Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan pengaruh pemberian susu berkalsium tinggi dan susu segar pada kadar kalsium darah dan kepadatan tulang remaja pria. Kepadatan tulang yang diukur meliputi kepadatan tulang pinggang, punggung, kepala, lengan, rusuk, panggul dan kaki.
Penelitian dilaksanakan bertempat di Asrama Putra TPB IPB. Analisis darah dilakukan di Laboratorium SEAMEO TROPMED FK-UI Jakarta dan Laboratorium PMI Bogor, sedangkan pengukuran kepadatan tulang dilakukan di Unit Densitometry Klinik Teratai RSCM Jakarta. Kepadatan tulang yang diukur meliputi tulang bagian pinggang, punggung, kepala, lengan, rusuk, panggul dan kaki. Unit percobaan yang digunakan sebanyak 55 orang mahasiswa putra TPB IPB berusia 17 – 19 tahun dan mempunyai IMT < 18,5.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Tersarang yaitu volume susu tersarang dalan jenis susu. Penelitian ini terdiri dari 2 faktor yaitu jenis susu dengan dua taraf dan volume susu dengan tiga taraf. Masing-masing jenis susu (susu berkalsium tinggi, susu segar) diberikan dalam beberapa taraf volume (porsi) pemberian yaitu 250 ml , 500 ml dan 750 ml selama 16 minggu (4 bulan). Selain faktor jenis dan volume susu, faktor lain yang dianggap sebagai faktor penggangu (confounding factor) yang diukur adalah kadar kalsium dan kepadatan tulang awal, aktivitas olahraga dan tingkat konsumsi energi zat gizi (protein, kalsium, fosfor, besi, vitamin D dan vitamin C).
Oleh:
SURYONO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007
COVER
Prakata
Ringkasan
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga tulang lebih padat, tidak rapuh dan tidak mudah terkena risiko osteoporosis pada saat usia lanjut. Agar tulang menjadi kuat, diperlukan asupan zat gizi yang cukup terutama kalsium. Kalsium merupakan zat utama yang diperlukan dalam pembentukan tulang, dan zat gizi ini antara lain dapat diperoleh dari susu. Pada susu juga terkandung zat-zat gizi yang berperan dalam pembentukan tulang seperti protein, fosfor, vitamin D, vitamin C dan besi. Selain zat-zat gizi tersebut, susu juga masih mengandung zat-zat gizi penting lainnya yang dapat meningkatkan status gizi.
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Konsumsi Pangan dan Kecukupan Gizi
Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Tujuan fisiologis adalah upaya untuk memenuhi keinginan makan (rasa lapar) atau untuk memperoleh zat-zat gizi yang diperlukan tubuh. Tujuan psikologis adalah untuk memenuhi kepuasan emosional atau selera, sedangkan tujuan sosiologis adalah untuk memelihara hubungan manusia dalam keluarga dan masyarakat (Sedioetama 1996). Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang selanjutnya bertindak menyediakan energi bagi tubuh, mengatur proses metabolisme, memperbaiki jaringan tubuh serta untuk pertumbuhan (Harper et al.1986).
Susu sebagai Sumber Kalsium
Defisiensi dan Kecukupan Kalsium
Mekanisme Pengaturan Kalsium dalam Tubuh
Kalsium dan Kepadatan Tulang
Vitamin D dan Kepadatan Tulang
Vitamin C dan Kepadatan Tulang
Fosfor dan Kepadatan Tulang
Protein dan Kepadatan Tulang
Energi dan Kepadatan Tulang
Zat Besi dan Kepadatan Tulang
Penyakit Osteoporosis
Pola Makan dan Osteoporosis
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Kerangka Pemikiran
Konsumsi pangan merupakan faktor penentu yang penting dalam menentukan status kepadatan tulang khususnya pada saat pertumbuhan seperti pada masa remaja. Kepadatan tulang akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Menurut Khomsan (2004), status gizi remaja sangat ditentukan oleh pola makannya dalam pencapaian pertumbuhan optimal sesuai kemampuan genetis yang dimilikinya. Pada remaja pria yang memiliki status gizi baik, perawakan tubuh yang optimal dicapai pada saat usia 18-20 tahun.
