Custom Search
anatomy - histology - veterinary - cells - biotechnology

PENGARUH PEMBERIAN SUSU BERKALSIUM TINGGI TERHADAP KADAR KALSIUM DARAH DAN KEPADATAN TULANG

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pengaruh pemberian susu berkalsium tinggi dan susu segar pada kadar kalsium darah dan kepadatan tulang remaja pria. Kepadatan tulang yang diukur meliputi kepadatan tulang pinggang, punggung, kepala, lengan, rusuk, panggul dan kaki.
Penelitian dilaksanakan bertempat di Asrama Putra TPB IPB. Analisis darah dilakukan di Laboratorium SEAMEO TROPMED FK-UI Jakarta dan Laboratorium PMI Bogor, sedangkan pengukuran kepadatan tulang dilakukan di Unit Densitometry Klinik Teratai RSCM Jakarta. Kepadatan tulang yang diukur meliputi tulang bagian pinggang, punggung, kepala, lengan, rusuk, panggul dan kaki. Unit percobaan yang digunakan sebanyak 55 orang mahasiswa putra TPB IPB berusia 17 – 19 tahun dan mempunyai IMT < 18,5.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Tersarang yaitu volume susu tersarang dalan jenis susu. Penelitian ini terdiri dari 2 faktor yaitu jenis susu dengan dua taraf dan volume susu dengan tiga taraf. Masing-masing jenis susu (susu berkalsium tinggi, susu segar) diberikan dalam beberapa taraf volume (porsi) pemberian yaitu 250 ml , 500 ml dan 750 ml selama 16 minggu (4 bulan). Selain faktor jenis dan volume susu, faktor lain yang dianggap sebagai faktor penggangu (confounding factor) yang diukur adalah kadar kalsium dan kepadatan tulang awal, aktivitas olahraga dan tingkat konsumsi energi zat gizi (protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin D dan vitamin C).

Oleh:
SURYONO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

COVER
Prakata
Ringkasan

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh dan tidak mudah terkena risiko osteoporosis pada saat usia lanjut. Agar tulang menjadi kuat, diperlukan asupan zat gizi yang cukup terutama kalsium. Kalsium merupakan zat utama yang diperlukan dalam pembentukan tulang, dan zat gizi ini antara lain dapat diperoleh dari susu. Pada susu juga terkandung zat-zat gizi yang berperan dalam pembentukan tulang seperti protein, fosfor, vitamin D, vitamin C dan besi. Selain zat-zat gizi tersebut, susu juga masih mengandung zat-zat gizi penting lainnya yang dapat meningkatkan status gizi.
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi
Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Sedioetama 1996). Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper et al.1986).
Susu sebagai Sumber Kalsium
Defisiensi dan Kecukupan Kalsium
Mekanisme Pengaturan Kalsium dalam Tubuh
Kalsium dan Kepadatan Tulang
Vitamin D dan Kepadatan Tulang
Vitamin C dan Kepadatan Tulang
Fosfor dan Kepadatan Tulang
Protein dan Kepadatan Tulang
Energi dan Kepadatan Tulang
Zat Besi dan Kepadatan Tulang
Penyakit Osteoporosis
Pola Makan dan Osteoporosis

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran
Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja. Kepadatan tulang akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Khomsan (2004), status gizi remaja sangat ditentukan oleh pola makannya dalam pencapaian pertumbuhan optimal sesuai kemampuan genetis yang dimilikinya. Pada remaja pria yang memiliki status gizi baik, perawakan tubuh yang optimal dicapai pada saat usia 18-20 tahun.
Hipotesis

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan dengan intervensi pemberian susu selama 4 bulan, bertempat di Asrama Putra Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB). Pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium SEAMEO-TROPMED FK-UI Jakarta dan Laboratorium PMI Bogor. Pemeriksaan kepadatan tulang dilakukan di Klinik Teratai Unit Densitometry RSCM Jakarta.
Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan ”Feeding Program for Needy Students” kerjasama SEAFAST Centre dengan Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia dan Departemen Ilmu & Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Desain Penelitian
Bahan Percobaan
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Data
Keterbatasan Penelitian
Batasan Operasional

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Unit Percobaan
Karakteristik unit percobaan yang diambil dalam penelitian ini meliputi usia saat mengikuti penelitian, daerah asal dan rata-rata jumlah kiriman uang dari orang tua setiap bulan. Jumlah unit percobaan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 55 orang. Data-data dari hasil penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Usia
Daerah Asal
Jumlah Uang Kiriman Orang Tua
Konsumsi dan Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Konsumsi Zat Gizi
Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Kadar Kalsium Darah
Kepadatan Tulang
Kepadatan Tulang Pinggang
Kepadatan Tulang Punggung
Kepadatan Tulang Kepala
Kepadatan Tulang Lengan
Kepadatan Tulang Rusuk
Kepadatan Tulang Panggul
Kepadatan Tulang Kaki

