Custom Search
anatomy - histology - veterinary - cells - biotechnology

Flu Burung (Virus influenza)

Flu Burung


Penyakit Menular Virus influenza termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae, virus ini berdasarkan antigen pada nucleoprotein (NP) dan protein matriks (M1) diklasifikasikan menjadi Influenza A,B dan C. Wabah influenza sesungguhnya terjadi setiap tahun, meskipun luas dan derajatnya bervariasi. Wabah yang bersifat local terjadi dengan interval yang bervariasi, biasanya 1 – 3 tahun.

1, kecuali tahun 1918, 1957 dan 1969 yang merupakan global epidemi atau pandemi. 1-4 Ketiga pandemi tersebut disebabkan oleh virus yang berasal dari virus avian influenza. Strain (jenis protein) yang bertanggung jawab terjadinya pandemi 1957 dan 1968 adalah H2N2 dan H3N2 melalui re assortment gen (penyusunan ulang materi genetik) antara virus avian dan virus human (manusia) influenza yang beredar di sirkulasi saat itu.2,4 Sedangkan pandemi tahun 1918 disebabkan oleh strain H1N1 dengan transmisi langsung ke manusia setelah adaptasi ke pejamu yang lain. 2

Transmisi virus AI antar spesies
Virus AI pertama kali dikenal pada tahun 1878. Virus ini sering dijumpai pada jenis unggas air yang merupakan reservoir (penyimpan) alami,5-7 dimana virus tersebut tampaknya mendapatkan keadaan optimal dalam adaptasi dengan pejamu (host) . 2, Beberapa negara di Asia dimana wabah AI pada unggas telah terjadi dan telah mencapai tingkat endemi. Hal ini akan menyebabkan kejadian kontak unggas dengan manusia terus berlangsung sehingga akan meningkatkan peluang virus beradaptasi dengan kondisi tubuh manusia dan mendapat kemampuan untuk menyebar antar manusia.2,4 Memang transmisi virus influenza antar spesies dapat saja terjadi, tetapi sesungguhnya terdapat keterbatasan pejamu. Sebagai contoh virus AI tidak dapat melakukan replikasi secara efisien pada manusia atau pada primata bukan manusia, demikian juga virus influenza pada manusiapun tidak dapat tumbuh dengan baik pada unggas. Sangat sedikit yang diketahui tentang virus dan faktor pejamu yang dapat menentukan rentang spesies yang dapat terjadi transmisi virus influenza.8 Glikoprotein antigen hemaglutinin (HA) secara jelas adalah penentu dominan adanya pembatasan rentang penjamu, terutama peranannya pada pengenalan sel pejamu. Spesifisitas reseptor virus influenza bervariasi tergantung dari pejamu darimana virus tersebut berasal. Pada manusia virus influenza mengenali sialyloligosaccaharides yang ditentukan dengan N-acethyl sialic acid bergabung dengan a2,6 linkages (Neu Aca2, 6 Gal) sedangkan virus pada unggas dan kuda mengenali N-acetylsialic acid bergabung dengan ikatan a2,3 (Neu Aca2, 3 Gal) Sebagai contoh, sel epitel pada trakea manusia mengandung Neu Aca2, 6 Gal, sedangkan trakea kuda dan usus itik (dimana virus pada unggas berreplikasi) mengandung ikatan Neu Aca2, 3 Gal. Menariknya, sel epitel pada trakea babi mengandung ikatan Neu Aca2, 3 Gal dan Neu Aca2, 6 Gal. Hal ini menjelaskan mengapa hewan ini mempunyai kepekaan yang tinggi pada virus avian dan human influenza.2,4,8
Berdasarkan struktur virus (genome) influenza A terdiri dari 8 segmen single stranded RNA. Oleh karena genome berupa segmen, kesempatan untuk terjadi re assortment akan tinggi selama infeksi.1 Secara teoritis (teori reseptor) virus AI tidak dapat tumbuh pada sel mukosa manusia karena terdapat perbedaan reseptor. Virus AI pada unggas memiliki reseptor Neu Aca2, 3 Gal sementara sel mukosa manusia memiliki reseptor Neu Aca2, 6 Gal. Maka virus AI pada unggas dapat menginfeksi manusia setelah virus tersebut mengalami mutasi, yaitu setelah melalui re assortment materi genetik dengan virus manusia pada tubuh babi yang menghasilkan virus AI baru yang mampu tumbuh pada sel mukosa manusia, adaptasi spesifikasi reseptor menjadi a 2,6 sialic acid pada mukosa babi, atau langsung ke manusia setelah mengalami adaptasi spesifitas reseptor virus.8

