Custom Search
anatomy - histology - veterinary - cells - biotechnology

IKAN SEBAGAI ALAT MONITOR PENCEMARAN

I. Pencemaran Air

Pencemaran adalah perubahan sifat Fisika, Kimia dan Biologi yang tidak dikehendaki pada udara, tanah dan air . Peruahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia atau organisme lainya, proses-proses industri, tempat tinggal dan peninggalan-peninggalan, atau dapat merusak sumber bahan mentah. Pencemaran terjadi apabila terdapat gangguan dalam daur materi yaitu apabila laju produksi suatu zat melebihi laju pembuangan atau penggunaan zat tersebut. Pencemaran merupakan penambahan bermacam- macam bahan sebagai aktivitas manusia ke dalam lingkungan yang biasanya memberikan pengaruh berbahaya terhadap lingkungan.

Terdapat dua jenis sumber pencemaran yaitu (1) Pencemaran yang dapat diketahui secara pasti sumbernya misalnya limbah industri, (2) Pencemaran yang tidak diketahui secara pasti sumbernya yaitu masuk ke perairan bersama air hujan dan limpasan air permukaan. Beban pencemaran pada badan air merupakan jumlah bahan yang dihasilkan dari kedua sumber tersebut. .

Aanggapan bahwa badan perairan merupakan tempat pembuangan limbah baik limbah domestik maupun limbah industri adalah salah karena dapat menyebabkan perubahan dn gangguan terhadap sumber daya air. Organisasi yang tergolong dalam kelompok organisme akuatik adalah yang pertama kali mengalami kehidupann buruk secara langsung dari pengaruh limbah atau pencemaran terhadap badan air .

Apabila suatu limbah yang berupa bahan pencemar masuk ke suatu lokasi maka akan terjadi perubahan padanya. Perubahan dapat terjadi pada organisme yang hidup di lokasi itu serta lingkunya yang berupa faktor Fisika dan Kimianya. Salah satu perubahan yang terjadi karena pembuangan limbah ke badan perairan dapat menyebabkan berkurangnya kadar oksigen terlarut. Oksigen penting untuk pernafasan yang merupakan komponen utama untuk metabolisma ikan dan oprganisme lain. Persenyawaan organikdi perairan akan dipecah oleh organisme pembusuk. Terjadinya proses ini sangat membutuhkan oksigen terlarut dalam perairan tersebut.

Disamping itu adanya senyawa racun yang terkandung di dalam limbah juga mempengruhi proses metabolisma dalam tubuh ikan, merusak jaringan usus dan fungsi ginjal. Senyawa beracun ini juga mempengaruhi darah organtubuh lainya. Disamping itu senyawa beracun dan logam berat dapat menghambat metabolisma serum protein.

II. Bahan pencemar dan ekosistim perairan

Kualitas air dipengaruhi oleh faktor alami (yaitu iklim, musim, mineralogi dan vegetasi) dan kegiatan manusia. Bilamana air di alam (disungai sungai, danau-danau dan lain-lain) dikotori oleh kegiatan manusia,sedemikian rupa sehingga tidak memenuhi syarat untuk suatu penggunaan yang khusus maka disebut terkena pencemaran.

Tanpa adanya tindakan kebijaksanaan untuk mencegah dan mengendalikan pencemaran perairan sungai, kemungkinan besar menyebabkan persediaan sumber daya air untuk segala kehidupan tidak dapat dipenuhi. Keadaan demikian akan menyebabkan terganggunya suatu faktor ekosistem kehidupan manusia yaitu faktor kesehatan lingkungan yang mempengaruhi hiduup m,anusia itu sendiri.

Dalam sebuah daerah aliran sungai, terdapat berbagi penggunaan lahan, seperti hutan, perkebunan, pertanian lahan kering dan persawahan, pemukiman, perikanan, industri dan sebagainya. Beban bahan pencemar yang menyebabkan penurunan kwaliotas air pada sebagian sungai, berasal terutama dari limbah domestik, limbah industri, kegiatan pertanbangan dan limbah dari penggunaan lahan pertanian.