Hipotesis
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan dengan intervensi pemberian susu selama 4 bulan, bertempat di Asrama Putra Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor (TPB IPB). Pemeriksaan darah dilaksanakan di Laboratorium SEAMEO-TROPMED FK-UI Jakarta dan Laboratorium PMI Bogor. Pemeriksaan kepadatan tulang dilakukan di Klinik Teratai Unit Densitometry RSCM Jakarta.
Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan ”Feeding Program for Needy Students” kerjasama SEAFAST Centre dengan Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia dan Departemen Ilmu & Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Desain Penelitian
Bahan Percobaan
Pelaksanaan Penelitian
Analisis Data
Keterbatasan Penelitian
Batasan Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Unit Percobaan
Karakteristik unit percobaan yang diambil dalam penelitian ini meliputi usia saat mengikuti penelitian, daerah asal dan rata-rata jumlah kiriman uang dari orang tua setiap bulan. Jumlah unit percobaan yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 55 orang. Data-data dari hasil penelitian ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Usia
Daerah Asal
Jumlah Uang Kiriman Orang Tua
Konsumsi dan Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Konsumsi Zat Gizi
Tingkat Konsumsi Zat Gizi
Kadar Kalsium Darah
Kepadatan Tulang
Kepadatan Tulang Pinggang
Kepadatan Tulang Punggung
Kepadatan Tulang Kepala
Kepadatan Tulang Lengan
Kepadatan Tulang Rusuk
Kepadatan Tulang Panggul
Kepadatan Tulang Kaki
PEMBAHASAN UMUM
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh jenis susu (susu berkalsium tinggi, susu segar) dan volume susu terhadap kadar kalsium darah dan kepadatan tulang remaja pria. Jenis susu yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis susu komersial yang sudah beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian pertama yang dilakukan di Indonesia.
Tingkat konsumsi zat gizi pada umumnya terjadi peningkatan setelah perlakuan dilakukan. Hal ini karena selain dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi, juga karena adanya kontribusi dari susu yang diberikan dan adanya pemberian makanan tambahan. Peningkatan terjadi pada kelompok energi, protein, kalsium dan vitamin D. Pada kelompok vitamin C, sebagian besar masih di bawah normal (<70%) dan pada kelompok zat besi, rataan tingkat konsumsi seluruh kelompok perlakuan juga masih di bawah normal. Kondisi ini dapat terjadi karena susu ataupun makanan tambahan yang diberikan bukan merupakan sumber vitamin C dan zat besi. Peningkatan yang lebih tinggi terdapat pada kelompok protein, kalsium dan vitamin D karena adanya kontribusi yang cukup tinggi dar susu yang diberikan. Hal ini perlu mendapat perhatian, karena kekurangan vitamin C maupun zat besi dalam waktu lama dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga lebih mudah terserang penyakit khususnya yang berhubungan denga tulang.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Pemberian kalsium tinggi berpengaruh sangat nyata (p<0,01)>0,05) terhadap kadar kalsium darah dan kepadatan tulang kepala, lengan, rusuk, panggul dan kaki.
Pemberian susu berkalsium tinggi selama 4 bulan sebanyak 750 ml (diminum 3 X sehari @ 250 ml) menghasilkan kepadatan tulang pinggang dan punggung lebih tinggi dibandingkan dengan pemberian susu sebanyak 500 ml (diminum 2 X sehari @ 250 ml) dan 250 ml (diminum 1 X sehari @ 250 ml).
Pemberian susu segar tidak berpengaruh nyata (p>0,05) terhadap kadar kalsium dan kepadatan tulang (pinggang, punggung, kepala, lengan, rusuk, panggul dan kaki).