Mekanisme Terjadinya Pandemi
Jumlah kasus AI yang menginfeksi manusia di Indonesia sampai pertengahan Desember 2005 ini tercatat 14 kasus pasti (confirmed) 9 diantaranya meninggal, 76 kasus masih dalam proses penyelidikan diagnosis dan terdapat 112 kasus yang sebelumnya masuk suspect case sudah dipastikan bukan kasus AI. Jumlah provinsi yang telah merawat kasus ini baik tingkat suspect, probable dan confirmed adalah 12 provinsi. 9 Sementara itu kasus AI pada unggas telah memusnahkan jutaan unggas dan sampai pertengahan 2005 ini telah menyebar di 143 kabupaten/ kota dari 24 provinsi di Indonesia. Berdasarkan banyaknya kasus dan luasnya daerah yang terlibat, maka kemungkinan terjadinya ancaman pandemi secara dini harus segera diatasi. 6
Terdapat 3 komponen penting sehingga virus dapat menyebabkan pandemi yaitu : 10
1. Kemampuan virus tersebut menginfeksi manusia
2. Terdapat populasi yang rentan terinfeksi karena tidak mempunyai kekebalan
3. Dengan cepat dan mudah (efficien) menyebar dari manusia ke manusia
Pada kasus AI (H5N1) ini dua komponen diatas telah memenuhi kriteria diatas yaitu virus AI terbukti mampu menginfeksi manusia dengan patogenitas yang sangat tinggi, dan kedua memang strain virus ini baru, jadi sebagian besar manusia kemungkinan besar belum memiliki kekebalan yang khusus. Hanya kriteria ke 3 saja yang belum terpenuhi, tetapi arahnya sudah ke sana. Beberapa kasus telah dilaporkan dengan kemungkinan besar penularan virus H5N1 dari manusia ke manusia yaitu pada kasus dengan sifat kontak erat, berlangsung lama dan tanpa alat pelindung diri. 10-12
Para ahli epidemiologi membagi pandemi dalam 6 phase yaitu : 13
1. Tidak terdapat subtype virus influenza baru yang terdeteksi pada manusia. Virus tersebut terdapat pada hewan tetapi berisiko kecil untuk menginfeksi manusia
2. Tidak terdeteksi subtype virus tersebut pada manusia, tetapi berisiko besar untuk menginfeksi manusia
3. Terjadi infeksi pada manusia oleh subtype virus baru, tetapi tidak terjadi penularan antar manusia, atau jarang sekali terjadi penularan pada kontak terdekat sekalipun
4. Terjadi penularan antar manusia pada kelompok kecil (small cluster), tetapi hanya terlokalisir pada daerah yang terbatas. Hal ini mengesankan virus belum mampu beradaptasi pada tubuh manusia
5. Terjadi penularan antar manusia pada kelompok yang lebih besar (larger cluster), tetapi masih pada daerah tertentu. Hal ini mengesankan virus sudah beradaptasi lebih baik pada tubuh manusia, tetapi belum dapat menyebar secara mudah
6. Terjadi peningkatan penularan yang menetap pada populasi manusia secara umum
Tingkat 1 dan 2 dikatakan sebagai tahap interpandemi, tingkat 3 sampai 5 disebut tahap kesiagaan pandemi, dan tingkat 6 adalah tahap pandemi yang menyebar luas ke berbagai belahan dunia. Pada saat ini keadaan di Indonesia sudah berada pada tingkat 3 dan menuju ke tingkat 4. Bahkan dugaan kasus di Indonesia sudah pada awal dari tingkat 4, karena beberapa kasus penularan antar manusia diduga kuat sudah terjadi, tetapi hanya pada kelompok kecil (small cluster). Kemampuan virus yang sebelumnya sulit menular antar manusia menjadi mudah dengan virulensi yang tinggi pernah terjadi pada pendemi sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh genetic re assortment (penyusunan ulang materi genetik) atau istilah yang serupa adalah antigenic shift yang berupa perubahan mendadak dan besar pada virus, selanjutnya menyebabkan kombinasi protein baru pada antigen H (haemaglutinin) dan N (neuramini dase). Mekanisme ke 2 adalah melalui adaptasi strain avian murni yang menginfeksi manusia atau istilah yang serupa adalah antigenic drift yaitu perubahan kecil pada virus yang terus berlangsung sehingga kekebalan tubuh tidak lagi mengenalnya. 2,3,10
