lebih kecil. Cabang terkecil yang masih termasuk dalam bagian konduksi disebut bronchiolus terminalis. Didalam tiap lobulus ditemukan 50 –80 bronchiolus terminalis (manusia), bronchiolus terminalis melanjutkan diri sebagai 1-2 atau lebih bronchiolus respiratorius, ini bercabang lagi menjadi 2-11 duktus alveolaris yang dindingnya dibatasi oleh bangunan berupa rumah labah yaitu mulut lebar, saccus alveolaris yang merupakan bagian terujung.

Sebelum bronchi masuk kedalam pulmo strukturnya mirip dengan trachea, tapi setelah masuk kedalam pulmo maka cincin kartilago diganti dengan lempeng kartilago yang bentuknya tidak teratur yang secara sempurna membatasi bronchi. Disamping itu ditemukan juga lapisan otot polos yang sempurna, lempeng-lempeng kartilago menghilang setelah diameternya mencapai 1 mm.

Bronchus ditutup oleh ep pseudokomplek basilia, lamina proprianya dibentuk oleh banyak serabut elastis dengan sedikit serabut kolagen dan retikuler. Pada pemotongan melintang bronchus permukaannya kelihatan bergelombang karena kontraksi otot polos yang terdapat pda dinding. Gambaran ini akan hilang apabila pulmo teregang .

Dibawah mukosa terdapat otot polos yang tidak pernah membenuk cincin yang sempurna seperti halnya pada intestanum atau vasa darah, tetapi membentuk berkas yang terputus-putus dan makin kecil maka ruang antara makin lebar. Diantara serabut-serabut otot polos banyak terdapat serbaut-serabut elastis . Jala-jala vasa yang padat banyak menembus jaringan fibroelastis tersebut.

Lapisan yang terluar berupa jaringan ikat padat yang banyak serbaut elastis. Bagian ini menyelubungi lempeng-lempeng kartilago dan melanjutkan diri ke jaringan ikat sekitarnya dan jaringan ikat vasa yang berjalan bersamanya. Sampai ditempat dimana ditemukan lempeng kartilago ditemukan dibawah lapisan muskulus. Terutama pada tempat-tempat percabangan bronchi terdapat jaringan lymphatik yang bersifat diffusa kadang-kadang dengan nodulus lymphaticus terdapat secara tak teratur pada mukosa dan jaringan fibrosa disekitar kartilago.

Makin kecil ukuran bronchi atau bronchioli maka lapisan dinding makin tipis, tetapi lapisan otot polosnya masih tetap ditemukan sebagai komponen yang menjolok, bahkan masih tetap ditemukan pada dinding yang membatasi ductus alveolaris.

Bagian Respirasi dari Pulmo

Lobulus primarius merupakan unit fungsional dari pada pulmo, dan ini tersusun dari bronciolus respiratorius termasuk ductus alveolaris, sacurs alveolaris, alveoli, vasa, saluran lymphe, nervi dan jaringan ikat.

Pada pemotongan pulmo bagian respirasi tampak sebagai bangunan yang berupa ruang-ruang dan dipisahkan oleh sapta dengan dinding tipis. Disana-sini ditemukan bronchi dengan dinding tebal serta arteri dan vena dengan ukuran yang bermacam-macam.

Beberapa alveoli muncul dari dinding bronciuolus respiratorius. Suatu processus cytoplasmatic dari epithelium bronchiolus respiratorius / bentuk bersih melanjutkan diri kedinding alveolus.

Duktus alveolaris merupakan cabang-cabang dari bronchiolus respiratorius. Pada potongan yang agak tebal terlihat sebagai suatu tabung berdinding tipis yang dibatasi oleh mulut-mulut lebar dari saccus alveolaris. Saccus alveolaris berbentuk polihedral dan hanya terbuka pada sisi yang menghadap ke duktus alveolaris. Mulut-mulut saccus alveolaris disokong dengan serabut elastis, kolagen dan otot polos, mereka kelihatan sebagai ujung jarum pentul.

Dari ductus alveolaris timbullah satu alveolus dan saccus alveolaris dengan 2-4 alveoli, alveoli berbentuk kantong polyhedral yangstau sisinya hilang, sehingga udara dapat berdifusi secara bebas melalui ductus alveolaris. Sacus alveolaris masuk kedalam alveoli. Komponen yang paling menjolok dari dinding alveolus adalah jala-jala kapiler yang padat yang beranastomosa secara bebas sehingga kerap kali ruang yang ada diantara kapiler lebih sempit dari lumen kapilernya. Dinding alveolus banyak mengandung serabut retikuler. Juga terdapat serabut elastis dalam jumlah lebih sedikit. Kedua macam serabut ini merupakan rangka dinding yang cukup kuat dari kanting hawa yang dikelilingi kapiler. Kapiler-kapiler tersusun sedemikian rupa sehingga menggembung kearah alveoli dan sebagian terbesar dari permukaannya menghadap ke alveoli. Serabut-serabut retikuler dan elastis yang lebih besar terdapat pada sentral dari septa alveolus.

Porus alveolaris merupakan lubang kecil yang terdapat pada dinding tipis alveoli. Porus tersebut mempunyai diameter 7 – 9 mikron. Pada penderita Pneumonia fibrinosa dapat dilihat bahwa fibrin dapat melintas dari alveolus satu ke yang lain.

Susunan dinding alveoli mudah dilihat dengan menggunakan EM. Bagian pokok yang menyusun dinding alveolus berupa sitoplasma dan sel alveolus kecil yang mempunyai bentuk mirip dengan endothelium. Berbatas dengan sel-sel ini terdapat sel-sel endothelium kapiler, sel septa / sel alveolus besar.

