Custom Search
anatomy - histology - veterinary - cells - biotechnology

SALURAN PENCERNAAN

Dasar anatomi dan fisiologi

Saluran cerna berfungsi untuk menyerap zat makanan, zat-zat penting, garam dan air serta mengekskresi bagian makanan yang tak diserap dan sebagian hasil akhir metabolisme. Dengan proses pencernaan yaitu proses penguraian dengan bantuan enzim, diubah protein, karbohidrat dan lemak, menjadi bentuk yang dapat diserap. Pada gambar 1 digambarkan organ sa­luran cerna secara skematis.


Rongga mulut dan farings Rongga mulut merupakan awal dari saluran cerna dan di sinilah makanan (padat) dikunyah menjadi halus dan dicampur dengan ludah.

Pada peristiwa mengunyah yang berperan adalah gigi, otot pengunyah, lidah, pipi, da­sar mulut dan langit-langit. Ludah dibentuk oleh tiga pasang kelenjar besar, glandula parotis (kelenjar ludah telinga), glandula submandibularis (kelenjar ludah rahang bawah) dan glandula sublingualis (kelenjar ludah bawah lidah) dan kemudian melalui saluran-salurannya akan masuk ke rongga mulut. Produksi ludah tiap hari berkisar sekitar 1,5 liter; susunan ludah bergantung pada makanan yang dimakan (pada makan­an kering akan disekresi ludah yang encer untuk membasahi, dan pada makanan yang banyak mengandung cairan disekresi ludah yang kental untuk mencerna. Pada proses menelan, yang dimulai secara sadar dan ke­mudian berlanjut secara reflektoris,

Gambar 1. Bagan saluran cerna

makanan yang dilapisi ludah akan masuk melalui farings ke esofagus. Pada farings terdapat percabangan antara saluran cerna dan saluran napas, karena itu untuk mencegah masuknya makanan ke saluran napas yang terdapat scbelum esofagus, maka pada saat menelan larings akan tertutup. Tonsil (amandel farings dan langit-langit) yang terdapat dalam farings merupakan ba-gian dari sistem limfe dan berfungsi untuk pertahanan imunitas.


Esofagus Saluran makanan ini merupakan tabung otot sepanjang 22 sampai 25 cm yang terletak di antara trakhea dan kolom tulang belakang. Sepertiga bagian atas esofagus berdinding otot serat lintang sedangkan dua pertiga bagian bawah berdinding otot polos. Esofagus hanyalah berfungsi untuk meneruskan makanan.


Anatomi lambung Pada lambung manusia dibedakan (gambar 2) bagian kardia (daerah bermuaranya esofagus), fundus, korpus, antrum (pembesaran sebelum akhir lambung) dan pilorus. Lengkungan bagian tepi dinamakan lengkung besar dan lengkung kecil.

Mukosa lambung mempunyai satu lapis epitel silinder yang berlekuk-lekuk (foveolae gastricae), tempat bermuaranya kelenjar lambung yang spesifik. Kelenjar pada dae­rah kardia dan pilorus hanya memproduksi lendir, sedangkan kelenjar pada daerah kor­pus dan fundus memproduksi lendir, asam klorida dan enzim proteolitik. Karena itu pada kelenjar korpus dan fundus ditemukan 3 jenis sel,

  • sel yang memproduksi lendir yaitu sel mukus (mucous neck cell),

  • sel yang menghasilkan asam klorida yaitu sel parietal,

  • sel yang menghasilkan enzim proteolitik yaitu sel epitel mukosa.

Gambar 2. Lambung manusia, dipotong.


Otot dinding lambung terdiri atas tiga lapisan serabut otot polos, yang tersusun me-manjang, melintang dan miring ke atas. Karena rancangannya yang sedemikian itu, otot ini mampu menyesuaikan diri dengan volume lambung sesuai dengan isinya, juga memungkinkan pencampuran makanan serta meneruskannya ke saluran cerna berikutnya.

Motilitas dan pengosongan lambung, Dalam keadaan kosong, lambung akan merupakan suatu tabung otot yang berkontraksi dan dinding bagian dalamnya berdekatan letaknya satu sama lain. Jika makanan masuk, otot polos akan berelaksasi dan dinding lambung akan kendur tanpa disertai naiknya tekanan intraluminal. Pencampuran ma­kanan yang dimakan yang kemudian men-jadi khimus (makanan halus) terjadi dengan kontraksi peristaltik dan jalan keluar lam­bung ada dalam keadaan tertutup.