DAFTAR PUSTAKA
PENGARUH PEMBERIAN SUSU BERKALSIUM TINGGI TERHADAP KADAR KALSIUM DARAH DAN KEPADATAN TULANG
Label: Artikel
Teknologi Pupuk Mikrob
Teknologi Pupuk Mikrob Multiguna Menunjang Keberlanjutan Sistem Produksi Kedelai
(Technology of Multipurpose Microbial Fertilizer Supporting Sustainable System of Soybean Production)
RASTI SARASWATI
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Jln. Tentara Pelajar 3A, Bogor 16111; Tel. 062-251-337975 pes. 224; Faks. 062-251-338820
Key word: microbial fertilizer, inoculant, soybean Read more.....
Label: Mikrobiologi
Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Kacang Tanah dan Kedelai
Pemberian Inokulan Campuran Beberapa Cendawan Mikoriza Arbuskula pada Kacang Tanah dan Kedelai
(The Application of Mixed Arbuscular Mycorrhizal Fungi Inoculant to Peanut and Soybean)
M. RAHMANSYAH & SUCIATMIH
Puslitbang Biologi LIPI, Jln. Ir. Juanda, Bogor 16122 ; Tel. 062-251-324006, Faks. 062-251-325854
Key word: inoculant, arbuscular mycorrhizal fungi, peanut, soybean Read more.....
Label: Mikrobiologi
Jamur Merang
Cendawan Kontaminan Dominan pada Bedengan Jamur Merang dan Interaksinya dengan Jamur Merang secara in vitro
(Dominant Fungi Contaminating the Beds of Rice Straw Mushroom and Their Interaction with Straw Mushroom in vitro)
OKKY SETYAWATI DHARMAPUTRA1,2, AGUSTIN WYDIA GUNAWAN1, RINI WULANDARI1 & TRIADI BASUKI1
1Jurusan Biologi, FMIPA, IPB, Jln. Raya Pajajaran, Bogor 16144
2Seameo Biotrop, Kotak Pos 116, Bogor 16001
3Puslitbang Bioteknologi LIPI, Cibinong 16911
Key word: antagonist, mesophylic fungi, Volvariella volvaceae Read more.....
Label: Mikrobiologi
Proses Fermentasi Biji Lamtoro-Gung
Proses Fermentasi Biji Lamtoro-Gung Dengan Rhyzopus oryzae
(Fermentation Process of Leucaena Seed with Rhyzopus oryzae)
KOMARI
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Jln. Dr. Semeru, Bogor 16122
Key word: fermentation process, leucana seed, Rhyzopus oryzae Read more.....
Label: Mikrobiologi
Pembiakan Spesimen Urin
Penggunaan "MicurR-BT" sebagai Uji Awal Sebelum Pembiakan Spesimen Urin untuk Isolasi Etiologi Infeksi Saluran Kemih
(MicurR-BT As an Indicator of Antibiotic in the Urine Before Bacterial Isolation in Urinary Tract Infection)
PRATIWI SUDARMONO & TERTIA HUTABARAT
Bagian Mikrobiologi FK UI, Jln. Pegangsaan Timur No. 16, Jakarta 10320, Tel. 062-021-310086, Faks. 062-021-3100810
Key word: urinary tract infection Read more.....
Label: Mikrobiologi
Deteksi Virus Dengue Tipe 2 dengan Cara Hibridisasi in situ
Deteksi Virus Dengue Tipe 2 dengan Cara Hibridisasi in situ
(Detection of Tipe 2 Dengue Virus by in situ Hibridization)
MAKSUM RADJI, AMIN SOEBANDRIO, MIRAWATI SUDIRO & PRATIWI SUDARMONO
Bagian Mikrobiologi FK UI, Jln. Pegangsaan Timur No. 16, Jakarta 10320 Tel. 062-021-3100806, Faks. 062-021-3100810, Email: amin0207@rad.net.id
Key word: hybridization, digoxygenin (DIG), pathogenesis Read more.....