PEMBAHASAN UMUM
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jenis susu (susu berkalsium tinggi, susu segar) dan volume susu terhadap kadar kalsium darah dan kepadatan tulang remaja pria. Jenis susu yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis susu komersial yang sudah beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di Indonesia.
Tingkat konsumsi zat gizi pada umumnya terjadi peningkatan setelah perlakuan dilakukan. Hal ini karena selain dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi, juga karena adanya kontribusi dari susu yang diberikan dan adanya pemberian makanan tambahan. Peningkatan terjadi pada kelompok energi, protein, kalsium dan vitamin D. Pada kelompok vitamin C, sebagian besar masih di bawah normal (<70%) dan pada kelompok zat besi, rataan tingkat konsumsi seluruh kelompok perlakuan juga masih di bawah normal. Kondisi ini dapat terjadi karena susu ataupun makanan tambahan yang diberikan bukan merupakan sumber vitamin C dan zat besi. Peningkatan yang lebih tinggi terdapat pada kelompok protein, kalsium dan vitamin D karena adanya kontribusi yang cukup tinggi dar susu yang diberikan. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena kekurangan vitamin C maupun zat besi dalam waktu lama dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga lebih mudah terserang penyakit khususnya yang berhubungan denga tulang.

SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Pemberian kalsium tinggi berpengaruh sangat nyata (p<0,01)>0,05) terhadap kadar kalsium darah dan kepadatan tulang kepala, lengan, rusuk, panggul dan kaki.
Pemberian susu berkalsium tinggi selama 4 bulan sebanyak 750 ml (diminum 3 X sehari @ 250 ml) menghasilkan kepadatan tulang pinggang dan punggung lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian susu sebanyak 500 ml (diminum 2 X sehari @ 250 ml) dan 250 ml (diminum 1 X sehari @ 250 ml).
Pemberian susu segar tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kadar kalsium dan kepadatan tulang (pinggang, punggung, kepala, lengan, rusuk, panggul dan kaki).

DAFTAR PUSTAKA

Read more.....

Teknologi Pupuk Mikrob

Teknologi Pupuk Mikrob Multiguna Menunjang Keberlanjutan Sistem Produksi Kedelai

(Technology of Multipurpose Microbial Fertilizer Supporting Sustainable System of Soybean Production)



RASTI SARASWATI

Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Jln. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111; Tel. 062-251-337975 pes. 224; Faks. 062-251-338820

Multipurpose microbial fertilizer (MPMF) has been developed to increase fertilization efficiency to support sustainable soybean production system. Multipurpose microbial fertilizer can supply a substantial portion of nitrogen and phosphorous which is required by soybean through their symbiotic relationship rhizobia and phosphate dissolving capability, and thus save the us of anorganic fertilizer. Result of the demonstration plot using MPMF in farmer fields showed accordingly that phosphate fertilizer up to 50% from the recommendation dosage.

Key word: microbial fertilizer, inoculant, soybean

Read more.....

Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Kacang Tanah dan Kedelai

Pemberian Inokulan Campuran Beberapa Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Kacang Tanah dan Kedelai

(The Application of Mixed Arbuscular Mycorrhizal Fungi Inoculant to Peanut and Soybean)



M. RAHMANSYAH & SUCIATMIH

Puslitbang Biologi LIPI, Jln. Ir. Juanda, Bogor 16122 ; Tel. 062-251-324006, Faks. 062-251-325854

Glomus sp.4, as arbuscular mycorrhizal (AM) fungi, was a collection originally gathered from soil in Bogor and had been introduced succesfully to fast-growing legumes of Albizia procera, Paraserianthes falcataria and pterocarpus indicus seedlings. To determine the influence of AM fungi inoculation to the plant growth, the experiment was set up as follow, a. Glomus sp.4 was mixed with G. etunicatum, G. manihotis and G. microagregatum+acaulospora spinosa, and inoculated separately as A, B, and C soil culture inoculant.; b. peanut and soybean were inoculated and planted as pot experiment in mixed medium of soil, compost and sand (2:1:1); c. for controlling treatments the plants were not inoculated and the other one were planted at medium which was amanded with 100g/kg TSP. As plant growth, AM fungi colonies of both plants roots increased. Fungi infection were founded higher in soybean (50-90%) compared to peanut infection (40-70%). Peanut shoot dryweight (15.6 g) and index of seed over shell (1.01) whiwh were harvested 53 days after planting (DAP) showed value as caused by B inoculant. Soybean plants at 45 DAP were significantly different in shoot dry weight (2.08 g) and seed weight plant-1 (4.12 g) compared with control, as caused of C inoculant treatment. Phosphorus content in dry shoot of peanut treated with B inoculant was 0.3%, and soybean which C inoculant was 0.4%.