Pada pengosongan lambung, pilorus akan terbuka sebentar, dan sebagian khimus de­ngan bantuan kontraksi peristaltik di daerah antrum akan masuk ke usus duabelas jari.

Pengaturan peristiwa ini terjadi baik melalui saraf maupun hormon. Impuls parasimpa-tikus yang disampaikan melalui nervus va­gus akan meningkatkan motilitas, secara reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosongan lambung. Refleks pengosong­an lambung ini akan dihambat oleh isi yang penuh, kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam pada awal usus halus. Keasaman ini disebabkan oleh hormon saluran cerna terutama sekretin dan kholesistokinin-pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosa usus halus dan dibawa bersama aliran darah ke lambung. Dengan demikian proses pengo­songan lambung merupakan proses umpan balik humoral.

Di samping proses yang disebutkan di atas, pengaturan motorik lambung dilakukan oleh mekanisme lain. Pengaturan ini diduga antara lain dilakukan oleh dopamin dan se­rotonin.

Sekresi getah lambung Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getah lambung, yang merupakan larutan asam klo­rida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-1,5, yang mengandung pula enzim pencemaan, lendir dan faktor intrinsik yang dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12 (lihat halaman 41.1). Asam klorida menyebabkan denaturasi protein makanan dan menyebab­kan penguraian enzimatik lebih mudah. Asam klorida juga menyediakan pH yang cocok bagi enzim lambung dan mengubah pepsinogen yang tak aktif menjadi berbagai pepsin.

Asam klorida juga akan membunuh bakteri yang terbawa bersama makanan. Pengatur­an sekresi getah lambung sangat kompleks. Seperti pada pengaturan motflitas lambung serta pengosongannya, di sini pun terjadi pengaturan oleh saraf maupun hormon. Berdasarkan saat terjadinya peristiwa, ma-ka sekresi getah lambung dibagi atas fase sefalik, lambung (gastral) dan usus (intes­tinal).


Fase sekresi sefalik diatur sepenuhnya me­lalui saraf. Penginderaan penciuman dan rasa akan menimbulkan impuls saraf aferen, yang di sistem saraf pusat akan merangsang serabut vagus. Stimulasi nervus vagus akan menyebabkan dibebaskannya asetilkolin dari dinding lambung. Ini akan menyebab­kan stimulasi langsung pada sel parietal dan sel epitel serta akan membebaskan gastrin dari sel G antrum. Melalui aliran darah, gastrin akan sampai pada sel parietal dan akan menstimulasinya sehingga sel itu mem­bebaskan asam klorida. Pada sekresi asam klorida ini, histamin juga ikut berperan. His-tamin ini dibebaskan oleh mastosit karena stimulasi vagus (gambar 3). Secara tak langsung dengan pembebasan histamin ini gastrin dapat bekerja.


Fase lambung sekresi getah lambung dise­babkan oleh makanan yang masuk ke dalam lambung. Relaksasi serta rangsang kimia se­perti hasil urai protein, kofein atau alkohol, akan menimbulkan refleks kolinergik lokal dan pembebasan gastrin. Jika pH turun di bawah 3, pembebasan gastrin akan dihambat.

Gambar 3. Bagan pengaruh sekresi sel parietal


Pada fase usus mula-mula akan terjadi pe-ningkatan dan kemudian akan diikuti dengan penurunan sekresi getah lambung. Jika makanan yang baru dimakan dan tidak asam masuk ke dalam duodenum, maka dari sel G duodenum akan dibebaskangortnVi. Jika ke­mudian khimus yang asam masuk ke usus duabelas jari akan dibebaskan sekretin. Ini akan menekan sekresi asam klorida dan merangsang pengeluaran pepsinogen. Ham-batan sekresi getah lambung lainnya dilakukan oleh kholesistokinin-pankreozimin, terutama jika khimus yang banyak mengandung lemak sampai pada usus halus bagian atas.

Di samping zat-zat yang sudah disebutkan ada hormon saluran cerna lainnya yang berperan pada sekresi dan motilitas. GIP (gas­tric inhibitory polypeptide) menghambat sekresi HC1 dari lambung dan kemungkinan juga merangsang sekresi insulin dari kelenjar pankreas.