Sel alveolus kecil merupakan sel squomusa yang sangat tipis dan membentuk dinding kontinyu, hanya kadang-kadang diselingi oleh sel-sel septa yang menjorok ke arah lumen. Pada manusia tebal sitoplasmanya kira-kira 0,2 mikron, kecuali pada tempat dimana ditemukan inti. Dibawahnya terdapat membran basali yang berbatasan dengan membrana basalis endothelium kapiler.

Sel alveolus besar / sel septa / sel skretorik berbentuk kuboid atau bulat, dapat dilihat dengan mikroskop cahaya. Dapat ditemukan pada septa tapi kadang-kadang menjulur ke lumen alveolus. Dapat ditemukan sendiri atau bergerombol 2 atau 3 sel. Mempunyaimikrovili pada permukaan bebasnya dan membentuk junctional complexes dengan sel alveoli kecil didekatnya. Golgi komplek cukup mencolok, juga ditemukan RES dan pula ditemukan banyak ribosoma bebas sehingga diduga sel ini mempunyai kegiatan sekretorik ditemukannya benda osmeofilik padat berukuran 0,2 – 1 mikron diameter yang tersusun sebagai lamelae-lamelae paralel atau konsentris. Benda tersebut cytosoma / benda multilamelar, dibatasi dengan membran yang banyak mengandung fosfolipida. Benda ini banyak kelihatan dipermukaan sedang dilepas oleh selnya. Produk dari sel ini diduga akan menyebar kepermukaan alveolus, mengecilkan tensi permukaan dan menstabilisasikan diameter alveolus.

Sel fagosit / sel debu adalah sel makrofag bebas. Sel ini juga ditemukan dalam alveoli. Apabila didalamnya terdapat debu yang terhisap waktu inspirasi, maka disebut sel debu. Hemosiderin, sisa-sisa dari pigmen tersebut juga kerapkali ditemukan pada sel-sel ini, karena fagositosa sel-sel darah merah, misalnya pada kongesti pulmonum. Mengenai asal dari sel ini masih diragukan. Ada yang mengira berasal dari sel septa, tapi ada pula yang mengatakan berasal dari lymphosit atau monosit. Sel alveoli kecil tidak bersifat fagositik.

Vasa Darah

Pulmo menerima darah terutama dari arteri pulmonalis. Berjalan dan bercabang-cabang mengikuti bronchus, dari sini bercabang-cabang lagi dan mengikuti ductus alveoli yang berasal dari ductus tersebut diatas. Venula berasal dari kapiler-kapiler dan dari kapiler septa alveolus dan bagian ductus alveolaris, kemudian berjalan melalui jaringan ikat intersegmental, tak sejalan dengan arteri dan bergabung membentuk vena pulmonalis.

Pulmo masih mendapat vaskularisasi dari arteri lain yaitu : a bronchialis, yang jauh lebih kecil dari a pulmonalis. Vasa terutama memberi darah pada bronchi, glandulae pada bronchi dan jaringan ikat interloler, dibawah pleura. Sebagian besar darah yang dibawa oleh a. Bronchialis. Pada alveoli yang timbul dari bronchiolus respiratorius terdapat anastomosa antara ujung a pulmonalis dan a bronchialis.

Vasa Lymphe

Vasa lymphe terdapat pada bagian-bagian yang mengandung jaringan ikat padat yang menghalangi tersebarnya udara. Jelasnya vasa lymphe ditemukan pada pleura visceralis, septa interlobularis, jaringan ikat padat yang menyelubungi bronciolus, bronchi arteria dan vena. Mereka tidak ditemukan pada septum interalveolare.

Vasa lymphe pada pulmo dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : bagian superficial dan bagian provundal. Bagian superficial terdapat pada pleura visceralis. Yang besar berjalan melalui termpat perhubungan antara septa interlobularis dan pleura.

Lymphe-lymphe pleura bergantung satu dengan yang lain dan berakhir pada nodus lymphaticus pada ilus pulmo. Bagian provundal terdiri atas 3 bagian :

1. Terdapat pada dinding luar dari bronchiolus dan bronchi

2. Bergabung bersama-sama dengan cabang dari a pulmonalis berjalan pada septa interlobularis.

3. berakhir pada nodus lymphaticus yang terdapat pada batas pulmo.

Nervi

Pexus saraf pada pangkal paru-paru dibentuk oleh cabang dari nervus vagus dan ganglion thoracicus symphatis. Serabut saraf bronchoconstrictor berasal dari nervus vagus, sedangkan broncholidatator bersifat symphatis. Vasa-vasa pulmo diinervasi oleh saraf symphatis maupun saraf parasymphatis. Saraf symphatis bersifat konstriktor terhadap a bronchialis.

6. Pleura

Pleura adalah membrana serosa pembungkus pulmo. Terdiri atas dua bagian yang menempel pada pulmo disebut pleura viscerali, yang menempel pada cavum thoracis disebut pleura parietalis. Pleura terdiri atas lapisan tipis, jaringan kolagen yang kaya fibroblast dan makrofag. Disamping itu ditemukan pula berkas-berkas serabut elastis yang berjalan simpang siur kearah permukaan. Seperti peritoneum permukaannya tertutup oleh mesothelium. Gambaran yang mencolok pada pleura ialah ditemukannya kapiler darah dan vasa lymphe yang banyak. Nervi pada pleura parietalis berhubungan dengan nervus phrenicus dan nervus interkostalis yang terdapat pada pleura visceralis merupakan cabang-cabang dari nervus vagus dan nervus symphaticus yang menginervasi bronchi.

Read more.....
Custom Search
 
task