Bahan pencemaran yang masuk ke dalam air dapat dikelompokkan atas limbah organik, logam berat dan minyak.Masing –masing kelompok ini sangat berpengaruh terhadap organisme perairan. Logam berat merupakan bahan pencemar yang paling banyak ditemukan diperairan akibat limbah Industri dan limbah perkotaan.

Batang Arau merupakan salah satu sungai terbesar di Kotamadya Padang yang kwalitas airnya cenderung terus menurun akibat meningkatnya pencemaran Sumber pencemaran di sungai ini terutama berasal dari limbah industri (terutama pabrik karet) dan limbah perkotaan. Limbah pabrik karet dapat mempengaruhi nilai DO, BOD, COD, padatan tersuspensi, N-NH3 dan pH badan air.

Aliran batang Arau yang paling tercemar pada daerah muara karena kwalitas airnya sudah tidak memenuhi syarat sebagai air golongan B, C dan D serta nilai BOD

dan COD yang cukup tinggi. Daerah mendekati Muara juga telah terjadi penumpukan terhadap logam berat terutama Cu dan Pb .

Secara alamiah, unsur logam berat terdapat dalam perairan, namun dalam jumlah yang sangat rendah. Kadar ini akan meningkat bila limbah yang banyak mengandung unsur logam berat masuk ke dalam lingkungan perairan sehingga akan terjadi racun bagi organisme perairan .

Masuknya logam berat ke dalam tubuh organisme perairan dengan tiga carayaitu melalui makanan, insang dan diffusi melalui permukaan kulit. Untuk ikan insang merupakan jalan masuk yang penting. Permukaan insang lebih dari 90% seluruh luas badan. Sehingga dengan masuknya logam berat ke dalam insang dapat menyebabkan keracunan, karena bereaksinya kation logam tersebut dengan fraksi tertentu dari lendir insang. Kondisi ini menyebabkan proses metabolisme dari insang menjadi terganggu. Lendir yang berfungsi sebagai pelindung doproduksi lebih banyak sehingga terjadi penumpukan lendir. Hal ini akan memperlambat ekspersi pada insang dan pada akhirnya menyebabkan kematian.

Logam berat hampir selalu ada dalam setiap pencemaran oleh limbah industri

karena selalu diperlukan dalam setiap proses industri. Manifestasi dari keracunan logam berat adalah diare denan fesis biru kehijauan dan kelainan fungsi ginjal. Bila kadarnya tinggi dalam tubuh dapat merusak jantung, hati dan ginjal. Absorbsi logam berat masuk ke dalam darah dapat menimbulkan hemolisis yang akut, karena banyak sel darah yang rusak. Akibat yang serius dari keracunan logam berat dapat menimbulkan kematian.

Pendedahan logam berat kadmium pada ikan pleuronectes flesus berakibat berkurangnya nilai hematokrit, kadar hemoglobin dan jumlah sel darah merah sehingga menyebabkan anemia. Anemia sering ditandai dengan meningkatnya volume plasma oleh karena sistim keseimbangan dalam tubuh ikan terganggu. Lebih jelasnya penyebab anemia tersebut adalah menurunya kecepatan produksi sel darah mrah atau rusaknya sel darah merah lebih cepat. Perlakuan logam berat terhadap ikan air tawar juga menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin serta nilai hematokrit.

Kerusakan ekosistim akibat pencemaran logam berat sering dijumpai hususnya untuk ekosistim perairan. Hal ini terjadi karena adanya logam berat yang bersifat racun bagi organisme dalam perairan. Akibat organisme yang paling sensitif pertama kali mengalami akibat buruk dan juga organisme yang tidak mampu bertahan akan musnah, sehingga keseimbangan rantai makanan dan ekosistem perairan akan mengalami kerusakan .

Dalam ekosistem alami perairan, hampir dapat dipastikan bahwa kematian sejenis ikan tidak selalu karena sebab faktor tunggal tetapi karena beberapa faktor.

Faktor-faktor yang dimaksud adalah :

1. Penomena sinergis, yaitu kombinasi dari dua zat atau lebih yang bersifat

memperkuat daya racun.