Label: Mikrobiologi
Campuran Kapas dan Kelaras Pisang sebagai Media Tanam Jamur Merang
Campuran Kapas dan Kelaras Pisang sebagai Media Tanam Jamur Merang
(Mixture of Cotton Waste and Dried Banana Leaves as the Media for Straw Mushroom Cultivation)
METTY IRAWATI, AGUSTIN WYDIA GUNAWAN & OKKY SETYAWATI DHARMAPUTRA
Laboratorium Mikologi, Jurusan BiologiFMIPA IPB, Jln. Raya Pajajaran, Bogor 16144
Key word: straw mushroom, media for straw mushroom cultivation, cotton waste, dried banana leaves
Read more.....
Label: Mikrobiologi
MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK, URIN
Penilaian Hasil Pemeriksaan Urin dr. R. Wirawan, dr. S. Immanuel, dr. R. Dharma Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RSCM, Jakarta Sebelum menilai hasil analisa urin, perlu diketahui tentang proses pembentukan urin. Urin merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk filtrat 120 ml permenit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin permenit. Secara umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan kelainan dipelbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, uterus dan lain-lain. FAKTOR-FAKTOR YANG TURUT MEMPENGARUHI SUSUNAN URIN Untuk mendapatkan hasil analisa urin yang baik perlu diperhatikan beberapa faktor antara lain persiapan penderita dan cara pengambilan contoh urin. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam persiapan penderita untuk analisa urin misalnya pada pemeriksaan glukosa urin sebaiknya penderita jangan makan zat reduktor seperti vitamin C, karena zat tersebut dapat memberikan hasil positif palsu dengan cara reduksi dan hasil negatif palsu dengan cara enzimatik. Pada pemeriksaan urobilin, urobilinogen dan bilirubin sebaiknya tidak diberikan obat yang memberi warna pada urin, seperti vitamin B2 (riboflavin), pyridium dan lain lain. Pada tes kehamilan dianjurkan agar Susunan urin tidak banyak berbeda dari hari ke hari, tetapi pada pihak lain mungkin banyak berbeda dari waktu ke waktu sepanjang hari, karena itu penting untuk mengambil contoh urin menurut tujuan pemeriksaan. Untuk pemeriksaan urin seperti pemeriksaan protein, glukosa dan sedimen dapat dipergunakan urin sewaktu , ialah urin yang dikeluarkan pada Pada penderita yang sedang haid atau "leucorrhoe" untuk mencegah kontaminasi dianjurkan pengambilan contoh urin dengan cara clean voided specimen yaitu dengan melakukan kateterisasi, punksi suprapubik atau pengambilan urin midstream dimana urin yang pertama keluar tidak ditampung, tapi urin yang keluar kemudian ditampung dan yang terakhir tidak turut ditampung. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK, MIKROSKOPIK DAN KIMIA URIN Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK. Yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam. Lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah - muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus. Pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urin, makin banyak diuresa makin muda warna urin itu. Warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin menyebabkan warna coklat. Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin yang menyebabkan warna coklat. Warna urin yang dapat disebabkan oleh jenis makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang memberikan warna coklat kehitaman pada urin. Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat sepertijernih, agak keruh, keruh atau sangat keruh. Biasanya urin segar pada orang normal jernih. Kekeruhan ringan disebut nubeculayangterdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat disebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam jumlah banyak. Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling, drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 - 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun. Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pate, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih. Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini panting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan +(ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan .seperti urat amorf dan kristal Eritrosit atau leukosit didalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 -- 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia. Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor lobus. yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin. atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin. rti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik benda keton melebihi 40 mg/dl. Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat terjadi karena Dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam asetoasetat leblih dari 5-10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka. Untuk aseton dan tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan pengawet 8-hidroksi-quinoline yang berlebihan.
mengurangi minum supaya urin menjadi lebih pekat.
waktu yang tidak ditentukan dengan khusus, kadang kadang bila unsur sedimen tidak ditemukan karena urin sewaktu terlalu encer, maka dianjurkan memakai urin pagi. Urin pagi ialah urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari, urin ini baik untuk pemeriksaan berat jenis, protein sedimen dan tes kehamilan.
Label: kedokteran hewan, Veteriner