Key word: inoculant, arbuscular mycorrhizal fungi, peanut, soybean

Read more.....

Jamur Merang

Cendawan Kontaminan Dominan pada Bedengan Jamur Merang dan Interaksinya dengan Jamur Merang secara in vitro

(Dominant Fungi Contaminating the Beds of Rice Straw Mushroom and Their Interaction with Straw Mushroom in vitro)



OKKY SETYAWATI DHARMAPUTRA1,2, AGUSTIN WYDIA GUNAWAN1, RINI WULANDARI1 & TRIADI BASUKI1

1Jurusan Biologi, FMIPA, IPB, Jln. Raya Pajajaran, Bogor 16144
2Seameo Biotrop, Kotak Pos 116, Bogor 16001
3Puslitbang Bioteknologi LIPI, Cibinong 16911

Elevent dominant mesophilic fungal species (Aspergillus flavus, A. fumigatus, Coprinus cinereus, C. patoulardii, Fusarium chlamydosporum, F. semitectum, Fusarium sp.,, Gliocladium penicilloides, Melanopsamma pomiformis, Penicillium citrinum and Trichoderma aureoviride) which contaminated the beds of rice straw mushroom (Volvariella volvaceae) have been isolated using dilution method on Potato Dextrose Agar (PDA) medium. Interaction studies among the mesophilic fungi and the rice straw mushroom were carried out using the direct opposition method in PDA medium. The results showed that the mesophilic fungi were antagonistic to the rice straw mushroom. Visual examination under the microscope showed thet the hyphae of the straw rice mushroom were winded around, lysed and swelled.

Key word: antagonist, mesophylic fungi, Volvariella volvaceae

Read more.....

Proses Fermentasi Biji Lamtoro-Gung

Proses Fermentasi Biji Lamtoro-Gung Dengan Rhyzopus oryzae

(Fermentation Process of Leucaena Seed with Rhyzopus oryzae)



KOMARI

Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Jln. Dr. Semeru, Bogor 16122

Fermentation process of leucaena seeds with Rhyzopus oryzae was developed to study biochemical during fermentation process with the emphasis on iron evailability (in vitro). Fermentation significantly increased the solubilities of protein and carbohydrate (soluble sugars). The increas of tannins content of the seeds during fermentation was due to loss of binding capacity between tannins and protein or carbohydrate. The loss was due to the increase in the pH value and the decrease in size of the digested protein and carbohydrate by the activity of enzymes produced by microorganism. Although the detectable tannins in the leucana tempe was higher than that in unfermented seeds, there was no binding effect of tannins with iron. Iron availability of the leucana tempe increased from 1.9% in the cotyledons to 11.6%. This finding showed the benefit effect of fermentation on the iron availability of the tempe.

Key word: fermentation process, leucana seed, Rhyzopus oryzae

Read more.....

Pembiakan Spesimen Urin

Penggunaan "MicurR-BT" sebagai Uji Awal Sebelum Pembiakan Spesimen Urin untuk Isolasi Etiologi Infeksi Saluran Kemih

(MicurR-BT As an Indicator of Antibiotic in the Urine Before Bacterial Isolation in Urinary Tract Infection)



PRATIWI SUDARMONO & TERTIA HUTABARAT

Bagian Mikrobiologi FK UI, Jln. Pegangsaan Timur No. 16, Jakarta 10320, Tel. 062-021-310086, Faks. 062-021-3100810

Urinary tract infection is very common and has a very high indence rate in Indonesia. Usually it cause by bacterial infection, so the diagnostic microbialogy play a very important role in the management of antibiotic therapy. Unfortunately, the patients usually has taken antibiotic before examination. MicurR-BT is a dipstick test to detect the existence of antibiotic in urine. It contains Bacillus subtilis and triphenyl tetra zolium chlorade as color detector. Ninety six urine specimen has been tested before bacterial culture. Fifty four specimen (56%) contain antibiotic in the urine before culture.

Key word: urinary tract infection

Read more.....