Untuk mengantisipasi terjadinya pandemi adalah dengan cara mencegah agar tingkat 4 awal yang kemungkinan sudah terjadi tetap bertahan pada tingkat tersebut, yaitu penularannya terbatas pada kelompok kecil (keluarga) jangan sampai meluas pada kelompok besar, misalnya antar desa, kecamatan bahkan melewati batas-batas yang lebih luas misalnya kabupaten/ kota. Menteri Kesehatan sudah menetapkan KLB pada bulan September lalu, tetapi sampai saat ini belum ada program khusus yang menyentuh langsung ke perubahan perilaku masyarakat. 6
Program penanggulangan ini harus melibatkan berbagai pihak, dimana Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian sebagai leadernya. Langkah-langkah yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu tindakan segera dan cepat terhadap manusia yang terinfeksi AI, mencegah penyebaran kasus, kampanye kewaspadaan publik terhadap bahaya pandemi ke masyarakat luas, pembentukan forum flu burung (AI) agar penanganan kasus lebih terkoordinasi, dan melakukan kerjasama internasional. 9
Kemungkinan apakah virus avian H5N1 akan menimbulkan pandemi atau tidak kita semua belum tahu, tetapi langkah antisipasi sedini mungkin melalui koordinasi yang erat antara para ilmuwan dan petugas di lapangan sangat diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Dolin R. Influenza. In: Braunwald E, Kasper D, Fanci AS, Hanser S, LongoD, Jameson L, editors. Horrison's principles of internal medicine. 16 th ed. New York: Mc Graw Hill; 2005.p.1066-71
2. Jong MD, Hien TT. Avian influenza A (H5N1), Journal of clinical Virology XXX (2005) XXX-XXX
3. Monto AS. The threat of an avian influenza pandemic. N Engl J Med 2005; 352:323-5
4. Horimoto T, Kawaoka Y. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses. Clin Microbiol Rev.2001;14.1:129-49
5. Matrosovich M, Tuzikov A, Bovin N, etal. Early alterations of the receptor binding properties of H1,H2 and H3 avian influenza virus hemagglutinins after their introduction into mammal.J Virol 2000; 74;8502-12
6. Akoso BT. Pemberantasan avian influenza pada unggas pandangan dari dokter hewan. Disampaikan pada Seminar nasional: Perspektif global antisipasi pandemi flu burung; 9 Desember; Jakarta
7. Widjaja L, Krauss SL, Webby RJ, etal. Matrix gene of influenza A viruses Isolated from wild aquatic birds: ecology and emergence of influenza A viruses. J Virol 2004; 78: 8771-9
8. Adjid RMA, Dharmayanti NLPI. Pencegahan penularan virus avian influenza daria hewan ke manusia. Disampaikan pada seminar nasional: Perspektif global antisipasi pandemi flu burung; 9 Desember: Jakarta
9. Supari SF.Goverment policy in anticipating avian influenza in human outbreak in Indonesia Disampaikan pada seminar nasional: Perspektif global antisipasi pandemi flu burung; 9 Desember: Jakarta
10. Mermel LA. Pandemic avian influenza. Lancet 2005;5:666-7
11. Editorial. Avian influenza: the threat looms. Lancet 2004;363:257
12. Ung Chusak K, Auewarakal P, Dowel SF,etal. Probable person to person transmission of avian influenza A (H5N1). NEngl J Med 2005;352:333-40
13. WHO.WHO global influenza preparedness plan. 2005

Dr Reviono,SpP

SMF/Bagian Paru RSUD Dr Moewardi/FK UNS Surakarta

Sources : http://www.health-lrc.or.id/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=101&mode=thread&order=0&thold=0

Custom Search
 
task