Somatostatin, yang dibentuk tidak hanya di hipothalamus tetapi juga di sejumlah organ lainnya antara lain sel D mukosa lambung dan usus halus serta kelenjar pankreas, menghambat sekresi asam klorida, gastrin dan pepsin lambung dan sekresi sekretin di usus halus. Fungsi endokrin dan eksokrin pankreas akan turun (sekresi insulin dan glukagon serta asam karbonat dan enzim pencernaan). Di samping itu ada tekanan sistemik yang tak berubah, pasokan darah di daerah n.splanhnicus akan berkurang se­kitar 20-30%.

Perlu pula dikemukakan di sini rangsangan emosional. Stres, kemarahan akan meningkatkan, rasa takut atau kesedihan akan mengurangi sekresi getah lambung dan motilitas.


Usus halus Di usus halus proses pencer­naan akan dilanjutkan dan pecahan makan­an dengan berat molekul rendah sebagian besar akan diabsorpsi. Usus halus dibagi atas tiga bagian:

  • duodenum (usus duabelas jari),

  • jejunum (usus kosong), dan

  • ileum (usus bengkok).

Duodenum mempunyai bentuk mirip tapal kuda, pada bagian cekungnya terpasang ke­lenjar pankreas. Pada bagian menaik ber-muaiaductuspancreaticus (saluran kelenjar pankreas) dan ductus choledochus (saluran empedu) yang mempunyai bagian akhir menyatu.

Pada ujung duodenum terdapat jejunum sepanjang sekitar 1,2 m dan dilanjutkan de­ngan ileum sepanjang kira-kira 1,8 m. Kumpulan jejunum dan ileum terpasang pada mesenterium.

Keistimewaan dari mukosa usus halus adalah perluasan permukaan usus halus dengan lipatan, vili, dan mikrovili. Lipatan ini paling banyak di duodenum dan jejunum dan dapat mencapai 8 mm, dan membentuk lekukan submukosa. Di sini terdapat vili berbentuk jari setinggi 1 mm, yang epitelnya umumnya terdiri atas enterosit (sel entero-sit), mikrovili yang merupakan kaki proto-plasma berlumen yang tersusun berdekatan. Permukaan yang melapisi lumen dengan demikian akan diperluas sekitar 600 kali, pada usus halus keseluruhan luasnya adalah 200 m2.

Di samping mukosa, usus halus terdiri atas lapisan otot melingkar dan memanjang dan serosa yaitu bagian viseral peritoneum. Pada dinding usus halus terdapat pulapleksus saraf vegetatif, yaitu plexus submucosus yang mempersarafi mukosa dan plexus myenteri-cus yang mempersarafi ototnya. Pada kerja motorik usus halus dibedakan atas gerakan mencampur dan gelombang peristaltik dorong. Gerakan mencampur melakukan pencampuran intensif khimus de­ngan getah pankreas, empedu dan sekret dari kelenjar usus halus, sedangkan gerakan peristaltik mendorong adonan makanar Gerakan ini dapat timbul dengan adany relaksasi dinding usus halus dan dikei dalikan saraf melalui plexus myentericus.


Usus besar Usus besar yang merupaka bagian akhir dari saluran cerna dapat dibaj menjadi:

° cecum (usus buntu sekum) dengan appendix vermiformis (umbai cacing),

° colon (usus besar, kolon), dan

° rectum (usus akhir, rektum).

Di usus besar dengan pengentalan isi usi terbentuk feses. Istilah sekum muncul karena bagian usus ini buntu (gambar 4). Pada sisi sebelah atas bermuara ileum. Melalui katup yang terdapat di sini (vah ileocaecalis) isi usus halus akan masuk sedikit-sedikit ke dalam usus besar. Kolon yang bersambungan dengan sekum terdiri atas bagian menaik, bagian mendatar dan bagian menurun serta bagian yang berbentuk huruf S (colon ascendens, transversum, descendens, sigmoideum). Bagian yang halus mempunyai lebar sekitar 6-8 cm panjangnya sekitar 1,3 m. Yang khas bagi kolon adalah adanya tiga taenia yang merupakan otot memanjang bagian luar yang tersusun seperti garis-garis, juga haustr, tonjolan dinding usus yang terbentuk karena kontraksi lokal otot lingkar berbentuk simpul.

Bagian usus besar yang paling akhir adala rektum sepanjang 15-20 cm dan berakh pada anus yang dilengkapi dengan otot sfingter pada bagian dalam yang terdiri atas serabut otot polos, dan otot sfingter bagian luar yang terdiri atas otot skelet. Otot memanjang luar di sini tak lagi tersusun dalam taenia melainkan membentuk lagi lapisan tertutup.