2. Penomena antagonis, yaitu kombinasi antara dua zat atau lebih yang saling

menetralisir, sehingga zat-zat yang tadinya beracun berhasil dikurangi dinetralisir daya racunya sehingga tidak membahayakan

3. Jenis ikan dan sifat polutan, yang tertarik dengan daya tahan ikan serta

adaptasinya terhadap lingkungan, serta sifat polutan itu sendiri.

III. Pemantauan dan pencegahan pencemaran badan air

Pegolahan sumber air perlu memperhatikan aspek kwalitas pengendalian. Usaha pengendalian pencemaran air memerlukan informasi dan masukan mengenai

tingkat pencemaran pada berbagai sumber air. Ada tiga cara untuk mengevaluasi tingkat pencemaran air yaitu :

(a) cara kriteria standar kwalitas air

(b) cara ujihayati

(c) cara indeks kwalitas air atau pencemaran.

Untuk menghindari kerusakan terhadap ekosistim perairan sebagai akibat dari pencemaran, haruslah dilakukan pemantauan atau monitoring, baik monitoring secara kimia, Fisika dan Biologi. Pemantauan pencemaran air sebenarnya menyangkut kehidupan di air. Bila air tercemar maka kehiduopan organisme di air terganggu. Analisis pencemaran air secara Fisika dan Kimia berusaha menilai apakah kondisi Fisika dan Kimia air cocok dengan kehidupan organisme di badan air atau tidak. Hal ini terkait sehubungan dengan bahwa kehidupan organisme air tergantung pada faktor Fisika dan Kimia air itu. Pengukuran ini ditujukan pada kesesuaian dengan organise air.

Pemantauan pencemaran di air dapat dilakukan secara biologi analisis dengan hewan air dapat dilakukan dengan ujihayati atau denga bioassay, metabolisme individu, dinamika populasi dan struktur populasi. Uji hayati adalah menguji suatu senyawa beracun dengan menggunakan organisme hidup. Tujuan dari uji hayati adalah untuk menentukan respon organisme terhadap besarnya konsentrasi senyawa beracun.

Racun yang masuk ke badan air ada yang dalam konsentrasi rendah dapat langsung menyebabkan kematian pada organisme yang terdapat di sana. Tetapi pada konsentrasi yang lebih rendah lagi dapat menyebabkan terganggunya funsi/faal organisme tersebut. Akibat yang disebabkan oleh racun yang tidak menyebabkan kematian secara langsung disebut efek sub lethal.

Dari efek sub lethal dapat diamati tentang biokimia, fisiologi, tingkah laku atau tingkat siklus hidup dari organisme tersebut. Pengamatan atau monitoring terhadap efek sub lethal sangat penting dan merupakan gejala awal terhadap perubahan faal akibat keracunan sebelum terjadinya kematian, sehingga akibat buruk selanjutnya bahkan kerusakan ekosostem dapat dihindari atau dicegah. Pengaruh dari senyawa pencemar dapat diamati dalam tingkat seluler, enzim, proses metabolisma dan regulasi. Penelitian efek sub lethal dari ikan salmo gairdneri R akibat pengaruh air yang tercemar berat di perairan sungai Rhine menunjukkan adanya gangguan terhadap proses biokemis dan fisiologis dalam tubuh ikan.

IV. Ikan sebagai alat memonitor pencemaran

Untuk menaksir efek toksiologis dari beberapa polutan kimia dalam lingkungan dapat diuji dengan menggunakan species ysng mewakili lingkungan yang

ada di perairan tersebut. Specis yang diuji harus dipilih atas dasr kesamaan biokemis dan fisiologis dari specis dimana hasil percobaan digunakan. Kriteria organisme yang cocok unutk digunakan sebagai uji hayati tergantung dari beberapa faktor :

1. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan linkungan

2. Penyebanya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak

3. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara

daerah maupun nasional

4. Mudah dipelihara dalam laboratorium

5. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit

6. Sesuai untuk kepentingan uji hayati.

Ikan dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap adanya senyawa pencemar yang terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Reaksi ini dapat ditunjukkan dalam percobaan di laboratorim, di mana terjadi perubahan aktivitas pernafasan yang besarnya perobahan diukur atas dsar irama membuka dan menutupnya rongga “Buccal” dan ofer kulum. Pengukuran aktivitas pernafasan merupakan cara yang amat peka untuk menguikur reaksi ikan terhadap kehadiran senyawa pencemar. Hasil penelitian yang pernah dilakukan memperlihatkan adanya peningkatan jumlah gerakan ofer kulum “Fingerlink” (Cirrhina Mrigala) yang terkena deterjen.

Sebagai indikator dari toxicant sub lethal juga dapat dilihat dari frekwensi bentuk ikan. Yang mana digunakan untuk membersihkan pembalikan aliran air pada insang, yang merupakan monitoring pergerakan respiratory. Selain gerakan ofer kulum dan frekwensi batuk parameter darah merupakan indikator yang sensitif pada kehidupan sebagai peringatan awal dari kwalitas air.

Perubahan faal drah ikan yang diakibatkan senyawa pencemar, akan timbul sebelum terjadinya kematian. Pemeriksaan darah mempunyai kegunaan dalam menentukan adanya gangguan fisiologis tertentu dari ikan. Parameter faal darah dapat diukur dengan mengamati kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan jumlah sel darah merah. Ikan mas (Cyprinus Carpio L.) dapat digunakan sebagai hewan uji hayati karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan.

Di Indonesia ikan yang termasuk famili Cyprinidae ini termasuk ikan yang populer dan paling banyak dipelihara rakyat, serta mempunyai nilai ekonomis. Ikan mas sangat peka terhadap faktor lingkungan pada umur lebih kurang tiga bulan dengan ukuran 8-12 cm. Disamping itu ikan mas di kolam biasa (Stagnant water) kecepatan tumbuh 3 cm setiap bulannya.

Berdasrkan hasil penelitian bahea konsentrasi limbah, suhu, DO, pH, salinitas dan alkalinitas berpengaruh nyata terhadap mortalitas ikan mas. Hal ini disebabkan jika ditinjau secara kimia bahwa kehidupan dan pertumbuhan organisme perairan dipengaruhi oleh pH, DO, BOD, suhu, salinitas dan alkalinitas.

Penelitian tentang kesanggupan ikan mas untuk mendeteksi insektisida memperlihatkan bahwa ikan mas (Cyprinus carpui L.) dapat mendeteksi adanya insektisida bayrusil dalam air pada konsentrasi 55 ppm. Dimana pada konsentrasi tersebut setelah 10 menit ikan mas telah menghidari akan trjadi perubahan frekwensi gerakan ofer kulum yang mula- mula cepat kemudian melambat dan ahirnya lemas.

Daftar putaka

Anderson, P. D. and S.D. Apollonia 1978. aquatic.Animal. Department of Biological Sciencies. Ottawa. Canada.

Duffus, H. J. 1980. Environment Toxicologi. Department of brewing and Biological Science. Hariot-Watt. University Edinbueg.

Forstner, U and G.T.W. Wittman. 1983. Metal Pollution in the Aquatic Environment. Second revised Edition. Springerverlag, Heidelberg. New York. Tokyo.

Geonarso, D. 1988. Perubahan faal ikan sebagai Indikator kehadiran insektisida dan Detergen dalam air. Disertasi. ITB. Bandung

Husin, Y. dan Eman, K. 1991. Metoda teknik Analisisi Kwalitas Air. Penelitian Lingkungan Hidup. Lembaga Penelitian. IPB. Bogor.

Larson, A., B.E. Bengston and O. Svaberg. 1976. Effect of Cadmium for Hematologys and Biochemis on Fish. Chambridge University Press. London. New York. Melboum.

Manan,S. 1992. Pengelolaan Hutan Lindung yang Mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Pulau Sumatera Rimba Indonesia XXVII ; 3 – 4 Persatuan Peminat dan Ahli kehutanan.