Deteksi Virus Dengue Tipe 2 dengan Cara Hibridisasi in situ

Deteksi Virus Dengue Tipe 2 dengan Cara Hibridisasi in situ

(Detection of Tipe 2 Dengue Virus by in situ Hibridization)



MAKSUM RADJI, AMIN SOEBANDRIO, MIRAWATI SUDIRO & PRATIWI SUDARMONO

Bagian Mikrobiologi FK UI, Jln. Pegangsaan Timur No. 16, Jakarta 10320 Tel. 062-021-3100806, Faks. 062-021-3100810, Email: amin0207@rad.net.id

Demonstration of dengue virus (DV) in infected cell wouold enable elaboration of pathogenesis and pathophysiology of dengue Fever and dengue Haemorrhagic Fever. Molecular detection of DV would give high sensitivity as well as specifity. C6/36 mosquito cell line artificially infected with DV was used as a model of DV infected cell. 290-bp cDNA of envelope region of DV type 2 (DV-2) labeled with digoxigenin-11-dUTP was used as probe. Hybridization was performed directly to infected cell fixed on to glass slide (in situ). 10 ng/ul of the probe was able to detect as low as 10x TCID 50 infecting DV-2. The signal produced was not found in negative control and was clearly increasing in infecting viral dose dependent manner. There was no cross reactivity between DV-2 probe and DV-3 and vice versa. The DV-2 probe was sensitive yet specific in demonstrating the presence of DV-2 in infected cell.

Key word: hybridization, digoxygenin (DIG), pathogenesis

Read more.....

Campuran Kapas dan Kelaras Pisang sebagai Media Tanam Jamur Merang

Campuran Kapas dan Kelaras Pisang sebagai Media Tanam Jamur Merang

(Mixture of Cotton Waste and Dried Banana Leaves as the Media for Straw Mushroom Cultivation)



METTY IRAWATI, AGUSTIN WYDIA GUNAWAN & OKKY SETYAWATI DHARMAPUTRA

Laboratorium Mikologi, Jurusan BiologiFMIPA IPB, Jln. Raya Pajajaran, Bogor 16144

In Indonesia straw compost is used as common medium for straw mushroom cultivation, because its high cellulose and hemicellulose content. Never theless, waste cotton derived from textile industry and dried banana leaves can be used for straw mushroom cultivation, because their cellulose and hemicellulose content is also high. Cotton waste and dried banana leaves were composted for 20 days by adding 2% of lime and 8% of rice bran. The compost of cotton waste, dried banana leaves, and mixture of cotton waste and dried banana leaves ratio of 4:1, 3:1, and 1:1 were used as the media for straw mushroom cultivation. Three replications were used for each treatment. The media were pasteurized at about 60oC for two hours, further the temperature was maintained at 50oC for 10 hours. Spawning was carried out when the temperature dropped to 30oC, and then the mushroom house was closed for three days. This condition was necessary for mycelial growth. After that, fresh air was introduced into the house of basidioma formation and development. Harvesting was carried out when the basidioma was at button or egg stage. Mushroom production on the mixture of cotton waste and dried banana leaves at a ratio of 1:1 was not significantly different than cultured on cotton waste only. The production on the other mixture were higher and significantly different than those cultured on cotton waste or banana dried leaves.

Key word: straw mushroom, media for straw mushroom cultivation, cotton waste, dried banana leaves

Read more.....

MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK, URIN

Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin

dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma

Bagian

Patologi Klinik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM,

Jakarta

Sebelum menilai hasil analisa urin, perlu diketahui tentang proses pembentukan urin. Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml permenit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin permenit.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain.


FAKTOR-FAKTOR YANG TURUT MEMPENGARUHI

SUSUNAN URIN

Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik.

Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain

lain.

Pada tes kehamilan dianjurkan agar
mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.

Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin sewaktu , ialah urin yang dikeluarkan pada
waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena urin sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi. Urin pagi ialah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes kehamilan.

Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung.


PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK

DAN KIMIA URIN

Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.


PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK.

Yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktor

yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam.


Lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.

Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah - muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.


Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat. Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin.


Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat sepertijernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut

nubeculayangterdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan

oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak.

Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling, drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urin sewaktu pada

orang normal antara 1,003 - 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin

tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.


Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa

pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.


Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.


PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini panting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan +(ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan .seperti urat amorf dan kristal


Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 -- 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor lobus.


Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume,
pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal. Dikenal bermacam-macam silinder yang berhubungan dengan

berat ringannya penyakit ginjal. Banyak peneliti setuju bahwa dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, lekosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder lekosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal

yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.