Berbeda dengan usus halus, mukosa usus besar tidak mengandung jonjot, di sini ditemukan kripta yang amat dalam dan rap; berdekatan. Epitel kripta dan epitel permukaan terutama terdiri atas sel piala yau memproduksi lendir.

Gambar 4. Potongan pada muara usus halus ke usus besar dan usus buntu serta umbai cacing.


Sebagian sel epitel dilengkapi dengan bulu-bulu tebal yang berfungsi untuk absorpsi. Pada rektum, di bawah mukosa pada apa yang dinamakan zona hemoroid, terdapat sekelompok pembuluh darah yang merupakan penutup dalam bentuk otot. Dengan gerakan dinding usus besar, isi usus akan digiling dan dibawa terus. Di samping gelombang peristaltik lambat dari otot lingkar pada jarak usus yang pendek, sekitar 2-3 kali sehari terjadi gelombang peristaltik yang besar tnulai dari sekum sampai sigmoid.

Gerakan ini akan distimulasi oleh impuls parasimpatis dan dihambat oleh impuls simpatis.


Hati dan saluran empedu Hati, yang merupakan organ metabolisme sentral tubuh, dan dengan pembentukan maupun ekskresi empedu merupakan kelenjar eksokrin terbesar, terdapat di bawah lengkung diafragma kanan. Hati terbagi atas 2 lobus, yang lebih besar pada bagian kanan dan bagian yang lebih kecil di kiri. Bobotnya sekitar 1500 g. Pada permukaan bawah yang cekung pada port a hati, ada 2 pembuluh yang masuk ke dalam hati : arteria hepatica dan vena portae.

Dari sini pulalah ductus hepatici mening-galkan hati. Vena porta membawa darah vena isi perut yang tak berpasangan dan dengan ini juga membawa produk absorpsi lambung dan usus ke hati. Setelah melewati kapiler hati, sinusoida, melalui vena hepati­ca, darah akan masuk ke vena cava inferior. Segera setelah meninggalkan hati, kedua duktus hepatika akan bergabung memben-tuk ductus hepaticus communis. Bagian ak-hirnya disebut ductus cysticus, mulai dari percabangan ke kandung empedu, yang me­rupakan tempat penyimpanan empedu. Bagian saluran empedu yang akhirnya ber­gabung dengan ductus hepaticus communis disebut ductus choledochus. Saluran ini bermuara biasanya bersama de­ngan saluran dari kelenjar pankreas (lihat di bawah), pada cabang menaik dari usus dua-belasjari.


Bangun lobulus hati Unsur yang membangun hati disebut lobulus hati, pada manusia terdapat sekitar 50.000-100.000 buah. Diameternya sekitar 1-2 mm dan antara yang satu dengan yang lain terpisah oleh benang jaringan ikat yang halus. Pada penampang histologis terlihat bentuknya yang hampir segi enam. Tiap lobulus hati terdiri atas sejumlah sel yang berjalan secara radial tersusun atas pelat dan lajur yang bercabang dan berhubungan satu sama lain. Tiap pelat sel hati biasanya mempunyai dua lapis sel. Di antara lajur pelat sel hati terda­pat sinusoida hati (kapiler hati), yang satu sama lain beranastomosis dan membentuk jala kapiler radial. Pada dindingnya di sam­ping ditemukan sel endotelium yang meru­pakan bagian sistem retikulo-endotelium, terdapat pula sel bintang Kupffer yang mampu melakukan fagositosis. Di antara sinusoida hati dan sel hati terda­pat ruang berupa celah, yaitu ruang Disse, yang dimasuki mikrovilli sel hati. Dengan cara ini akan terjadi syarat optimum untuk absorpsi zat-zat yang masuk ke ruang Disse melalui sejumlah pori-pori pada dinding ka­piler.

Sinusoida hati berjalan melewati ruang di antara sel-sel hati, demikian juga kapiler empedu tetapi letaknya terpisah. Kapiler empedu ini mempunyai dinding yang ter-bentuk oleh membran sel hati. Kapiler em­pedu ini mulai dari bagian tengah lobus dan berjalan sentrifugal ke daerah perifer lobus, serta bermuara di daerah periportal, yang merupakan titik temu beberapa lobulus, ke-mudian ke saluran empedu interlobuler. Sel hati ditandai dengan banyaknya mito-kondria dan retikulum endoplasma.