Mark, Jr.H.B. 1981. Water Quality Measurement The Modern Analytical Techniques. Departments of Chemistry of Cincinate. Ohio..

Read more.....

Mitokondria

Mitokondria adalah organella yang mempunyai bentuk menyerupai batang atau tangkai dann dianngap sebagai pusat tenaga dari sel pembawa sifat, gabunganh antara oksigen dan nutrien dalam bentuk adenosine triphosphat ( ATP ). ATP adalah energi “mata uang “ darai sel, yaitu tenaga yang digunakan dalam metabolisme sel. Proses ini disebut respirasi aerobic dan alasan kenapa hewan bernafas. Tanpa mitokondria, hewan tingkat tinggi tidak bisa bertahan hidup karena sel mereka memerlukan energy dari respirasi anaerobic ( tanapa oksigen ) ini lebih efisien daripada respirasi aerobic. Pada kenyataannya, mitokondria memungkinkan sel dalam waktu tertentu memerlukan banyak ATP dan juga bisa sebaliknya. Dan hewan yang punya struktur kompleks, seperti manusia tidak memerlukan sejumlah energi untuk bertahan.

Beberapa mitokondria dalam sel bergantung dari perlu tidaknya tenaga dalam metabolisme sel dan jarak anatara satu mitokondria satu dengan yang lainnya dimana salah satu ditemukan dekat dengan eukaryotik, termasuk pada tanaman, hewan, protistayang sebagaian besar ditemukan dengan light microscope dan ditemukanpada tahun 1800-an. Nama dari organella adalah refleksi dari cara mereka dalam mencari pengetahuan yang digunakan untuk mencari organella tersebut. Ini berasal dari bahasa yunani yaitu “ kumparan benang “dan “ gra “hal ini diketahui beberapa tahun setelah mereka ditemukan. Mitokondria benar – benar dipercaya dalam mentransfer info herediter. Ini terjadi sampai pertengahan 1950. Saat metode untuk isolasi organella berkembang menurut pengertian modern dari mitokondria.

Struktur rumit dari mitokondria sangat penting dalam menjalankan fungsi organella ( lihat gambar 1 ), terdapat dua membran khusus yang mengelilingi mitokondria dalam sel, pemisah dari organella terdiri dari intermembran yang sempit dan internal matrik yang luas, keduanya disusun oleh protein tinggi. Luar dari mitokondria terdiri dari beberapa terusan atau chanel yang disusun dari protein yang disebut porin dan kerjanya seperti filtrat keluar dari molekul yang besar. Sejenis inner membran yang mana sulit untuk dipahami ini terdiri dari beberapa infolding yang disebut crista, dan juga beberapa terutama yang keluar dan lebih selektif daripada yang lain. Untuk menyakinkan bahwa hanya beberapa materi yang berguna ada dalam matrik masuk dalam membran adalah kelompok transport protein dan hanya transpor yang benar. Bersama dengan beberapa bagian dari mitokondria bisa merusak generasi ATP dalam proses multi step. Mitokondria secara umum adalah organela bujur, yang mana jarak dari ukuran antar yang satu dengan yang lain sangat panjang dan terjadi secara langsung berhubungan dengan aktifitas metabolisme sel. Organela sangat sangat fleksibel dan banyak memakan waktu untuk memperlihatakna bahwa mitokondria berubah menjadi tipis dan bergerak secara konstan. Pergerakan organella seperti jalannya atau pergerakan mikrotubulus dalam sel dan mungkin juga merupaka alat transport anatar jaringan protein, akibatnya mitokondria mungkin dibentuk dari rantai yang kecil sampai membentuk group yang stabil. Atau kelihatanya pada beberapa informasi lain berdasarkan kebutuhan particular dari sel dan karakter dari jaringan mitokondria.