Kristal dalam urin tidak ada hubungan
langsung dengan batu didalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan,kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Disamping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan

atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.


Epitel merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, sepe

rti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik

didalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang
telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.


PEMERIKSAAN KIMIA URIN

Disamping cara konvensional, pemeriksaan
kimia urin dapat dilakukan dengan
cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, specifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di

Indonsia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan
pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah,urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan, penggunaan haruslah
mengikuti petunjuk dengan tepat; baik mengenai cara penyimpanan, pemakaian
reagnes pita dan bahan pemeriksaan.

Urin dikumpulkan dalam penampung yang bersih dan pemeriksaan baiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan pemeriksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar. Agar didapatkan hasil yang optimal pada tes nitrit, hendaknya dipakai urin pagi atau urin yang telah berada dalam bulibuli minimal selama 4 jam. Untuk pemeriksaan bilirubin,urobilinogen dipergunakan urin segar karena zat-zat ini bersifat labil, pada suhu kamar bila kena cahaya. Bila urin dibiarkan pada suhu kamar, bakteri akan berkembang biak yang menyebabkan pH menjadi alkali dan menyebabkan hasil positif palsu untuk protein. Pertumbuhan bakteri karena kontaminasi dapat memberikan basil positif palsu untuk pemeriksaan darah samar dalam urin karena terbentuknya peroksidase dari bakteri.

Reagens pita untuk pemeriksaan protein lebih peka terhadap albumin dibandingkan protein lain seperti globulin, hemoglobin, protein Bence Jones dan mukoprotein. Oleh karena itu hasil pemeriksaan proteinuri yang negatif tidak dapat menyingkirkan kemungkinan terdapatnya protein tersebut didalam urin. Urin yang terlalu lindi, misalnya urin yang mengandung amonium kuartener dan urin yang terkontaminasi oleh kuman, dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara ini. Proteinuria dapat terjadi karena kelainan prerenal, renal dan post-renal. Kelainan pre-renal disebabkan karena penyakit sistemik seperti anemia hemolitik yang disertai hemoglobinuria, mieloma, makroglobulinemia dan dapat timbul karena gangguan perfusi glomerulus seperti pada hipertensi dan payah jantung. Proteinuria karena kelainan ginjal dapat disebabkan karena kelainan glomerulus atau tubuli ginjal seperti pada penyakit glomerulunofritis akut atau kronik, sindroma nefrotik, pielonefritis akut atau kronik, nekrosis tubuler akut dan lain-lain

Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan denganmemakai reagens pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.


Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar vitamin C melebihi 75 mg/dl atau

benda keton melebihi 40 mg/dl.


Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena

peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus, tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.


Benda- benda keton

Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat leblih dari 5-10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka. Untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.


Dalam keadaan normal pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama, kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang tinggi. Hal ini terjadi sebelum kadar benda keton dalam serum meningkat. Pemeriksaan bilirubin dalam urin berdasarkan reaksi antara garam diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzene diazonium dan p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo salisilat.

Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin mengandung metabolit pyridium atau serenium.


Pembacaan Reagens Pita

Pemeriksaan urobilinogen dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl urin. Peningkatan ekskresi

urobilinogen urin mungkin disebabkan
oleh kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan didalam tubuh. Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengairdung vitamin C lebih dari 10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator seperti hipochlorid atau peroksidase dari bakteri yang berasal dari Sedimen urin infeksi saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.


Dalam keadaan normal urin bersifat steril. Adanya bakteriura dapat ditentukan dengan tes nitrit. Dalam keadaan normal tidak terdapat nitrit dalam urin. Tes akan berhasil positif bila terdapat lebih dari mikroorganisme per ml urin. Perlu diperhatikan bahwa urin yang diperiksa hendaklah urin yang telah berada dalam buli-buli minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan basil positif pada 40% kasus. Hasil positif akan mencapai 80% kasus bila urin terkumpul dalam buli-buli lebih dari 4 jam. Hasil yang negatif belum dapat menyingkirkan adanya bakteriurea, karena basil negatif mungkin disebabkan infeksi saluran kemih oleh kuman yang tidak mengandung reduktase, sehingga kuman tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit. Bila urin yang akan diperiksa berada dalam buli-buli kurang dari 4 jam atau tidak terdapat nitrat dalam urin, basil tes akan negatif. Kepekaan tes ini berkurang dengan peningkatan berat jenis urin. Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung
vitamin C melebihi 25 mg/dl dan konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03.

Read more.....
Custom Search
 
task