Sekresi empedu Produksi empedu tiap hari yaitu 600-800 ml. Susunan empedu dan laju pembentukannya berubah-ubah bergantung pada jumlah dan jenis makanan. Harga pH berkisar antara 7,4 dan 8,5. Cairan em­pedu yang hampir isotonis dengan darah, di samping mengandung ion anorganik, terutama mengandung asam empedu, zat warna empedu, kolesterol, fosfolipid dan beberapa enzim (misalnya fosfatase basa). Sebagaimana tertulis pada halaman 33, se­bagian obat dan metabolitnya juga dikeluarkan bersama empedu. Di dalam saluran empedu dan terutama di dalam kandung empedu yang kapasitasnya sekitar 10-15 ml, susunan empedu akan berubah.

Asam empedu, zat warna empedu dan ko­lesterol akan mengalami penarikan air dan menjadi 5-10 kali lebih pekat, sedangkan konsentrasi elektrolit akan berkurang kare-na terjadinya reabsorpsi kembali ion natri­um, klorida dan hidrogenkarbonat ke dalam pembuluh darah.

Sekresi empedu dipengaruhi oleh hormon saluran cerna dan sistem saraf otonom. Se-lama pencernaan, sekresi empedu dari sel hati akan meningkat secara terus-menerus sampai duakalinya dengan meningkatkan juga konsentrasi hidrogenkarbonat. Peningkatan sekresi ini disebabkan oleh sekretin, dan juga oleh naiknya pasokan darah ke hati dan pengaktifan vagus. Selama pengambilan makanan empedu mengalir langsung ke dalam duodenum, se­dangkan pada saat pencernaan beristirahat, empedu masuk ke kandung empedu, me­ngalami pemekatan di sana, disimpan dan baru setelah pembebasan kolesistokinin-pankreozimin dengan mengkontraksi kan­dung empedu, empedu akan dialirkan ke usus duabelasjari.


Pankreas Kelenjar pankreas merupakan organ pensekresi yang di dalamnya tersebar sekelompok sel berbentuk pulau, yang dise­but sel-sel pulau Langerhans yang mensekresi ke dalam. Bagian ek­sokrin pankreas mampu mensekresi enzim pencernaan.

Organ yang beratnya sekitar 70 sampai 90 g ini terdapat pada perut bagian atas di belakang lambung. Organ ini terbagi menjadi 3 bagian, bagian kepala pankreas yang ter-letak pada bagian cekung duodenum, badan pankreas dan ekor pankreas. Ductus pancreaticus yang merupakan jalan keluar kelenjar pankreas, berjalan sepanjang pan­kreas dan bermuara, seperti disebutkan terdahulu, bersama dengan ductus choledo­chus ke dalam duodenum. Pada preparat histologis, terlihat struktur lobulus. Lobulus terdiri atas bagian akhir kelenjar, yang di­sebut acinus. Dalam masing-masing kelompok acinus ada celah yang menjorok ke dalam yang merupakan penghubung antara bagian akhir kelenjar dan salurannya.


Sekresi getah pankreas Getah pankreas (jumlah rata-rata tiap hari sekitar 2 liter) mempunyai pH 8,0-8,4 karena kandungan hidrogenkarbonatnya yang tinggi. Bersama dcngan empedu yang juga bersifat basa dan getah usus, bersama-sama akan menetralkan getah lambung yang asam, sehingga khimus dalam duodenum bersifat,netral sarnpai basa lemah. Produksi enzim dan proenzim yang tak aktif dari getah pankreas terjadi dalam sel acinus. Pada saat sekresi, zat yang disimpan dalam bagian yang dise-but granul zimogen, bersama dengan elek-trolit dan air akan disekresi ke dalam lumen acinus. Pengaturan sekresi pankreas ber-langsung melalui saraf dan humoral: Pada pengambilan makanan sekresi akan meningkat secara refleks oleh vagus lalu ke-mudian diatur oleh sekretin dan kolesis-tokinin-pankreozimin lebih lanjut. Setelah pembebasan sekretin, maka akan dibebaskan getah pankreas yang bersifat basa kuat dan mengandung sedikit enzim dalam jum­lah yang lebih banyak. Sedangkan kolesis-tokinin-pankreozimin akan menyebabkan sekresi getah pankreas yang kaya akan en­zim dengan cara menstimulasi keluarnya granul zimogen dari sel acinus. Kerja optimum akan terjadi pada kerja ber­sama-sama antara stimulasi vagus serta pembebasan sekretin dan kolesistokinin-pankreozimin.