Pada gambar 2 yaitu jaringan mitokondria ditemukan pada lapisan yang bisa dilihat memakai mikroskop optical. Ekstensi jaringan interned yang diberi label dengan synthetic dye yang bernama mitotracker red ( flouresence merah ) yang lokasinya berada di RES mitokondria yang digunakan untuk menkultur sel sedangkan rantai ganda dapat dilihat menggunakan Blue dye ( cyan flourecence ) untuk mendeteksi lokasi tengah dalam gabungan jarinagn mitokondria. Mikroskop fluoresence merupaka alat yang penting dalam ilmu pengetahuaann dalam stuktur dan fungsi internal organela sel.

Mitokondria sangat berbeda dengan organela yang lain karena diamempunyai DNA sendiri ( sama dengan DNA prokaryotes ) dan memproduksi sendiri sel pada kasus yang jelas seperti endosymbiosis. Ilmuwan menyatakan bahwa jutaan ago-small prokaryotes bebas yang termasuk dalamnya tidak bisa dikonsumsi karena dapat resisten dalam enzim digestive pada host organ pada 2 organisme berkembang yang mempunyai symbiosis selamanya. Organisme besar dan kecil dengan banyaknya nutrisi dan organisme kecil yang mengandung ATP molekul, kecuali berdasarkan hal tersebut organisme besar berkembang dalam sel eukaryotik dan organisma kecil pada mitokondria.

Lokasi DNA mitokondria berada di matriks, dimana selalu terdiri dari host enzym seperti ribosom untuk sintesis protein, langkah metabolik kritikal dari sel digolongkan berdasarkan enzym dimana jelas berbeda dari mitokondrial matriks. Protein ikut dalam respirasi, kecuali enzym yang membentuk ATP dengan mitokondria inner membran. Permukaan krista merupakan area yang cocok untuk enzym host daam merespon respirasi sellular.

Mitokondria sama dengan kloroplas pada tanaman, kedua organella ini sangat jelas bentuk energy dan metabolisme yang diambil dari sel host. Diskusi tentang sisi dari respirasi dan energi kimia umum ATP dari gula, lemak dan bahan bakar kimialain yang merupakan sampingan dari oksign molecular. Pada jalannya ditemukan harga pada tanaman dan alga. Dan area primer dari photosintesis. Organella ini bekerja secara berbeda untuk mengikat atau menyimpan energi dari matahari ke sel. Biosintesis juga menyimpan nutrient organik dengan menggunakan carbondioksida dan air. Sama denga kloroplas juga terdiri dari DNA mereka dan jelas berkembang dan memproduksi indeks tanpa sel

Pada kebanyakan spesies hewan, mitokondria merupakan inherted utama selain garis umur, banyak orang beranggapan bahwa mitokondria diwariskan lewta jalan paternal, tipikal pembawa mitokondria pada pencara energi untuk itu diperlukan perjalanan menuju telur,saat sperma menyerang ketelur untuk melakukan pembuahan, ekornya putus dari telur jika ibunya ada, ini tidak seperti DNA mitokondria dapat diwariskan pada setiap generasi. Jadi ini sangat susah untuk digunakan untuk study evolusi manusia. DNA mitokondria yang digunakan sebagi alat identifikasi corpser atau bag tubuh dan mempunyai jumlah yang membingungkan pada penyakit genetik seperti Alzhelmeris dan Diabet.

Read more.....

HEMOLISIS, DAN FRAGILITAS ERITROSIT

A. Maksud dan tujuan

- Untuk mempelajari proses hemolisis dan keriput pada membran eritrosit.

- Mempelajari dan mengetahui ketahanan membran eritrosit terhadap penurunan tekanan osmosis plasma (Erythrocyte Fragility Test = Tes Fragilitas Eritrosit)

B. Dasar teori

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan lrt. NaCl) akan masuk ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit (plasma).

C. Materi dan metode

Alat dan bahan :

· Darah sapi dan antikoagulans

· NaCl fisiologis

· Lrt. NaCl 5%; 3%.