Pencernaan Untuk pemecahan makanan menjadi komponen yang dapat diabsorpsi dibutuhkan enzim yang terdapat dalam ludah, getah lambung, getah usus dan getah pankreas.

Pencernaan karbohidrat sudah mulai terja­di dalam mulut oleh ptialin yang terdapat dalam ludah. Ptialin merupakan a-amilase yang menguraikan amilosa menjadi maltosa. a-Amilase berikutnya terdapat dalam getah pankreas. Pada amilopektin dan glikogen, sisa glukosa akan diuraikan oleh 1,6-a-glukosidase dari bulu-bulu tebal sel usus. Epitel usus juga menghasilkan disakaridase yang memecah laktosa, maltosa, dan sakarosa menjadi monosakarida. Pencernaan protein mulai dalam lambung setelah pepsinogen dengan bantuan asam klorida lambung dan secara autokatalitik terbentuk pepsin aktif. Pepsin bukan zat tunggal melainkan berupa campuran berbagai protease.

Sebagai endopeptidase, pepsin terutama memutuskan ikatan peptida dalam molekul. Endopeptidase lalnnya adalah tripsin dan khimotripsin dari getah pankreas, yang di-keluarkan dalam bentuk tak aktif (proen­zim) dan baru menjadi aktif dalam duode­num oleh enterokinase atau autokatalitik oleh tripsin. Dengan cara ini pankreas dilindungi dari pencernaan diri sendiri. Setelah endopeptidase bekerja, terjadi pe-nguraian lebih lanjut dari polipeptida dan oligopeptida oleh eksopeptidase, yang mampu memecahkan asam amino pada ujung C-terminal atau N-terminal. Ekso­peptidase semacam ini terdapat juga dalam getah pankreas dan dalam bulu tebal enterosit.

Syarat terjadinya pencernaan lemak adalah diperbesarnya permukaan dengan menge-mulsi lemak tersebut.

Yang terutama bertindak sebagai emulgator adalah asam empedu yang terdapat dalam empedu, dan di samping itu juga monoglise-rida yang dihasilkan pada pencernaan le­mak. (Asam empedu sebagian besar akan diab­sorpsi kembali dalam usus halus dan dengan sirkulasi enterohepatik akan masuk lagj ke hati). Setelah pengemulsian, sebagian besar trigliserida akan diuraikan oleh lipase pankreas menjadi gliserin dan asam lemak bebas, dan menjadi digliserida dan monogliseridajuga.


Absorpsi Produk yang dihasilkan pada pro­ses pencernaan harus melewati dinding usus masuk ke dalam darah atau limfe dan dari sana masuk ke dalam masing-masing sel jaringan tertentu.

Organ utama untuk mengabsorpsi zat yang dihasilkan oleh pencernaan adalah usus ha­lus. Absorpsi terjadi dengan cara difusi yaitu sesuai dengan landaian (gradien) konsentrasi, dan dengan transpor aktif.

Karena kelarutannya yang tinggi dalam air, maka pengambilan monosakarida oleh la-pisan lipid membran sel dipersulit. Karena itu glukosa dengan bantuan ion natrium akan mengalami transpor aktif. Kemungkinan juga galaktosa akan diabsorpsi melalui sistem transpor ini. Untuk fruktosa ternyata terjadi difusi dipercepat dengan bantuan pembawa.

Untuk absorpsi asam L-amino alam terbukti ada 4 sistem transpor spesifik yaitu untuk asam amino netral, basa dan asam serta untuk asam imino. Dalam jumlah kecil terja­di juga absorpsi polipeptida.

Setelah lipase bekerja, lemak akan masuk ke enterosit dalam bentuk asam lemak bebas, gliserin dan monogliserida. Asam lemak yang terdapat dalam lemak alami yang mempunyai 16 dan 18 atom C akan menjadi trigliserida lagi dan terbungkus dengan bungkus protein yang disebut khilomikron lalu masuk ke limfe. Trigliserida rantai sedang dan pendek jika tak ada asam empedu dan lipase pankreas dapat juga diabsorpsi dari sel mukosa tanpa mengalami pemecahan lebih dahulu, dari sini terutama melalui vena porta akan sampai ke hati.

Karena itu pada penyakit usus, hati dan pankreas yang disertai steatorea diberikan trigliserida rantai sedang untuk menggantikan lemak lainnya.

Custom Search
 
task