· Gelas arloji

· Lrt. Ureum 1.8% dalam NaCl 0.9%

· Lrt. Ureum 1.8% dalam aquades

· Spuit atau pipet

· Kaca benda (obyec glass) dan penutup (cover glass)

· Mikroskop

· Natrium sitrat 3.8%

· Tabung reaksi dan raknya

Metode :

- hemolisis : pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis

- fragilitas : tekanan osmosis tegangan muka dinding eritrosit

D. Tata kerja

a. Tekanan osmotik eritrosit (test fragilitas)

1. Ambillah 6 buah tabung reaksi yang bersih dan berilah tanda nomor 1 sampai 6

2. Ke dalam tabung tersebut berturut (dari no. 1-6) dimasukkan larutan NaCl 5% sebanyak 0.8; 0,7; 0.6; 0.5; 0.4; dan 0.3 ml menggunakan pipet hisap kap. 1 ml.

3. Kemudian pada tiap tabung tsb. (1-6) ditambahkan aquades 4.2; 4.3; 4.4; 4.5; 4.6; dan 4.7 ml menggunakan pipet hisap kap. 5 ml,.sehingga sekarang volume larutan dalam tiap tabung masing-masing menjadi 5 ml. Aduklah (bolak-baliklah hingga campur dengan baik. Taruh pada rak tabung.

4. Hitunglah kadar NaCl sekarang dalam tiap tabung!

5. Teteskan darah sapi sebanyak 5 tetes ke dalam setiap tabung (menggunakan pipet kap. 1 ml atau pipet dropping). Campur (bolak-balik) hingga homogen, taruh pada rak (jangan sampai terjadi goncangan pada tabung).

6. Tunggu sampai 1 jam, amati pada lapis atas di setiap tabung. Dari tabung no. 1 lrt. Tampak 2 lapis, dimana lapis atas berwarna jernih (ini berarti darah tidak mengalami pecah membran/tidak hemolisis). Selanjutnya amati pada tabung manakah yang lapis atas mulai berwarna merah (disinilah mulai terjadinya pecah membran = titik fragilitas eritrosit). Pada tabung no. 6 terjadi hemolisis total yang ditandai warna merah transparan pada semua bagian.

7. Tentukan tabung mana (no. berapa = kadar berapa) terjadinya fragilitas eritrosit.

b. Hemolisis dan keriput.

1. Mengambil 3 tabung reaksi dan beri label A, B, dan C, lalu masing-masing tuangi 1 ml darah sapi, kemudian tambahkan pada tabung B : 3 ml NaCl 3 %; C 3 ml aquades, bolak-baliklah hingga campur rata (perhatikan warna darah sekarang) dan tabung A dibiarkan sebagai kontrol.

2. Menuangkan dari tabung A, B, dan C masing-masing 1 ml. ke dalam 3 buah gelas arloji, taruh di atas benda hitam (perhatikan pada gelas arloji mana yang benda hitam tadi tampak). Sekarang taruh diatas benda putih (kertas yang ada tulisannya), perhatikan gelas arloji mana yang tulisannya bisa dibaca.

3. Mengambil masing-masing setetes contoh darah dengan lidi dari gelas arloji tadi di atas gelas benda dan tutup dengan gelas cover. Lihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 400X, apa yang saudara lihat (tidak ada eritrosit, keriput dan atau terlihat normal, dan gambar).

4. Mengambil darah dari tabung B 1 ml taruh di tabung reaksi yang baru (kosong), tambah dengan aquades 3 ml campurlah. Juga ambil darah dari tabung C, taruh pada tabung kosong 1 ml, tambah 3 ml NaCl 3%, campur dengan baik. Kerjakan kembali pemeriksaan seperti pada no. 2 dan 3 (diatas benda hitam dan putih). Apa yang saudara lihat! Bila selesai, cucilah tabung-tabung tersebut.

5. menyediakan 2 tabung reaksi beri label D dan E, masing-masing 1 ml darah sapi, lalu tabung D tambahkan 3 ml larutan ureum 1.6% dalam aquades dan tabung E ditambah 3 ml larutan ureum 1.6% dalam NaCl 0.9%.

6. Kerjakan pemeriksaan seperti no. 2 dan 3 di atas.

7. Menentukan tabung mana (nomor berapa = kadar berapa) terjadinya fragilitas eritrosit


E. Hasil Percobaan

Tes Fragilitas

NO

Kadar NaCl

Pengamatan

makroskopis

Pengamatan

mikroskopis

1

0.8

Lapisan atas bening , berwarna merah gelap terdapat endapan dan tidak hemolisis

2

0.7

Lapisan atas bening, berwarna merah gelap terdapat endapan dan tidak hemolisis

3

0.6

Lapisan atas bening, berwarna merah gelap terdapat endapan dan tidak hemolisis

4

0.5

Lapisan atas merah, terdapat sedikit endapan dan plasma darah banyak

5

0.4

Lapisan atas merah, terdapat sedikit sekali endapan dan plasma darah lebih banyak

6

0.3

Lapisan atas merah terang tidak ada endapan karena eritrosit pecah total


Hemolisis dan keriput

Tabung

Perlakuan

Alas hitam/putih

Mikroskopis

Keterangan

A

1 cc darah

+

-

Normal

B

1 cc darah + 3 cc NaCl 3%

+

-

Krenasi

1 cc (1 cc darah + 3 cc NaCl) + 3 cc aquades

+

-

Krenasi

C

1 cc darah + 3 cc aquades

+

-

Eritrosit tidak tampak

1 cc (1 cc darah + 3 cc aquades) + 3 cc NaCl 3%

+

-

Krenasi

D

1 cc darah + 3 cc ureum 1.8% dlm.aquades

-

Eritrosit tidak tampak

E

1 cc darah + 3 cc ureum 1.8% dlm.NaCl 0,9 %

+

-

.krenasi

Keterangan : + kelihatan dan – tidak kelihatan

Keterangan :

Tabung A : 1 cc darah

Tabung B : 1 cc darah + 3 cc NaCl 3 %

Tabung C : 1 cc darah + 3 cc aquades

Tabung D : 1 cc darah + 3 cc larutan ureum 1,8 % dalam aquades

Tabung E : 1 cc darah + 3 cc larutan ureum 1,8 % dalam NaCl 0,9 %

PEMBAHASAN

Pada percobaan pertama yaitu tes fragilitas atau tes ketahanan eritrosit terhadap lingkungan luar. Pada hasil percobaan kami eritrosit mengalami hemolisis sempurna pada tabung 6 yaitu darah yang diberi NaCl dengan kadar 0.3. Seharusnya darah mengalami hemolisis sempurna pada tabung 4 yaitu saat darah diberi NACl dengan kadar 0.5. Hal tersebut terjadi karena cara pengocokan yang salah atau pada saat darah didiamkan mejanya berguncang. Hemolisis terjadi karena adanya larutan hipotonis, sehingga eritrosit menjadi rapuh dan pecah dan hemoglobin tumpah.

Percobaan kedua yaitu hemolisis atau keriput. Pada hasil percobaan praktikum kami, jika darah diberi NaCl eritrosit menggembung sedangkan jika diberi Aquades eritrosit pecah. Hal tersebut terjadi karena NaCl adalah larutan hipotonis dan aquades adalah larutan hipertonis. Dan dari percobaan diatas diketahui bahwa eritrosit yang pecah tidak dapat kembali lagi seperti semula. Pada darah yang diberi ureum terjadi sebaliknya yaitu jika ditambah aquades eritrosit menggembung sedangkan jika diberi NaCl eritrosit pecah. Hal tersebut terjadi karena aquades menjadi larutan hipotonis dan NaCl menjadi larutan hipertonis

KESIMPULAN

  • Eritrosit pecah jika diberi larutan hipertonis
  • Eritrosit menggembung jika diberi larutan Hipotonis
  • Darah yang telah mengalami hemolisis akan dapat tembus cahaya.

DAFTAR PUSTAKA

Dharmawan, N.S. 2002. Pengantar Patologi Klinik Veteriner Hematologi Klinik.

Penerbit Universitas Udayana. Bukit Jimbaran.

Penuntun Praktikum Fisiologi Veteriner I. Fakultas Kedokteran Hewan.

Universitas Udayana. Bali.

Materi Kuliah Fisiologi Veteriner I

Read more.....
Custom Search
 
task